Minggu, 07 Juli 2013

ASKEP DISENTRI


BAB I

PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG

Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. (Hembing Wed, 08 feb 2006)

 

Disentri Basiler disebut juga shigelosis adalah penyakit infeksi usus yang disebabkan oleh beberapa jenis basil gram negatif. (Nandar Sawitra)

 

Disentri merupakan suatu peradangan pada usus besar yang ditandai dengan gejala sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. (Sep 6th, 2008 | Filed under Health/Kesehatan)

 

Disentri merupakan sindrom atau kumpulan gejala penyakit yang muncul seperti diare berdarah, lendir dalam tinja, dan nyeri yang dipaksakan untuk mengeluarkan tinja. (Written by Mochamad Subecha, Saturday, 26 March 2011)

ASI, susu formula atau susu sapi harus diberikan seperti biasanya. Anak umur 6 bulan atau lebih harus diberikan makanan lunak/setengah padat. Tawarkan makanan setiap 3-4 jam atau berikan anak makanan sebanyak dia mau. Pemberian makanan sedikit – sedikit namun sering lebih dapat diterima daripada diberikan dalam jumlah besar tapi jarang. Setelah diare berhenti, teruskan pemberian makanan satu kali lebih banyak daripada biasanya selama 2 minggu menggunakan makanan yang mengandung banyak gizi.

 

 

 

2.TUJUAN

1.      Tujuan Umum

a.       Memenuhi penugasan sebagai prasyarat dalam kegiatan perkuliahan Keperawatan

b.      Mengetahui konsep medis dari Penyakit Disentri basiler

c.       Mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Disentri basiler

2.      Tujuan Khusus

a.       Mengetahui konsep medis Disentri basiler meliputi, definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi., manifestasi klinis, komplikasi, prognosis.

b.      Mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Disentri basiler meliputi: pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi

3. MANFAAT

Manfaat dari asuhan keperawatan anak dengan disentri ini bermanfaat untuk melakukuan askep yang valid mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, proseskaperawatan, implementasi, evaluasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

1.KONSEP DASAR TEORI

A.    DEFINISI

 

Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. (Hembing Wed, 08 feb 2006)

 

Disentri Basiler disebut juga shigelosis adalah penyakit infeksi usus yang disebabkan oleh beberapa jenis basil gram negatif. (Nandar Sawitra)

 

Disentri merupakan suatu peradangan pada usus besar yang ditandai dengan gejala sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. (Sep 6th, 2008 | Filed under Health/Kesehatan)

 

Disentri merupakan sindrom atau kumpulan gejala penyakit yang muncul seperti diare berdarah, lendir dalam tinja, dan nyeri yang dipaksakan untuk mengeluarkan tinja. (Written by Mochamad Subecha, Saturday, 26 March 2011)

 

Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: 1) sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus(menosongkan usus), 2) berak-berak, dan 3) tinja mengandung darah dan lendir.

 

Disentri Basiler disebut juga shigelosis adalah penyakit infeksi usus yang disebabkan oleh beberapa jenis basil gram negatif.

 

Ciri-ciri penyakit :

· Kejang dan nyeri perut

· Mulas pada waktu buang air besar

· Diare berlendir dan berdarah

·   dapat menyebabkan dehidrasi dalam waktu singkat

 

·      syok hipovolemik.

Obat-obat yang biasa dipakai antara lain :

· Golongan sulfonamida (sulfadiazin, serta derivatnya dan kotrimoksazol)

· Golongan antibiotik (ampisilin, tetrasiklin

B.  ANATOMI FISIOLOGI

Usus Besar (Intestinum Mayor)

Panjangnya ± 1 ½ m, lebar 5-6 cm, lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar adalah :

a.       Selaput lender

b.      Lapisan otot melingkar

c.       Lapisan otot memanjang

d.      Jaringan ikat.

