Rabu, 10 Juli 2013

MAKALAH PSIKODINAMIKA GANGGUAN JIWA


MAKALAH

“PSIKODINAMIKA GANGGUAN JIWA”

 

 

 

 

 


 

 

 

 

 

PROGRAM  STUDI  ILMU  KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM

STATUS TERAKREDITASI BAN PT

             NO : 005/BAN-PT/Ak.XII/S1/IV/2009

Jln. Swakarsa III No. 10-13 Grisak Kekalik Mataram-NTB.Tlp/Fax. (0370) 638760

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR ISI

Kata pengantar..............................................................................................!

Deaftar isi.......................................................................................................!!

BAB I..............................................................................................................1

Latar belakang...............................................................................................1

BAB II............................................................................................................2

Pembahasan.................................................................................................2

A.       Pengertian Psikodinamika.....................................................................2

B.       Teori psikoanalisis.................................................................................3

C.       Dinamika kepribadian...........................................................................10

D.       Perkembangan kepribadian..................................................................11

E.       Teori psikologi individual.......................................................................12

F.        Teori psikilogi analitis............................................................................15

G.       Model-model psikodinamika..................................................................18

H.       Perspektif psikodinamika.......................................................................21

BAB III...........................................................................................................22

PENUTUP.....................................................................................................22

Kesimpulan...................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

Latar belakang

Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini.

Teori psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama, manusia adalah bagian dari dunia binatang. Kedua, manusia adalah bagian dari sistem enerji. Kunci utama untuk memahami manusia menurut paradigma psikodinamika adalah mengenali semua sumber terjadinya perilaku, baik itu berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari.

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian psikodinamika

Psikodinamik merupakan salah satu pendekatan yang cukup tua, tentu saja salah satunya disebabkan karena pendekatan ini merupakan pendekatan yang pertama muncul dalam dunia psikologi. Pendekatan psikodinamik ini berasumsi bahwa masalah-masalah si pasien disebabkan oleh tekanan psikologis antara alam bawah sadar dan kenyataan yang ada dalam kehidupan individu. Pendekatan ini dipelopori oleh Freud, dimana ajarannya pun menjadi konsep utama dari terapi psikodinamik. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas psikoanalisa Freud secara khusus.

Teori psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama, manusia adalah bagian dari dunia binatang. Kedua, manusia adalah bagian dari sistem enerji. Kunci utama untuk memahami manusia menurut paradigma psikodinamika adalah mengenali semua sumber terjadinya perilaku, baik itu berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari.

Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Banyak pakar yang kemudia ikut memakai paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan teori kepribadiannya, seperti : Carl Gustav Jung, Alfred Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti Anna Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack Sullivan. Teori psikodinamika berkembang cepat dan luas karena masyarakat luas terbiasa memandang gangguan tingkah laku sebagai penyakit (Alwisol, 2005 : 3-4).

Ada beberapa teori kepribadian yang termasuk teori psikodinamika, yaitu : psikoanalisis, psikologi individual, psikologi analitis, dan neo freudianisme. Berikut ini dikemukakan pokok-pokok dari teori psikoanalisis, psikologi individual, dan psikologi analitis.

 

B. Teori Psikoanalisis

Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat dipandang sebagai teknik terapi   dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.

1.   Struktur Kepribadian

Menurut Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005 : 17).

Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri.

a.Id (Das Es)

Struktur anak pada waktu dilahirkan adalah apa yang disebut Id (Das Es). Id merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata benda impersonal yang berarti “The it” (sang itu), komponen kepribadian yang belum dimiliki.15 Id adalah struktur kepribadian menurut freud yang terdiri atas naluri (instinct), yang merupakan gudang energi psikis individu. Dalam pandangan Freud, id tidak secara total; id tidak memiliki kontak dengan realitas.16 Id ini yang mendorong anak untuk memuaskan nafsu-nafsunya (prinsip kenikmatan),17 yaitu mencari keenakan dan menghindarkan diri dari ketidakenakan.

Seorang yang baru lahir adalah personifikasi sebuah id yang belum terbebani oleh pembatasan-pembatasan ego dan superego. Bayi mencari pemuasan kebutuhan tanpa peduli dengan apakah boleh diwujudkan (wilayah-wilayah tuntutan ego) atau apakah pantas (wilayah-wilayah pembatasan superego). Dia selalu mengisap entah putting ibunya memiliki air susu atau tidak dan memperoleh kenikmatan dari kedua situasi tersebut. Meskipun bayi menerima makanan penunjang kehidupan hanya dengan mengisap puting yang memiliki air susu. Namun, dia terus mengisap karena id-nya tidak bersentuhan dengan realitas ada tidaknya air susu dalam putting ibu. Bayi bahkan gagal menyadari bahwa perilaku mengisap jempol tangan tidak dapat membuatnya mempertahankan hidup. Karena id tidak memiliki kontak langsung dengan realitas, dia tidak bisa dirubah entah oleh perjalanan waktu atau oleh pengalaman-pengalaman pribadi. Dan impuls-impuls (dorongan) harapan kanak-kanak ini masih tetap tidak berubah dalam id selama berdekade-dekade kehidupan si anak berikutnya.