2. Fungsi Usus Besar

a.       Menyerap air dari makanan

b.      Tempat inggal bakteri koli

c.       Tempat feses

 

C.     ETIOLOGI

Bakteri (Disentri basiler) Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella

1.      Disentri basiler

    • Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
    • Salmonella
    • Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
  1. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak usia > 5 tahunPatogenesis

Transmisi : fecal-oral, melalui : makanan / air yang terkontaminasi, person-to-person contact.

D.    GEJALA KLINIS

Disentri basiler

  • Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
  • Panas tinggi (39,50 – 400 C), appear toxic.
  • Muntah-muntah.
  • Anoreksia.
  • Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
  • Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

Disentri amoeba

  • Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
  • Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)
  • Sakit perut hebat (kolik)
  • Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).

E.      PATOFISIOLOGI

Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain makanan, minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung dengan tinja penderita.

  • Perilaku khusus meningkatkan resiko terjadinya diare; Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan, Menggunakan botol susu yang tercemar, Menyimpan makanan masak pada suhu kamar dalam waktu cukup lama, Menggunakan air minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja, Tidak mencuci tangan setelah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum memasak makanan, Tidak membuang tinja secara benar.
  • Faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap diare; Tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, Kurang gizi, Campak, Imunodefisiensi / imunosupressif.
  • Umur Kebanyakan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan, insiden paling banyak 6 – 10 bulan (pada masa pemberian makanan pendamping).
  • Variasi musiman Variasi pola musim diare dapat terjadi melalui letak geografi. Pada daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas sedangkan diare karena virus (rotavirus) puncaknya pada musim dingin. Pada daerah tropik diare rotavirus terjadi sepanjang tahun, frekuensi meningkat pada musim kemarau sedangkan puncak diare karena bakteri adalah pada musim hujan.

Infeksi asimtomatik kebanyakan infeksi usus bersifat asimtomatik / tanpa gejala dan proporsi ini meningkat di atas umur 2 tahun karena pembentukkan imunitas aktif

 

 

 

 


PATWAY



F. PENATALAKSANAAN

1. Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai adanya syok sepsis. 2. Komponen terapi disentri : a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit. b. Diet c. Antibiotika d. Sanitasi

. a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit

Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.

. b. Diet

Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya. Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang diduga mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan preparat seng oral8,9. Dalam pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya resiko untuk memperpanjang masa sakit.

- Makanan dan minuman yang harus dihindari

1.   Jangan minum dari air mancur umum atau membersihkan gigi dengan air keran

2.   Jangan makan buah segar atau sayuran yang tidak bisa dikupas sebelum makan.

3.   Jangan makan atau minum produk susu, keju atau susu yang mungkin belum dipasteurisasi.

4.   Jangan makan atau minum apa pun yang dijual oleh PKL (kecuali minuman dari kaleng benar disegel atau botol).

 

-       Makanan dan minuman yang harus diberikan

Makanan yang berserat

1.      Kacang (mete, kacang tanah, dll.) mengandung serat 5-10 gr

2.      Sayur kacang (kedele, kacang hijau, buncis dll.) mengandung serat 3-6 gr

3.      Roti putih mengandung serat 2-3,5 gr

4.      Roti (whole sereal) mengandung serat 5 gr

5.      Sayuran berupa daun dan buah mengandung serat 1,5-4 gr

6.      Umbi-umbian termasuk kentang mengandung serat 1-3 gr

7.      Nasi putih dan pasta mengandung serat 0.5-2 gr

c. Antibiotika

Ø  Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan resiko komplikasi dan kematian.

Ø  Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimokasazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari.

Ø  Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian kotrimoksazol dibandingkan placebo10.

Ø  Alternatif yang dapat diberikan :

v  Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis

v  Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis

v  Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM

v  Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.

Ø  Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain.

Ø  Terapi antiamubik diberikan dengan indikasi :

v  Ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja.

v  Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler.

Ø  Terapi yang dipilih sebagai antiamubik intestinal pada anak adalah Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3 hari terapi.

d. Sanitasi

Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan§ dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.

Prinsip utama pengobatan diare

  1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya/penyebabnya.
  2. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada gizi.
  3. Antibiotik/anti parasit tidak boleh digunakann secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus termasuk diare berat, diare dengan panas kecuali :  pada disentri yang harus diobati dengan antimikroba yang efektif untuk shigella, Suspek kolera dengan dehidrasi berat,  Diare persisten, bila diketemukan tropozoit atau kista G lamblia atau tropozoit E. histolitika di tinja atau cairan usus, atau bila bakteri patogen ditemukan dalam kultur tinja.

Terapi rehidrasi, Bertujuan untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat.

Terapi rehidrasi oral:

  • Cairan oralit (cairan rehidrasi oral) Oralit adalah campuran gula dan garam. Rasio glukosa vs natrium paling tidak 1 : 1. Untuk terapi diare di rumah ibu diberi oralit untuk pemakaian 2 hari. Bila memberikan oralit satu kantong harus diberikan sekaligus dan larutan oralit yang tidak digunakan dalam 24 jam harus dibuang. Bila diare terus berlangsung sedangkan oralit sudah habis harus memberikan cairan rumah tangga atau membawa kembali anaknya ke sarana kesehatan untuk pengobatan.
  • Cairan rumah tangga, Meskipun komposisinya tidak seberat oralit untuk mengobati dehidrasi, cairan larutan seperti sup, air biasa, minuman yoghurt mungkin lebih praktis untuk rehidrasi oral mencegah dehidrasi. Cairan rumah tangga ini harus segera diberikan pada anak pada saat mulai diare dengan tujuan memberi lebih banyak cairan dari biasanya. Ada beberapa cairan yang tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare termasuk sari buah manis yang diperdagangkan, pencahar, stimulansia seperti kopi.

Kriteria cairan rumah tangga yang diberikan pada penderita diare :

1.      Aman bila diberikan dalam jumlah banyak. Teh yang sangat manis, soft drink dan minuman buah komersial yang manis harus dihindarkan karena menyebabkan diare osmotik, memperberat dehidrasi.

2.      Mudah menyiapkan.

3.      Dapat diterima oleh penderita.

4.      Efektif.

Upaya rehidrasi oral tidak tepat untuk :

v  Pengobatan awal dehidrasi berat, karena cairan harus diganti dengan cepat.

v  Penderita ileus paratikus dan perut kembung.

v  Penderita yang tidak dapat minum.

Upaya rehidrasi oral tidak efektif untuk :

  • Penderita dengan pengeluaran tinja yang sangat banyak dan cepat (lebih dari 15 ml/kgBB/jam) serta penderita tidak dapat minum cairan dengan jumlah yang cukup untuk mengganti kehilangannya.
  • Penderita dengan muntah berat dan berulang-ulang.
  • Penderita malabsorbsi glukosa; penderita seperti itu larutan oralit menyebabkan volume tinja meningkat nyata dan tinja mengandung glukosa jumlah besar.

Makanan pada terapi diare

ASI, susu formula atau susu sapi harus diberikan seperti biasanya. Anak umur 6 bulan atau lebih harus diberikan makanan lunak/setengah padat. Tawarkan makanan setiap 3-4 jam atau berikan anak makanan sebanyak dia mau. Pemberian makanan sedikit – sedikit namun sering lebih dapat diterima daripada diberikan dalam jumlah besar tapi jarang. Setelah diare berhenti, teruskan pemberian makanan satu kali lebih banyak daripada biasanya selama 2 minggu menggunakan makanan yang mengandung banyak gizi.

Obat anti diare

Banyak obat dijual untuk mengobati diare akut dan muntah. Obat-obatan anti diare meliputi anti motilitas usus (misal loperamid, difenoksilat, kodein), adsorben (misal norit, kaolin, attapulgit, smectite) dan biakan bakteri hidup (misal lactobacillus, streptokokus faecalis). Antimuntah termasuk klorpromasin, prometasin. Semua obat di atas tidak boleh diberikan pada anak di bawah 5 tahun.

Antibiotika juga tidak boleh diberikan secara rutin kecuali untuk penderita disentri / kolera. Penggunaan yang berlebihan anti diare, anti muntah, antibiotika, anti protozoa menghambat pemberian oralit atau menghambat pertolongan ke sarana kesehatan. Hal ini juga menghamburkan uang.