Selain tidak relistis dan mencari kesenangan, id juga tidak logis dan dapat melayani secara bersamaan ide-ide yang tidak bersesuaian. Contohnya: seorang perempuan mungkin menunjukkan kasih sayang yang disadari terhadap ibunya serta mengharapkan tanpa sadar kehancuran sang ibu.

Hasrat-hasrat yang saling bertentangan ini dapat muncul karena id tidak memilki moralitas di dalamnya. Artinya, dia tidak membuat penentuan nilai atau membedakan baik dan buruk. Namun, id bukan immoral (menyalahi moral), tepatnya ia amoral (tidak bersangkut paut dengan moral). Semua energy id dihabiskan hanya untuk satu tujuan saja−mencari kesenangan tanpa peduli apa yang pantas atau benar.

Id adalah sesuatu yang primitive/purba, khas, dan tidak terakses oleh alam sadar, tidak dapat diubah, amoral, tidak logis, tidak terorganisasikan dan selalu dipenuhi energy yang diterimanya dari dorongan-dorongan dasar menuju pemuasan prinsip kesenangan.


Sebagai wilayah yang menjadi rumah bagi dorongan-dorongan dasar (motif-motif primer), pengoperasian id disebut Proses primer. Namun, karena dia mencari dengan membabi buta pemuasan prinsip kesenangan, kelangsungan hidupnya bergantung penuh terhadap perkembangan proses skunder yang membawanya untuk melakukan kontak dengan dunia eksternal. Proses eksternal berfungsi melalui ego.

b.  Ego (Das Ich)

Ego adalah struktur keribadian menurut freud yang berurusan dengan tuntutan realitas. Ego disebut badan pelaksana (Executive Branch) kepribadian, karena ego membuat keputusan-keputusan rasional. Id dan ego tidak memiliki moralitas, id dan ego tidak memperhitungkan apakah sesuatu benar atau salah.

Ego atau “I” (sang aku), adalah satu-satunya wilayah jiwa yang berhubungan dengan realitas. Ia tumbuh dari id selama masa bayi dan menjadi satu-satunya sumber komunikasi seseorang dengan dunia eksternal. Dia diatur oleh prinsip realitas yang berusah menjadi substitusi bagi prinsip kesenangan id. Karena dia sebagian sadar, sebagian ambang sadar, dan sebagian bawah sadar, ego dapat membuat keputusan dari masing-masing dari ketiga tingkatan mental ini. Contohnya, ego seorang perempuan mungkin secara sadar memotivasi dia untuk memilih pakaian yang rapid an dijahit dengan baik karena dia merasa nyaman jika mengenakan pakaian yang bagus. Pada waktu yang bersamaan, dia bisa saja menyadari secara samar-samar (yaitu secara ambang sadar) mengenai pengalaman-pengalaman sebelumnya yang membuatnya yang membuatnya dihargai karena memilih pakaian yang bagus. Selain itu, dia juga bisa termotivasi oleh bawah sadarnya untuk menjadi sangat rapi dan tertib kerena pengalaman-pengalaman latihan−penggunaan−toilet (toilet training) pada masa kanak-kanak. Kalu begitu, keputusannya untuk mengenakan pakaian yang rapi lahir dari ketiga tingkat kehidupan mentalnya tersebut.

Ketika mengenakan fungsi-fungsi kognitif dan intelektualnya, ego harus mempertimbangkan berbagai tuntutan dari id dan super ego yang tidak bersesuaian dan sama-sama tidak realistis.

Menurut freud, ego menjadi terbedakan dari id ketika bayi mulai belajar membedakan diri mereka dari dunia luar. Ketika id masih tetap tidak mau berubah, ego mulai mengembangkan sejumlah strategi untuk menghadapi tuntutan id yang tidak relistik dan tidak pantang menyarah terhadap kesenangan. Pada saat-saat tertentu, ego dapat mengontrol id yang sangat kuat dan selalu mencari kesenangan itu. Namun, pada saat-saat lain ego kehilangan kekuatan pengontrolnya.

Untuk membandingkan ego dan id, freud menggunakan analogi seorang yang sedang menunggangi seekor kuda. Si enunggang sanggup mengarahkan dan mengendalikan kekuatan kuda yang jauh lebih besar, namun, jika si kuda menunjukkan kemurahhatian untuk menuruti perintahnya.