Tanda-tanda memburuknya diare, Ibu harus membawa anaknya ke sarana kesehatan jika :

  • tinja cair keluar amat sering.
  • muntah berulang.
  • rasa haus yang meningkat.

tidak dapat makan dan minum seperti biasanya

 

 

 

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian

Anamnesis

1.      Identitas

Identitas klien yang harus diketahui oleh perawat meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, pekerjaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan, dan pekerjaan klien/ asuransi kesehatan

2.      Riwayat Penyakit Saat Ini

BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja dan bahkan berbusa. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali.

3.      Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, dan penyakit GI lainya. Serta penggunaan obat-obatan terkait.

4.      Riwayat Nutrisi

Perlu dikaji mengenai pola nutrisi yang di konsumsi oleh seseorang dan jenis-jenis makanan yang dikonsumsi sehari-harinya

5.      Riwayat Lingkungan

Perlu kita kaji bagaimana lingkungan sekitar seseorang. Apakah lingkungan dapat dikatakan higienis atau tidak. Seperti keadaan air untuk mencuci makanan, suhu tempat menyimpat makanan, kebersihan lingkungan serta kebersihat alat-alat untuk makan

 

 

 

Pemeriksaan Fisik

1.      B1 (Breathing)

Pada pasien dengan diare kronisbiasanya akan mengalami dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan).

2.      B2 (Blood)

Pada pasien dengan diare kronis biasanya nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang . Hal ini akibat dari manifestasi pola pernafasan.

3.      B3 (Brain)

Menurunnya konsentrasi akibat perut yang terasa mulas saat diare.

4.      B4 (Bladder)

Pada pasien dengan diare kronis urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

5.      B5 (Bowel)

Secara umum, paien megalami defisit kebutuhan nutrisi dan dehidrasi. Feses berbentuk encer, terdapat darah, lendir, lemak serta berbuih/berbusa. Perut terasa sakit saat dilakukan

 

6.      B6 (Bone)

Lemah karena pasien merasa capek saat diare yang mengakibatkan terbatasnya aktivitas yang ingin dan akan di lakukuan.

 

2.      Diagnosa Keperawatan

1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang

2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.

3.       Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare

4.       Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.

5.       Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.

3.   Perencanaan Keperawatan

1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi.

 

Kriteria Evaluasi :

-          Nafsu makan meningkat

-          BB meningkat atau normal sesuai umur

 

Intervensi :

-          Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin).

Rasional : Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.

 

-           Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat

Rasional : situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

 

-          Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

Rasional : Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

 

-           Monitor intake dan out put dalam 24 jam

Rasional : Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.

 

-          Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :

a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

b. obat-obatan atau vitamin ( A)

Rasional : Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

 

2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.

Tujuan :

 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal

Kriteria Evaluasi :

-          Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )

-          Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.

-          Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Intervensi

-           Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

Rasional:  Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit

-          Pantau intake dan output

Rasional : Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

-          Timbang berat badan setiap hari

Rasional : Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt

-           Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr

Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

 

3.      Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.

Kriteria Evaluasi :

-          Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

-          Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

Intervensi :

-          Monitor suhu tubuh setiap 2 jam

Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)

-          Berikan kompres hangat

Rasional : merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh

-          Kolaborasi pemberian antipirektik

Rasional: Merangsang pusat pengatur panas di otak

 

4.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu.

Kriteria Evaluasi :

- Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga.

- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar.

Intervensi :

-          1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur

Rasional : Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

-          Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)

Rasional : Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces.

-          Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

Rasional :Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi.

 

5.      Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan, tidak terjadi penurunan berat bedan secara terus menerus.

Kriteria Hasil :

-          Berat badan stabil

Intervensi :

-          Kaji BB setiap hari

Rasional : Untuk mengetahui perkembangan tumbuh kembang dan berat badan

-          Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

Rasional : Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

-          Monitor intake dan out put dalam 24 jam

Rasional : Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan

TINJAUAN KASUS

            Tn. C 20 th petani , pendidikan SD dating kerumah sakit dengan keluhan BAB cair, muntah – muntah , kejang, ekstrimitas dingin , wajah biru, anus luka, inkontinuitas alvi dan urin, perut cekung klien gelisah, keadaan umum lethargi, TD 130/ 90 ,RR 32 x/ menit, N 116 X/ menit, S 39 c, hasil lab ditemukan leukosit meningkat dan ditemukan entamoeba coli , DX, Disentri Basiler

A.PENGKAJIAN

1.      Identitas

a.       Identitas pasien

Nama                           : Tn.c

Jenis kelamin               : laki-laki

Umur                           : 20 th

Alamat                                    : -

Agama                         : -

Status perkawinan       : -

Pendidikan                  : SD

Tanggal masuk            : -

Golongan darah          : -

No Regi/rekam medik : -

 

b.      Identitas penanggung jawab : keluarga

 

2.      Riwayat kesehatan

a.       Keluhan utama

BAB cair disertai lender

 

 

 

 

b.      Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari (diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

c.       Riwayat Penyakit Dahulu

-

d.      Riwayat Kesehatan Keluarga

.-

e.       Riwayat Kesehatan Lingkungan

.-

f.       Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan


1. .Pertumbuhan

v  Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.

v  Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.

v  Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah

v  Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.


2. Perkembangan

Tahap perkembangan Psikoseksual (Sigmund Freud)

 

3.      Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

Tanda – Tanda Vital

Ø  TD             : 13O /90 mmHg

Ø  RR             : 32 x/ menit

Ø  N               :166 X/ menit

Ø  S                : 39 C

 

Pemeriksaan Fisik

 

1.  B1 (Breathing)

RR 32x permenit

2.  B2 (Blood)

Tekanan Darah 130/60 mmHg. Nadi 116x/menit

3.   B3 (Brain)

---

4.   B4 (Bladder)

---

5.   B5 (Bowel)

diare yang bercampur darah, lendir, lemak.,

 

6.   B6 (Bone)

Klien mengeluh lemas

 

4.      Pemeriksaan Penunjang

-          Pemeriksaan tinja Pemeriksaan darah : DPL, kadar feritin. kadar vitamin B12 darah,kadar   asam folat darah, albumin serum, eosinofll darah..

-          pemeriksaan imunodefisiensi), feses lengkap dan darah samar.

-          Pemeriksaan anatomi usus : Barium enema

-          Kolonoskopi, ileoskopi, dan biopsi, barium follow through atau enteroclysis, USG abdomen, CT Scan abdomen

-          Fungsi usus dan pankreas : tes fungsi ileum dan yeyunum, tes fungsi pankreas, tes Schilling.

 

5.      Penatalaksanaan

a.    Non farmakologis :

Diet lunak tidak merangsang. tinggi kalori. tinggi protein, bila tidak tahan laktosa diberikan rendah laktosa. bila maldigesti lemak dibenkan rendah lemak. Bila penyakit Crohn dan kolitis ulserosa diberikan rendah serat pada keadaan akut. Pertahankan minum yang baik, bila perlu infus untuk mencegah dehidrasi

b.      Farmakologis:

1.   Bila sesak napas dapat diberikan oksigen, infus untuk memberikan cairan dan elektrolit.

2.   Antibiotika bila terdapat infeksi.

3.   Bila penyebab amuba/parasit/giardia dapat diberikan metronidazol.

4.   Bila alergi makanan/obat/susu, diobati dengan menghentikan makanan/ obat penyebab alergi tersebut.

5.   Keganasan/polip diobati dengan pengangkatan kanker/polip

6.   TB usus diobati dengan OAT

7.   Diare karena kelainan endokrin, diobati dengan kelainan endokrinnya

8.   Malabsorsi diatasi dengan pembenan enzim Kolitis diatasi sesuai jenis kolitis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DATA FOKUS

No
Data
Penyebab
Masalah
1
DS :
BAB cair
 
DO:
BAB lebih 3 x/ hari
Infeksi mukosa kolon

 
 