Seperti halnaya anak-anak yang mendapatkan hadiah dan hukuman orang tua, mereka mulai belajar apa yang harus dilakukan untuk memperoleh kesenangan dan menghindari rasa sakit. Di usia yang masih belia ini, kesenagan dan rasa sakit merupakan fungsi-fungsi ego yang utama karena anak-anak belum mengembangkan suara hati nurani (conscience) dan ideal ego (ego-ideal): itulah super ego. Ketika anak-anak memasuki usia 5 atau 6 tahun, mereka mulai mengidentifikasi diri dengan orang tua mereka dan belajar apa yang boleh dilakukan, inilah asal-usul superego.

c. Superego (Das Ueber Ich)

Superego adalah struktur kepribadian freud yang merupakan badan moral kepribadian dan benar-benar memperhitungkan apakah sesuatu benar ataukah salah. Anggaplah superego adalah sesuatu yang selalu kita rujuk sebagia “hati nurani (consciense)” kita. Anda mungkin mulai merasa bahwa baik id maupun superego menyebabkan kehidupan kasar bagi ego, ego anda barang kali mengatakan, “aku akan melakukan hubungan seks kadang-kadang saja dan memastikan untuk menggunakan alat pencegahan kehamilan yang tepat, karena aku tidak ingin gangguan anak dalam perkembangan karirku.” Akan tetapi, id anda mengatakan “aku ingin dipuaskan; seks itu nikmat.” Superegosedang bekerja juga: “aku merasa bersalah kalau melakuakan hubungan seks.

Ada dua aspek superego: pertama adalah nurani (conscience), yang merupakan internalisasi dari hukuman dan peringatan. Sementara yang kedua disebut ego ideal. Ego ideal berasal dari pujuan-pujian dan cotoh-contoh positif yang diberikan kepada anak-anak.

Freud melihat kepribadian seperti suatu gunung es; kebanyakan kepribadian terdapat dibawah tingkat kesadaran kita, sama seperti bagian terbesar dari suatu gunung es yang terdapat dibawah gunung es.
Bagaiman Ego mengatasi konflik antara tuntutan realitas, keinginan id, dan hambatan superego?

a.     Dengan melalui mekanisme pertahanan (defense mechanism) yaitu istilah psikoanalisis bagi metode ketidaksadaran, ego membelokkan atau mendistorsi realitas, dengan demikian melindunginya dari kecemasan. Dalam pandangan Freud, tuntutan-tuntutan struktur kepribadian yang saling bertentangan menimbulkan kecemasan. Misalnya, ketika ego menghambat atau memblok pengejaran id akan kenikmatan, kecemasan yang lebih dalam (inner anxiety) dirasakan. Keadaan tertekan berkembang ketiak id sedang membahayakan individu. Kecemasan mengingatkan atau mengirim sinyal kepada ego untuk mengatasi konflik melalui alat mekanisme pertahanan.

b.    Represi (represion) ialah mekanisme pertahanan yang paling kuat dan paling meresap (the most powerful and pervasive ); represi bekerja menolak dorongan-dorongan id yang tidak diinginkan di luar kesadaran dan kembali ke pikiran tidak sadar. Represi adalah landasan dari mana semua mekanisme pertahanan lain bekerja; tujuan setiap mekanisme pertahanan ialah menekan (repress), atau menolak keinginan-keinginan yang mengancam di luar kesadaran. Freud mengatakan bahwa pengalaman masa anak-anak, sebagian besar diantaranya ia yakini sarat secara seksual (sexsually laden), cukup mengancam dan menekan kita untuk mengatasinya secara sadar. Kita mengurangi kecemasan akibat konflik ini melalui mekanisme pertahanan represi.
Freud yakin bahwa kita melampaui lima tahap perkembangan psikoseksual dan bahwa setiap tahap perkembangan tersebut kita mengalami kenikmatan pada satu bagian tubuh lebih dari pada bagian tubuh yang lain. Erogenous zones adalah bagian tubuh yang yang mengalami kenikmatan khusus yang sangat kuat yang memberi kualitas pada setiap tahap perkembangan.

Aplikasi Teori Freud dalam Bimbingan

Apabila menyimak konsep kunci dari teori kepribadian freud, maka ada beberapa teorinya yang dapat diaplikasikan dalam bimbingan, yaitu :      

Pertama, konsep kunci bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan. Dengan demikian,konselor dalam memberikan bimbingan harus selalu berpedoman kepada apa yang dibutuhkan dan yang diinginkan oleh yang diberikan konseling, sehingga bimbingan benar-benar efektif.

 Adapun fungsi-fungsi bimbingan antara lain :

a.   Memahami Individual

Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif jika mereka dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya. Karena itu, bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri anak secara menyeluruh. Karena tujuan bimbingan dan pendidikan dapat dicapai jika programnya didasrkan atas pemahaman diri anak didiknya.

b.  Preventif dan Pengembangan Individual

 Preventif dan pengembangan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Preventive berusaha mencegah  kemerosotan perkembangan seseorang dan minimal dapat memelihara apa yang telah dicapaidalam perkembangannya melalui pemberian pengaruh-pengaruh yang positif, memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap dan pola perilaku yang dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal.

Membantu individu untuk menyempurnakan setiap manusia pada saat tertentu membutuhkan pertolongan dalam menghadapi lingkungannya. Bimbingan dapat memberikan pertolongan pada anak untuk mengadakan pilihan yang sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

Kedua, konsep teori tentang kecemasan yang dimiliki seseorang dapat digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan, yaitu membantu individu supaya mengerti diri dan lingkungannya, mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, mampu mengelola aktivitas sehari-hari dengan baik dan bijaksana, mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, social dalam masyarakatnya.

Ketiga, konsep teori psikoanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Dalam system pembinaan akhlak individual, islam menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anknya agar dapat tumbuh kembang sesuai dengan norma agama dan social. Bila sebuah keluarga mampu memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh menjadi manusia yang baik.
Keempat, teori freud tentang tahapan perkembangan kepribadian individu dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini memberikan arti bahwa, materi, metode, dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu,karena pada setiap tahapan itu memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda.

Kelima, konsep freud tentang ketidaksadaran dapat digunakan dalam proses bimbingan yang dilakukan pada individu dengan harapan dapat mengurangi impuls-impuls dorongan id yang bersifat irrasional sehingga berubah menjadi rasional.

C.   Dinamika Kepribadian

1.  Distribusi enerji

Dinamika kepribadian, menurut Freud bagaimana energi psikis didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud menyatakan bahwa enerji yang ada pada individu berasal dari sumber yang sama yaitu makanan yang dikonsumsi. Bahwa enerji manusia dibedakan hanya dari penggunaannya, enerji untuk aktivitas fisik disebut enerji fisik, dan enerji yang dunakan untuk aktivitas psikis disebut enerji psikis.

Menurut Freud jumlah energy itu terbatas sehingga terjadi semacam persaingan di antara ketiga aspek kepribadian untuk memperoleh dan menggunakannya. Jika salah satu aspek banyak menggunakan energi maka aspek kepribadian yang lain menjadi lemah.

Freud menyatakan bahwa pada mulanya yang memiliki enerji hanyalah das Es saja. Melalui mekanisme yang oleh Freud disebut identifikasi, energi tersebut diberikan oleh das Es kepada das Ich dan das Ueber Ich.

     2.  Mekanisme pertahanan ego

Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism) sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorngan das Es maupun untuk menghadapi tekanan das Uber Ich atas das Ich, dengan tujuan kecemasan yang dialami individu dapat dikurangi atau diredakan (Koeswara, 1991 : 46).

Freud menyatakan bahwa mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak macamnya. Berikut ini 7 macam mekanisme pertahanan ego yang menurut Freud umum dijumpai (Koeswara, 1991 : 46-48).

a.  Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam ketidak sadaran.

b. Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif das Es yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima, dan bahkan dihargai oleh masyarakat.

c.  Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.

d.  Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.

e.   Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengamcam ego, melalui dalih tertentu yang seakan-akan masuk akal. Rasionalissasi sering dibedakan menjadi dua : sour grape technique dan sweet orange technique.

f.   Pembentukan reaksi, adalah upaya mengatasi kecemasan karena individu memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma, dengan cara berbuat sebaliknya.

g.  Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertinkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

D.  Perkembangan Kepribadian

     1.  Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian

Perkembangan kepribadian individu menurut Freud, dipengauhi oleh kematangan dan cara-cara individu   mengatasi ketegangan. Menurut Freud, kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia.

Ketegangan dapat timbul karena adanya frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan individu dengan : identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego.

 2. Tahap-tahap perkembangan kepribadian

Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Ke enam fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 1982 : 172-173).

a.     Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan

            Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut.

        b.   Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun.

             Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.

        c.   Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun.

             Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.

        d.   Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas

             Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.

  e. Fase genital (genital stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan   selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.

 

E.   Teori Psikologi Individual

  1.  Pendahuluan

Tokoh yang mengembangkan teori psikologi individual adalah Alfred Adler (1870-1937), yang pada mulanya bekerja sama dengan dalam mengembangkan psikoanalisis. Karena ada perbedaan pendapat yang tidak bisa diselesaikan akhirnya Adler keluar dari organisasi psikoanalisis dan bersama pengikutnya dia mengembangkan aliran psikologi yang dia sebut Psikologi Individual (Idividual Psychology).

2.   Konsepsi-konsepsi Psikologi Individual

Menurut Adler manusia itu dilahirkan dalam keadaan tubuh yang lemah. Kondisi ketidak berdayaan ini menimbulkan perasaan inferior (merasa lemah atau tidak mampu) dan ketergantungan kepada orang lain. Manusia, menurut Adler, merupakan makhluk yangh saling tergantung secara sosial. Perasaan bersatu dengan orang lain ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi syarat utama kesehatan jiwanya. Berdasarkan paradigma tersebut kemudian Adler mengembangkan teorinya yang secara ringkas disajikan pada uraian berikut

a. Individualitas sebagai pokok persoalan

Adler menekankan pentingnya sifat khas (unik) kepribadian, yaitu individualitas. Menurut Adler setiap orang adalah suatu konfigurasi motif-motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas, dan setiap perilakunya menunjukkan corak khas gaya kehidupannya yang bersifat individual.

b. Dua dorongan pokok

Dalam diri setiap individu terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong serta melatar belakangi segala perilakunya, yaitu :

1) Dorongan kemasyarakatan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan orang lain;

2) Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan diri sendiri.

c. Perjuangan menjadi sukses atau ke arah superior

Individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang menimbulkan perasaan inferior. Perasaan inilah yang kemudian menjadi pendorong agar dirinya sukses dan tidak menyerah pada inferioritasnya.

d. Gaya hidup (style of life)

Menurut Adler setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior. Namun setiap orang berusaha mewujudkan keinginan tersebut dengan gaya hidup yang berbeda-beda. Adaler menyatakan bahwa gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan oleh yang bersangkutan dalam kehidupan tertentu di mana dia berada (Alwisol, 2005 : 97).

e. Minat sosial (social interest)

Adler berpendapat bahwa minat sosial adalah bagian dari hakikat manusia dalam dalam besaran yang berbeda muncul pada tingkah laku setiap orang. Minat sosial membuat individu mampu berjuang mengejar superioritas dengan cara yang sehat dan tidak tersesat ke salah suai. Bahwa semua kegagalan, neurotik, psikotik, kriminal, pem,abuk, anak bermasalah, dst., menurut Adler, terjadi karena penderita kurang memiliki minat sosial.

f. Kekuatan krestif self (creative power of the self)

Self kreatif merupakan puncak prestasi Adler sebagai teoris kepribadian (Awisol, 2005 : 98). Menurut Adler, self kreatif atau kekuatan kreatif adalah kekuatan ketiga yang paling menentukan tingkah laku (kekutatan pertama dan kedua adalah hereditas dan lingkungan).

Self kreatif, menurut Adler, bersifat padu, konsisten, dan berdaulat dalam struktur kepribadian. Keturunan kekmberi kemampuan tertentu, lingkungan memberi imresi atau kesan tertentu. Self kreatif adalah sarana yang mengolah fakta-fakta dunia dan menstranformasikan fakta-fakta itu menjadi kepribadian yang bersifat subjektif, dinamis, menyatu, personal dan unik. Self kreatif memberi arti kepada kehidupan, menciptakan tujuan maupun sarana untuk mencapainya.

g. Konstelasi keluarga

Konstelasi berpengaruh dalam pembentukan kepribadian. Menurt Adler, kepribadian anak pertama, anak tengah, anak terakhir, dan anak tunggal berbeda, karena perlakuan yang diterima dari orang tua dan saudara-saudara berbeda.

h. Posisi tidur dan kepribadian

Hidup kejiwaan merupakan kesatuan antara aspek jiwa dan raga dan tercermin dalam keadaan terjaga maupun tidur. Dari observasi yang telah dilakukan terhadap para pasiennya Adler menarik kesimpulan bahwa ada hubungan posisi tidur seseorang dengan kepribadiannya.

   1) Tidur terlentang, menunjukkan yang bersangkutan memiliki sifat pemberani dan bercita-cita tinggi.

          2) Tidur bergulung (mlungker), menunjukkan sifat penakut dan lemah dalam mengambil keputusan.

3) Tidur mengeliat tidak karuan, menunjukkan yang bersangkutan memiliki sifat yang tidak teratur, semborno, dst.

4) Tidur dengan kaki di atas bantal, menunjukkan orang ini menyukai petualangan.

5) Tidur dilakukan dengan mudah, berarti proses penyesuaian dirinya baik.

 

F. Teori Psikologi Analitis

1.   Pendahuluan

Psikologi analitis merupakan aliran psikologi dinamis yang dikembangkan oleh Carl Gustav Jung (1975 – 1959). Sama halnya dengan Adler, Jung semula juga merupakan sahabat Freud dan termasuk tokoh terkemuka dalam organisasai psikoanalisis. Dan kerana perbedaan pendapat pula keduanya lalu berpisah. Jung kemudian mengembangkan aliran psikologi yang dia beri nama Psikologi Analistis.

2.   Pokok-pokok Teori Carl Gustav Jung

a.  Struktur kepribadian

Kepribadian atau psyche (istilah yang dipakai Jung untuk kepribadian) tersusun dari sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga tingkat kesadaran : ogo beroperasi pada tingkat sadar, kompleks beroperasi pada tingkat tak sadar pribadi, dan arsetip beroperasi pada tingkat tak sadar kolektif.

Disamping sistem-sistem yang terkait dengan daerah operasinya masing-masing, terdapat sikap jiwa (introvert dan ekstravert) dan fungsi jiwa (pikiran, perasaan, pengidraan, dan intuisi).

1) Sikap jiwa, adalah arah enerji psikis (libido) yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Sikap jiwa dibedakan menjadi :

a) Sikap ekstrovert

                             (1) libido mengalir keluar

                      (2)  minatnya terhadap situasi sosial kuat

                             (3) suka bergaul, ramah, dan cepat menyesuaikan diri

                      (4) dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain mesipun ada masalah.

                    b) Sikap introvert

                    (1) libido mengalir ke dalam, terpusat pada faktor-faktor subjektif

                    (2) cenderung menarik diri dari lingkungan

                    (3) lemah dalam penyesuaian sosial

                    (4) lebih menyukai kegiatan dalam rumah

       2) Fungsi jiwa, adalah suatu bentuk aktivitas kjiwaan yang secara teoritis tetap meskipun lingkungannya berbeda-beda. Fungsi jiwa dibedakan menjadi dua ;

    a)   Fungsi jiwa rasional, adalah fungsi jiwa yang bekerja dengan penilaian dan terdiri dari :

 (1) pikiran : menilai benar atau salah

 (2) perasaan : menilai menyenangkan atau tak menyenangkan

              b)   Fungsi jiwa yang irasional, bekerja tanpa penilaian dan terdiri dari :

 (1) pengideraan : sadar indrawi

 (2) intuisi: tak sadar naluriah

Menurut Jung pada dasarnya setiap individu memiliki keempat fungsi jiwa tersebut, tetapi biasanya hanya salah satu fungsi saja yang berkembang atau dominan. Fungsi jiwa yang berkembang paling meonjol tersebut merupakan fungsi superior dan menentukan tipe individu yang bersangkutan.

b. Dinamika kepribadian

Jung menyatakan bahwa kepribadian atau psyche bersifat dinamis dengan gerak yang terus-menerus. Dinamika psyche tersebut disebabkan oleh enerji psikis yang oleh Jung disebut libido. Dalam dinamika psyche terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut (Alwisol, 2005 : 65)

1)   Prinsip oposisi

Berbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara, yaitu : saling bertentangan (oppose), saling mendukung (compensate), dan bergabung mejnadi kesatuan (synthese).

Menurut Jung, prinsip oposisi paling sering terjadi karena kepribadian berisi berbagai kecenderungan konflik. Oposisi juga terjadi antar tipe kepribadian, ekstraversi lawan introversi, pikiran lawan perasaa, dan penginderaan lawan intuisi.

2)   Prinsip kompensasi

Prinsip ini berfungsi untuk menjada agar kepribadian tidak mengalami gangguan. Misalnya bila sikap sadar mengalami frus-trasi, sikap tak sadar akan mengambil alih. Ketika individu tidak dapat mencapai apa yang dipilihnya, dalam tidur sikap tak sadar mengambil alih dan muncullah ekpresi mimpi.

3)   Prinsip penggabungan

Menurut Jung, kepribadian terus-menerus berusaha menyatukan pertentangan-pertentangan yang ada agar tercapai kepribadian yang seimbang dan integral.

c. Perkembangan kepribadian

   Carl Gustav Jung menyatakan bahwa manusia selalu maju atau mengejar kemajuan, dari taraf  perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih sempurna. Manusia juga selalu berusaha mencapai taraf diferensiasi yang lebih tinggi.

1) Tujuan perkembangan : aktualisasi diri

Menurut Jung, tujuan perkembangan kepribadian adalah aktuali-sasi diri, yaitu diferensiasi    sempurna dan saling hubungan yang selaras antara seluruh aspek kepribadian.

2) Jalan perkembangan : progresi dan regresi

Dalam prose perkembangan kepribadian dapat terjadi gerak maju (progresi) atau gerak mundur (regresi). Progresi adalah terjadinya penyesuaian diri secara memuaskan oleh aku sadar baik terhadap tuntutan dunia luar mapun kebutuhan-kebutuhan alam tak sadar.

Apabila progesi terganggu oleh sesuatu sehingga libido terha-langi untuk digunakan secara progresi maka libido membuat regresi, kembali ke fase yang telah dilewati atau masuk ke alam tak sadar.

3) Proses individuasi

Untuk mencapai kepribadian yang sehat dan terintegrasi secara kuat maka setiap aspek kepribadian harus mencapai taraf diferensiasi dan perkembangan yang optimal. Proses untuk sampai ke arah tersebut oleh Jung dinamakan proses individuasi atau proses penemuan diri.

G.  Model-model psikodinamika

Model-model Psikodinamika pada awalnya dikembangkan oleh Sigmund Freud (1974) dan pengikut-pengikutnya. Dikatakan psikodinamik, karena teori ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku berasal dari gerakan dan interaksi dalam pikiran manusia, kemudian pikiran merangsang perilaku dan keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.

Perkembangan teori psikodinamik dalam lingkungan teori-teori pekerjaan social masih diterapkan secara generalis, hal ini dimungkinkan karena penerapannya masih berpatokan pada ajaran Freud tadi dengan mengarah kepada pengembangan psikoanalisis. Oleh sebab itu, dikembangkan teori psikoanalisis yang lebih modern (Lowenstein, 1985) dengan konsentrasi pada bagaimana individu dapat berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Dan hal ini lebih mengarah kepada hubungan sosialnya dari pada hubungan secara biologis, yang kemudian berkembang pada pemikiran tentang pengaruh Ego Psikologi (E. Goldstein, 1984).

Peran psikoanalisis dalam pekerjaan social menunjukan adanya tingkatan pengembangan dan pemikiran ini berbeda antara satu negara dan negara lainnya. Misalnya di Amerika lebih kuat pengaruh Ego Psikologi dari pada negara yang lain seperti Inggris. Dinegara ini psikoanalisis dimungkinkan untuk diarahkan pada aliran-aliran Marxisme contohnya dimana sebuah struktur symbol dalam masyarakat seperti bahasa sangat ditentukan oleh budaya dimasyarakat. Disamping itu, aliran-aliran Marxisme ini yang bisa dikatakan radikal juga bisa dilihat dalam idiologi-idiologi seperti feminisme dan psikologi individu terutama yang berhubungan dengan intelektual.

Beberapa Ide Dasar Psikoanalisis
Teori psikoanalisis ini dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yakni :perkembangan manusia, kepribadian dan psikologi abnormal dan pengobatan (treatmen).
Ada 2 (dua) ide dasar yang penting dari teori ini, yakni : Determinisme Psikis yaitu prinsip bahwa tindakan atau perilaku berasal dari proses pemikiran orang dan ketidaksadaran adalah ide bahwa suatu pemikiran dan kegiatan mental tersembunyi dari pengetahuan kita. Kedua hal ini diterima luas dimana Yelloly menguatkannya lewat beberapa pemahaman tentang resistensi yang mengarah kepada upaya perlawanan terhadap pemikiran dan perasaan yang bertentangan dengan kepercayaan yang kita pegang teguh. Dan semua itu akan mengarah kepada upaya represi dan agresi.

Dalam teori perkembangan mental pada psikoanalisis, juga dipahami adanya libido pada anak-anak yang berakar dari insting anak akibat lapar dan haus. Dia akan puas bila telah menyusu (sucking), namun pada perkembangannya dimasa dewasa, sucking juga akan terasa memuaskan bila objeknya berbeda (seperti merokok dan sebagainya).

Kemudian dari masa anak-anak akan berkembang dari beberapa tingkatan yang dimulai dengan oral, anal, falik, oedipal, latensi dan genital. Tentu saja lingkungan social dan budaya akan sangat mempengaruhi perkembangannya.

Menurut teori personality dalam psikoanalisis ada 3 (tiga) hal penting dalam perkembangan kepribadian manusia yakni : Id, Ego dan Superego. Satu ciri penting kepribadian yang menonjol disini adalah bagaimana Ego mengelola konflik dan bagaimana kebutuhan Ego dan Superego untuk mengontrol Id sebagai bentuk tanggung jawab sosial .


 

Ada juga 3 (tiga) hal penting menyangkut perkembangan kepribadian ini yaitu :
a. Proyeksi : yaitu ide ide yang tidak diinginkan yang berkaitan dengan sesuatu yang diinginkan ego untuk dilindungi dikenakan pada orang lain.
b. Sublimasi : yaitu energi yang diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang lebih dapat diterima.
c. Rasionalisasi: yaitu alasan-alasan yang dapat diterima untuk kegiatan-kegiatan aktivitas meski sebenarnya tidak dapat diterima.

         Freud dalam berpraktek berpatokan pada Ego dan hubungan antar objek. Hal ini terus dikembangkan dan sangat berpengaruh pada pendekatan psikoanalisis hingga saat ini. Dalam pekerjaan social, banyak bentuk teori psikoanalisis modern yang digunakan dan sangat kuat dipengaruhi oleh teori-teori system dan teori crisis intervention.

Teori-teori ini khususnya menyangkut Ego psikologi dan objek relation terus diperdalam, mengingat penekanannya pada perkembangan kepribadian manusia, dimulai dari masa anak-anak dimana mereka akan berhubungan dengan dunia luar (hubungan antar objek) dari usia dini. Tumbuh berkembang dan akan belajar dari berbagai pengalaman dengan menggunakan pemikiran, persepsi dan ingatan. Kemudian mereka akan mengalami suatu hal yang dinamakan kehilangan (loss), hal ini akan menjadi penghambat dalam perkembangan kepribadian mereka.

Disamping itu, Teori Treatment juga menjadi suatu bagian penting didalam pendekatan ini, dimana pemahamannya lebih menekankan pada cara orangtua dalam memerlakukan dan membentuk kepribadian anak yang diibaratkan sebagai ‘blank screens’.

Psikoanalisis dan Pekerjaan Sosial
Secara garis besar teori-teori dalam pekerjaan social dipengaruhi teori psikoanalisis, terutama dalam prakteknya. Akan tetapi, teori-teori tentang perkembangan, kepribadian dan terapi, secara eksplisit tidak dipraktekkan. Beberapa hal yang menggambarkan pengaruhnya antara lain : Pengaruh pikiran Freud pada budaya Barat, adanya aspek-aspek berbeda dalam prakteknya, serta setuju dan tidaknya terhadap teori yang dikembangkan Frued dan sebagainya.

H. Perspektif psikodinamika.
      Perspektif psikodinamika, individu yang mengalami masalah penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, khususnya pada alkohol mencerminkan adanya kepribadian ketergantungan oral. Individu tersebut mengalami fiksasi fase oral dalam perkembangan psikoseksualnya. Individu yang minum alkohol terlalu banyak (alkoholik) pada masa dewasa merupakan simbolisasi usaha untuk mencapai kepuasan oral. Dengan kata lain dinyatakan bahwa alkoholisme merupakan representasi fiksasi oral disebabkan oleh konflik ketidaksadaran pada masa kank-kanak. Namun menurut Nevid, dkk (1997) perspektif psikodinamika ini tidak banyak didukung oleh hasil-hasil penelitian atau bukti-bukti empiris.
     Penyalahgunaan NAPZA dalam perspektif psikodinamika sangat dipengaruhi oleh kondisi individu pada awal masa kehidupannya (0 – 5 ), sehingga intervensi pada masa kehidupan remaja menjadi tidak berarti. Selain itu dalam perspektif psikodinamika juga dinyatakan bahwa penyalahgunaan NAPZA merupakan representasi konflik ketidaksadaran pada masa kanak-kanak. Dengan demikian pada masa remaja seolah-olah problema penyalahgunaan NAPZA adalah suatu masalah yang tidak dapat dikendalikan oleh remaja itu sendiri.

 

 

BAB III

PENUTUP

 

Kesimpulan

Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini.

Teori psikodinamika dicetuskan oleh Sigmund Freud. Dia berpendapat bahwa perkembangan jiwa atau kepribadian seseorang ditentukan oleh komponen dasar yang bersifat sosio-efektif, yakni ketegangan yang ada di dalam diri seseorang itu ikut menentukan dinamikanya ditengah-tengah lingkungannya.
Sehingga freud membagi struktur kepribadian atau jiwa seseorang menjadi tiga yaitu:
a)Id (das es) bisa dikaitkan dalam islam dengan nafsu.

b)Ego (das ich) bisa disebut juga dengan akal.

c)Superego (das ueber es) bisa disebut dengan hati nurani.

Setelah membagi struktur jiwa manusia kedalam tiga struktur, freud membagi tahapan-tahan perkembangan manusia menjadi lima. Yaitu, fase oral, fase anal, fase phallic, fase laten, dan fase kemaluan.

Fase-fase inilah yang menjadi dasar perkembangan manusia bagi teori psikodinamika. Dalam aplikasi teori, ada lima teori yang bisa menjadi pengelolaan pendidikan yaitu, Pertama, konsep kunci bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan. Kedua, konsep teori tentang kecemasan yang dimiliki seseorang. Ketiga, konsep teori psikoanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Keempat, teori freud tentang tahapan perkembangan kepribadian individu. Kelima, konsep freud tentang ketidaksadaran.

D.DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi,. Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Boeree, C. George. 2005. Sejarah Psikologi: dari masa kelahiran sampai masa modern, (diterjemahkan oleh Abdul Qodir Shaleh). Jogjakarta: Prismasophie.
F.J. Monks,. A.M.P. Knoers. 2004. Ontwikkelings Psychologie (diterjemahkan oleh Siti Rahayu Haditomo). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya Akses 18/10/2008.

Jess Feist,. Gregory J. Feist. 2008. Theories of Personality (diterjemahkan oleh Yudi Santoso). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santrock, John W. 2002. Life-Span Development, (diterjemahkan oleh Achmad Chusairi dan Juda Danamik). Jakarta: Erlangga.
Zaviera, Ferdinan. 2007. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Jogjakarta: Prismasophie.
di 19:32