Makanan / zat tidak dapat di serap

 
 

Isi rongga usus yang berlebihan

 
 

Diare
Kekurangan cairan dan elektrolit
2
 
 
 
 
 
 

3.
DS :
Muntah - muntah
DO :
BB menurun
 
 
DS :
Lemas dan pucat
DO :
Ø  TD :13O /90 mmHg
Ø  RR : 32 x/ menit
Ø  N   :166 X/ menit
Ø  S    : 39 C
 
 
Terjadi rasa mual
Nafsu makan menurun
Kebutuhan intake dan output tdk seimbang
Peningkatan frekwensi BAB
 
Kelelahan
 
Intoleransi aktivitas
BB menurun akibat tidak seimbangnya intake dan output
 
 
 
Intoleransi aktivitas

 

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.

2.      Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.

3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan karena diare


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

2.      Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus
 
 
 
 
 

3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan karena diare
 
 
 
 
 
 
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama di rumah, di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil:
-    Nafsu makan meningkat
-    BB meningkat atau normal sesuai umur
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Setelah dilakukan tindakan, tidak terjadi penurunan berat badan secara terus menerus.
Kriteria Hasil:
-    Berat badan stabil
 
 
 
 
 
 
Setelah di lakukan tindakan, pasien dapat beraktivitas kembali
Kriteria Evaluasi :
-          Pasien dapat beraktivitas kembali.
 
 
1.      Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makan berserat tinggi, berlemak, dan air terlalu panas atau dingin)
2.      Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
3.      Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
4.      Monitor intake dan output dalam 24 jam
 
5.      Kolaborasi dengan tim kesehatan lain:
a.       Terapi gizi: diet TKTP rendah serat, susu
b.      Obat-obatan atau vitamin A
 
1.      Kaji BB setiap hari
 
 
 
2.      Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
3.      Monitor intake dan output dalam 24 jam
1. Berikan dorongan     semangat pada pasien
 
 
2. Bantu pasien untuk melakukan kegiatan yang berat-berat
 
1.      Serat tinggi, lemak , air terlalu panas/ dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan saluran usus.
2.      Situasi yang nyaman ,rileks akan merangsang nafsu makan
 
 
 
 
 
3.      Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
 
 
4.      Mengetahui jumlah output dapat merencanakan jumlah makanan
5.      Mengandung zat yang diperlukan, untuk proses pertumbuhan
 
 
 
 
 
 
1.      Untuk mengetahui perkembangan tumbuh kembang dan berat badan
2.      Mengurangi pemakaian energy yang berlebihan
3.      Mengetahui jumlah output dapat merencanakan jumlah makanan
1. dengan memebrikan dorongan semangat pasien jadi terpacu untuk beraktivitas.
2. Untuk menghindari kelaurnya banyak energi pada pasien.
 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah

Banyak obat dijual untuk mengobati diare akut dan muntah. Obat-obatan anti diare meliputi anti motilitas usus (misal loperamid, difenoksilat, kodein), adsorben (misal norit, kaolin, attapulgit, smectite) dan biakan bakteri hidup (misal lactobacillus, streptokokus faecalis). Antimuntah termasuk klorpromasin, prometasin. Semua obat di atas tidak boleh diberikan pada anak di bawah 5 tahun.

Antibiotika juga tidak boleh diberikan secara rutin kecuali untuk penderita disentri / kolera. Penggunaan yang berlebihan anti diare, anti muntah, antibiotika, anti protozoa menghambat pemberian oralit atau menghambat pertolongan ke sarana kesehatan. Hal ini juga menghamburkan uang.

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PASTAKA

  1. Kamus Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : FK-UI; 2001
  2. Dharma, Andi Pratama. Buku Saku Diare Edisi 1. Bandung : Bagian/SMF IKA FK-UP/RSHS; 2001
  3. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Volume 1. Jakarta : Bagian IKA FK-UI; 1998.
  4. Gandahusada, Srisasi, et al. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : FK-UI; 2000.
  5. Kumpulan catatan kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2004-2005.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar