MAKALAH
“PSIKODINAMIKA GANGGUAN
JIWA”
PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI
KESEHATAN (STIKES) MATARAM
STATUS
TERAKREDITASI BAN PT
NO :
005/BAN-PT/Ak.XII/S1/IV/2009
Jln. Swakarsa III No. 10-13 Grisak Kekalik
Mataram-NTB.Tlp/Fax. (0370) 638760
DAFTAR ISI
Kata
pengantar..............................................................................................!
Deaftar
isi.......................................................................................................!!
BAB
I..............................................................................................................1
Latar
belakang...............................................................................................1
BAB
II............................................................................................................2
Pembahasan.................................................................................................2
A. Pengertian Psikodinamika.....................................................................2
B. Teori
psikoanalisis.................................................................................3
C. Dinamika
kepribadian...........................................................................10
D. Perkembangan
kepribadian..................................................................11
E. Teori psikologi
individual.......................................................................12
F.
Teori
psikilogi analitis............................................................................15
G. Model-model
psikodinamika..................................................................18
H. Perspektif
psikodinamika.......................................................................21
BAB
III...........................................................................................................22
PENUTUP.....................................................................................................22
Kesimpulan...................................................................................................22
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Teori
psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan
kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi
dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian
berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut,
yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini.
Teori
psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama,
manusia adalah bagian dari dunia binatang. Kedua, manusia adalah bagian dari
sistem enerji. Kunci utama untuk memahami manusia menurut paradigma
psikodinamika adalah mengenali semua sumber terjadinya perilaku, baik itu
berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
psikodinamika
Psikodinamik
merupakan salah satu pendekatan yang cukup tua, tentu saja salah satunya
disebabkan karena pendekatan ini merupakan pendekatan yang pertama muncul dalam
dunia psikologi. Pendekatan psikodinamik ini berasumsi bahwa masalah-masalah
si pasien disebabkan oleh tekanan psikologis antara alam bawah sadar dan
kenyataan yang ada dalam kehidupan individu. Pendekatan ini dipelopori oleh
Freud, dimana ajarannya pun menjadi konsep utama dari terapi psikodinamik. Oleh
karena itu, artikel ini akan membahas psikoanalisa Freud secara khusus.
Teori
psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama,
manusia adalah bagian dari dunia binatang. Kedua, manusia adalah bagian dari
sistem enerji. Kunci utama untuk memahami manusia menurut paradigma
psikodinamika adalah mengenali semua sumber terjadinya perilaku, baik itu
berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari.
Teori
psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran
psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Banyak pakar yang kemudia ikut
memakai paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan teori kepribadiannya,
seperti : Carl Gustav Jung, Alfred Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti Anna
Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack Sullivan. Teori psikodinamika
berkembang cepat dan luas karena masyarakat luas terbiasa memandang gangguan
tingkah laku sebagai penyakit (Alwisol, 2005 : 3-4).
Ada beberapa
teori kepribadian yang termasuk teori psikodinamika, yaitu : psikoanalisis,
psikologi individual, psikologi analitis, dan neo freudianisme. Berikut ini
dikemukakan pokok-pokok dari teori psikoanalisis, psikologi individual, dan
psikologi analitis.
B. Teori
Psikoanalisis
Teori
Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat dipandang
sebagai teknik terapi dan sebagai
aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara
mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan
perkembangannya.
1. Struktur Kepribadian
Menurut Freud
(Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tga tingkat kesadaran, yaitu
sadar (conscious),
prasadar (preconscious),
dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang
konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923
Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan
das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi
melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005 :
17).
Freud berpendapat
bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan
das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the
Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip
operasi, dan perlengkapan sendiri.
a.Id (Das Es)
Struktur anak
pada waktu dilahirkan adalah apa yang disebut Id (Das Es). Id merupakan sebuah
istilah yang berasal dari kata benda impersonal yang berarti “The it” (sang
itu), komponen kepribadian yang belum dimiliki.15 Id adalah struktur
kepribadian menurut freud yang terdiri atas naluri (instinct), yang merupakan
gudang energi psikis individu. Dalam pandangan Freud, id tidak secara total; id
tidak memiliki kontak dengan realitas.16 Id ini yang mendorong anak untuk
memuaskan nafsu-nafsunya (prinsip kenikmatan),17 yaitu mencari keenakan dan
menghindarkan diri dari ketidakenakan.
Seorang yang baru
lahir adalah personifikasi sebuah id yang belum terbebani oleh pembatasan-pembatasan
ego dan superego. Bayi mencari pemuasan kebutuhan tanpa peduli dengan apakah
boleh diwujudkan (wilayah-wilayah tuntutan ego) atau apakah pantas
(wilayah-wilayah pembatasan superego). Dia selalu mengisap entah putting ibunya
memiliki air susu atau tidak dan memperoleh kenikmatan dari kedua situasi
tersebut. Meskipun bayi menerima makanan penunjang kehidupan hanya dengan
mengisap puting yang memiliki air susu. Namun, dia terus mengisap karena id-nya
tidak bersentuhan dengan realitas ada tidaknya air susu dalam putting ibu. Bayi
bahkan gagal menyadari bahwa perilaku mengisap jempol tangan tidak dapat
membuatnya mempertahankan hidup. Karena id tidak memiliki kontak langsung
dengan realitas, dia tidak bisa dirubah entah oleh perjalanan waktu atau oleh
pengalaman-pengalaman pribadi. Dan impuls-impuls (dorongan) harapan kanak-kanak
ini masih tetap tidak berubah dalam id selama berdekade-dekade kehidupan si
anak berikutnya.
Selain tidak
relistis dan mencari kesenangan, id juga tidak logis dan dapat melayani secara
bersamaan ide-ide yang tidak bersesuaian. Contohnya: seorang perempuan mungkin
menunjukkan kasih sayang yang disadari terhadap ibunya serta mengharapkan tanpa
sadar kehancuran sang ibu.
Hasrat-hasrat
yang saling bertentangan ini dapat muncul karena id tidak memilki moralitas di
dalamnya. Artinya, dia tidak membuat penentuan nilai atau membedakan baik dan
buruk. Namun, id bukan immoral (menyalahi moral), tepatnya ia amoral (tidak
bersangkut paut dengan moral). Semua energy id dihabiskan hanya untuk satu
tujuan saja−mencari kesenangan tanpa peduli apa yang pantas atau benar.
Id adalah sesuatu
yang primitive/purba, khas, dan tidak terakses oleh alam sadar, tidak dapat diubah,
amoral, tidak logis, tidak terorganisasikan dan selalu dipenuhi energy yang
diterimanya dari dorongan-dorongan dasar menuju pemuasan prinsip kesenangan.
Sebagai wilayah yang menjadi rumah bagi dorongan-dorongan dasar (motif-motif primer), pengoperasian id disebut Proses primer. Namun, karena dia mencari dengan membabi buta pemuasan prinsip kesenangan, kelangsungan hidupnya bergantung penuh terhadap perkembangan proses skunder yang membawanya untuk melakukan kontak dengan dunia eksternal. Proses eksternal berfungsi melalui ego.
b. Ego (Das Ich)
Ego adalah
struktur keribadian menurut freud yang berurusan dengan tuntutan realitas. Ego
disebut badan pelaksana (Executive Branch) kepribadian, karena ego membuat
keputusan-keputusan rasional. Id dan ego tidak memiliki moralitas, id dan ego
tidak memperhitungkan apakah sesuatu benar atau salah.
Ego atau “I”
(sang aku), adalah satu-satunya wilayah jiwa yang berhubungan dengan realitas.
Ia tumbuh dari id selama masa bayi dan menjadi satu-satunya sumber komunikasi
seseorang dengan dunia
eksternal. Dia diatur oleh prinsip realitas yang berusah menjadi substitusi
bagi prinsip kesenangan id. Karena dia sebagian sadar, sebagian ambang sadar,
dan sebagian bawah sadar, ego dapat membuat keputusan dari masing-masing dari
ketiga tingkatan mental ini. Contohnya, ego seorang perempuan mungkin secara
sadar memotivasi dia untuk memilih pakaian yang rapid an dijahit dengan baik
karena dia merasa nyaman jika mengenakan pakaian yang bagus. Pada waktu yang
bersamaan, dia bisa saja menyadari secara samar-samar (yaitu secara ambang
sadar) mengenai pengalaman-pengalaman sebelumnya yang membuatnya yang
membuatnya dihargai karena memilih pakaian yang bagus. Selain itu, dia juga
bisa termotivasi oleh bawah sadarnya untuk menjadi sangat rapi dan tertib
kerena pengalaman-pengalaman latihan−penggunaan−toilet (toilet training) pada
masa kanak-kanak. Kalu begitu, keputusannya untuk mengenakan pakaian yang rapi lahir
dari ketiga tingkat kehidupan mentalnya tersebut.
Ketika mengenakan
fungsi-fungsi kognitif dan intelektualnya, ego harus mempertimbangkan berbagai
tuntutan dari id dan super ego yang tidak bersesuaian dan sama-sama tidak
realistis.
Menurut freud, ego
menjadi terbedakan dari id ketika bayi mulai belajar membedakan diri mereka
dari dunia luar. Ketika id masih tetap tidak mau berubah, ego mulai
mengembangkan sejumlah strategi untuk menghadapi tuntutan id yang tidak
relistik dan tidak pantang menyarah terhadap kesenangan. Pada saat-saat
tertentu, ego dapat mengontrol id yang sangat kuat dan selalu mencari
kesenangan itu. Namun, pada saat-saat lain ego kehilangan kekuatan
pengontrolnya.
Untuk
membandingkan ego dan id, freud menggunakan analogi seorang yang sedang
menunggangi seekor kuda. Si enunggang sanggup mengarahkan dan mengendalikan
kekuatan kuda yang jauh lebih besar, namun, jika si kuda menunjukkan
kemurahhatian untuk menuruti perintahnya.
Seperti halnaya
anak-anak yang mendapatkan hadiah dan hukuman orang tua, mereka mulai belajar
apa yang harus dilakukan untuk memperoleh kesenangan dan menghindari rasa
sakit. Di usia yang masih belia ini, kesenagan dan rasa sakit merupakan
fungsi-fungsi ego yang utama karena anak-anak belum mengembangkan suara hati nurani
(conscience) dan ideal ego (ego-ideal): itulah super ego. Ketika anak-anak
memasuki usia 5 atau 6 tahun, mereka mulai mengidentifikasi diri dengan orang
tua mereka dan belajar apa yang boleh dilakukan, inilah asal-usul superego.
c. Superego
(Das Ueber Ich)
Superego
adalah struktur kepribadian freud yang merupakan badan moral kepribadian dan
benar-benar memperhitungkan apakah sesuatu benar ataukah salah. Anggaplah
superego adalah sesuatu yang selalu kita rujuk sebagia “hati nurani
(consciense)” kita. Anda mungkin mulai merasa bahwa baik id maupun superego
menyebabkan kehidupan kasar bagi ego, ego anda barang kali mengatakan, “aku
akan melakukan hubungan seks kadang-kadang saja dan memastikan untuk
menggunakan alat pencegahan kehamilan yang tepat, karena aku tidak ingin
gangguan anak dalam perkembangan karirku.” Akan tetapi, id anda mengatakan “aku
ingin dipuaskan; seks itu nikmat.” Superegosedang bekerja juga: “aku merasa
bersalah kalau melakuakan hubungan seks.
Ada dua aspek
superego: pertama adalah nurani (conscience), yang merupakan internalisasi dari
hukuman dan peringatan. Sementara yang kedua disebut ego ideal. Ego ideal
berasal dari pujuan-pujian dan cotoh-contoh positif yang diberikan kepada
anak-anak.
Freud melihat
kepribadian seperti suatu gunung es; kebanyakan kepribadian terdapat dibawah
tingkat kesadaran kita, sama seperti bagian terbesar dari suatu gunung es yang
terdapat dibawah gunung es.
Bagaiman Ego mengatasi konflik antara tuntutan realitas, keinginan id, dan hambatan superego?
Bagaiman Ego mengatasi konflik antara tuntutan realitas, keinginan id, dan hambatan superego?
a.
Dengan melalui mekanisme pertahanan (defense
mechanism) yaitu istilah psikoanalisis bagi metode ketidaksadaran, ego
membelokkan atau mendistorsi realitas, dengan demikian melindunginya dari
kecemasan. Dalam pandangan Freud, tuntutan-tuntutan struktur kepribadian yang
saling bertentangan menimbulkan kecemasan. Misalnya, ketika ego menghambat atau
memblok pengejaran id akan kenikmatan, kecemasan yang lebih dalam (inner
anxiety) dirasakan. Keadaan tertekan berkembang ketiak id sedang membahayakan
individu. Kecemasan mengingatkan atau mengirim sinyal kepada ego untuk
mengatasi konflik melalui alat mekanisme pertahanan.
b.
Represi (represion) ialah mekanisme
pertahanan yang paling kuat dan paling meresap (the most powerful and pervasive
); represi bekerja menolak dorongan-dorongan id yang tidak diinginkan di luar
kesadaran dan kembali ke pikiran tidak sadar. Represi adalah landasan dari mana
semua mekanisme pertahanan lain bekerja; tujuan setiap mekanisme pertahanan
ialah menekan (repress), atau menolak keinginan-keinginan yang mengancam di
luar kesadaran. Freud mengatakan bahwa pengalaman masa anak-anak, sebagian
besar diantaranya ia yakini sarat secara seksual (sexsually laden), cukup
mengancam dan menekan kita untuk mengatasinya secara sadar. Kita mengurangi
kecemasan akibat konflik ini melalui mekanisme pertahanan represi.
Freud yakin bahwa kita melampaui lima tahap perkembangan psikoseksual dan bahwa setiap tahap perkembangan tersebut kita mengalami kenikmatan pada satu bagian tubuh lebih dari pada bagian tubuh yang lain. Erogenous zones adalah bagian tubuh yang yang mengalami kenikmatan khusus yang sangat kuat yang memberi kualitas pada setiap tahap perkembangan.
Freud yakin bahwa kita melampaui lima tahap perkembangan psikoseksual dan bahwa setiap tahap perkembangan tersebut kita mengalami kenikmatan pada satu bagian tubuh lebih dari pada bagian tubuh yang lain. Erogenous zones adalah bagian tubuh yang yang mengalami kenikmatan khusus yang sangat kuat yang memberi kualitas pada setiap tahap perkembangan.
Aplikasi Teori
Freud dalam Bimbingan
Apabila menyimak
konsep kunci dari teori kepribadian freud, maka ada beberapa teorinya yang
dapat diaplikasikan dalam bimbingan, yaitu :
Pertama, konsep
kunci bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan.
Dengan demikian,konselor dalam memberikan bimbingan harus selalu berpedoman
kepada apa yang dibutuhkan dan yang diinginkan oleh yang diberikan konseling,
sehingga bimbingan benar-benar efektif.
Adapun fungsi-fungsi bimbingan antara lain :
a. Memahami Individual
Seorang guru dan
pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif jika mereka dapat memahami dan
mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya.
Karena itu, bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri anak
secara menyeluruh. Karena tujuan bimbingan dan pendidikan dapat dicapai jika
programnya didasrkan atas pemahaman diri anak didiknya.
b. Preventif dan Pengembangan Individual
Preventif dan pengembangan merupakan dua sisi
dari satu mata uang. Preventive berusaha mencegah kemerosotan perkembangan seseorang dan minimal
dapat memelihara apa yang telah dicapaidalam perkembangannya melalui pemberian
pengaruh-pengaruh yang positif, memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap
dan pola perilaku yang dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan
dirinya secara optimal.
Membantu individu
untuk menyempurnakan setiap manusia pada saat tertentu membutuhkan pertolongan
dalam menghadapi lingkungannya. Bimbingan dapat memberikan pertolongan pada anak
untuk mengadakan pilihan yang sesuai dengan potensi dan kemampuan yang
dimilikinya.
Kedua, konsep
teori tentang kecemasan yang dimiliki seseorang dapat digunakan sebagai wahana
pencapaian tujuan bimbingan, yaitu membantu individu supaya mengerti diri dan
lingkungannya, mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara
bijaksana mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupannya, mampu mengelola aktivitas sehari-hari dengan
baik dan bijaksana, mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama,
social dalam masyarakatnya.
Ketiga, konsep
teori psikoanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap
perjalanan manusia. Dalam system pembinaan akhlak individual, islam
menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anknya agar dapat
tumbuh kembang sesuai dengan norma agama dan social. Bila sebuah keluarga mampu
memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh
menjadi manusia yang baik.
Keempat, teori freud tentang tahapan perkembangan kepribadian individu dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini memberikan arti bahwa, materi, metode, dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu,karena pada setiap tahapan itu memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda.
Keempat, teori freud tentang tahapan perkembangan kepribadian individu dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini memberikan arti bahwa, materi, metode, dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu,karena pada setiap tahapan itu memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda.
Kelima, konsep
freud tentang ketidaksadaran dapat digunakan dalam proses bimbingan yang
dilakukan pada individu dengan harapan dapat mengurangi impuls-impuls dorongan
id yang bersifat irrasional sehingga berubah menjadi rasional.
C. Dinamika Kepribadian
1. Distribusi
enerji
Dinamika
kepribadian, menurut Freud bagaimana energi psikis didistribusikan dan
dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud menyatakan bahwa
enerji yang ada pada individu berasal dari sumber yang sama yaitu makanan yang
dikonsumsi. Bahwa enerji manusia dibedakan hanya dari penggunaannya, enerji
untuk aktivitas fisik disebut enerji fisik, dan enerji yang dunakan untuk
aktivitas psikis disebut enerji psikis.
Menurut Freud
jumlah energy itu terbatas sehingga terjadi semacam persaingan di antara ketiga
aspek kepribadian untuk memperoleh dan menggunakannya. Jika salah satu aspek
banyak menggunakan energi maka aspek kepribadian yang lain menjadi lemah.
Freud menyatakan
bahwa pada mulanya yang memiliki enerji hanyalah das Es saja. Melalui mekanisme
yang oleh Freud disebut identifikasi, energi tersebut diberikan oleh das Es
kepada das Ich dan das Ueber Ich.
2. Mekanisme
pertahanan ego
Menurut Freud,
mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism) sebagai strategi yang
digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorngan das
Es maupun untuk menghadapi tekanan das Uber Ich atas das Ich, dengan tujuan
kecemasan yang dialami individu dapat dikurangi atau diredakan (Koeswara, 1991
: 46).
Freud menyatakan
bahwa mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak
macamnya. Berikut ini 7 macam mekanisme pertahanan ego yang menurut Freud umum
dijumpai (Koeswara, 1991 : 46-48).
a. Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego
untuk meredakan kecemasan dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi
penyebab kecemasan tersebut ke dalam ketidak sadaran.
b. Sublimasi,
adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan
kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif das Es yang
menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima, dan
bahkan dihargai oleh masyarakat.
c. Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap,
atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.
d. Displacement, adalah pengungkapan dorongan
yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya
dibanding individu semula.
e. Rasionalisasi,
menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini
kenyataan yang mengamcam ego, melalui dalih tertentu yang seakan-akan masuk
akal. Rasionalissasi sering dibedakan menjadi dua : sour grape technique dan sweet orange technique.
f. Pembentukan reaksi,
adalah upaya mengatasi kecemasan karena individu memiliki dorongan yang
bertentangan dengan norma, dengan cara berbuat sebaliknya.
g. Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan
dengan bertinkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
D. Perkembangan Kepribadian
1. Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan kepribadian
Perkembangan
kepribadian individu menurut Freud, dipengauhi oleh kematangan dan cara-cara
individu mengatasi ketegangan. Menurut
Freud, kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia.
Ketegangan dapat
timbul karena adanya frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi
ketegangan ini dilakukan individu dengan : identifikasi, sublimasi, dan
mekanisme pertahanan ego.
2. Tahap-tahap perkembangan kepribadian
Menurut Freud,
kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan
selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu.
Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui
6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian
tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Ke enam fase perkembangan
kepribadian adalah sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 1982 : 172-173).
a.
Fase oral (oral stage): 0 sampai
kira-kira 18 bulan
Bagian tubuh yang sensitif terhadap
rangsangan adalah mulut.
b. Fase anal (anal stage) : kira-kira usia
18 bulan sampai 3 tahun.
Pada
fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
c. Fase falis (phallic stage) : kira-kira
usia 3 sampai 6 tahun.
Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis
adalah alat kelamin.
d.
Fase laten (latency stage) : kira-kira
usia 6 sampai pubertas
Pada fase ini dorongan seks cenderung
bersifat laten atau tertekan.
e. Fase genital (genital stage): terjadi
sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya.
Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.
E. Teori Psikologi Individual
1. Pendahuluan
Tokoh yang
mengembangkan teori psikologi individual adalah Alfred Adler (1870-1937), yang
pada mulanya bekerja sama dengan dalam mengembangkan psikoanalisis. Karena ada
perbedaan pendapat yang tidak bisa diselesaikan akhirnya Adler keluar dari
organisasi psikoanalisis dan bersama pengikutnya dia mengembangkan aliran
psikologi yang dia sebut Psikologi Individual (Idividual Psychology).
2.
Konsepsi-konsepsi Psikologi
Individual
Menurut Adler
manusia itu dilahirkan dalam keadaan tubuh yang lemah. Kondisi ketidak
berdayaan ini menimbulkan perasaan inferior (merasa lemah atau tidak mampu) dan
ketergantungan kepada orang lain. Manusia, menurut Adler, merupakan makhluk
yangh saling tergantung secara sosial. Perasaan bersatu dengan orang lain ada
sejak manusia dilahirkan dan menjadi syarat utama kesehatan jiwanya.
Berdasarkan paradigma tersebut kemudian Adler mengembangkan teorinya yang
secara ringkas disajikan pada uraian berikut
a.
Individualitas sebagai pokok persoalan
Adler menekankan
pentingnya sifat khas (unik) kepribadian, yaitu individualitas. Menurut Adler
setiap orang adalah suatu konfigurasi motif-motif, sifat-sifat, serta
nilai-nilai yang khas, dan setiap perilakunya menunjukkan corak khas gaya
kehidupannya yang bersifat individual.
b.
Dua dorongan pokok
Dalam diri setiap
individu terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong serta melatar belakangi
segala perilakunya, yaitu :
1) Dorongan
kemasyarakatan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan orang lain;
2) Dorongan
keakuan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan diri sendiri.
c.
Perjuangan menjadi sukses atau ke arah superior
Individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang
menimbulkan perasaan inferior. Perasaan inilah yang kemudian menjadi pendorong
agar dirinya sukses dan tidak menyerah pada inferioritasnya.
d.
Gaya hidup (style of life)
Menurut Adler
setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior. Namun
setiap orang berusaha mewujudkan keinginan tersebut dengan gaya hidup yang
berbeda-beda. Adaler menyatakan bahwa gaya hidup adalah cara yang unik dari
setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan oleh
yang bersangkutan dalam kehidupan tertentu di mana dia berada (Alwisol, 2005 :
97).
e.
Minat sosial (social interest)
Adler berpendapat
bahwa minat sosial adalah bagian dari hakikat manusia dalam dalam besaran yang
berbeda muncul pada tingkah laku setiap orang. Minat sosial membuat individu
mampu berjuang mengejar superioritas dengan cara yang sehat dan tidak tersesat
ke salah suai. Bahwa semua kegagalan, neurotik, psikotik, kriminal, pem,abuk,
anak bermasalah, dst., menurut Adler, terjadi karena penderita kurang memiliki
minat sosial.
f.
Kekuatan krestif self (creative power of the self)
Self kreatif
merupakan puncak prestasi Adler sebagai teoris kepribadian (Awisol, 2005 : 98).
Menurut Adler, self kreatif atau kekuatan kreatif adalah kekuatan ketiga yang
paling menentukan tingkah laku (kekutatan pertama dan kedua adalah hereditas
dan lingkungan).
Self kreatif,
menurut Adler, bersifat padu, konsisten, dan berdaulat dalam struktur
kepribadian. Keturunan kekmberi kemampuan tertentu, lingkungan memberi imresi
atau kesan tertentu. Self kreatif adalah sarana yang mengolah fakta-fakta dunia
dan menstranformasikan fakta-fakta itu menjadi kepribadian yang bersifat
subjektif, dinamis, menyatu, personal dan unik. Self kreatif memberi arti
kepada kehidupan, menciptakan tujuan maupun sarana untuk mencapainya.
g.
Konstelasi keluarga
Konstelasi berpengaruh dalam pembentukan kepribadian.
Menurt Adler, kepribadian anak pertama, anak tengah, anak terakhir, dan anak
tunggal berbeda, karena perlakuan yang diterima dari orang tua dan
saudara-saudara berbeda.
h.
Posisi tidur dan kepribadian
Hidup kejiwaan merupakan kesatuan antara aspek jiwa
dan raga dan tercermin dalam keadaan terjaga maupun tidur. Dari observasi yang
telah dilakukan terhadap para pasiennya Adler menarik kesimpulan bahwa ada
hubungan posisi tidur seseorang dengan kepribadiannya.
1) Tidur terlentang, menunjukkan yang
bersangkutan memiliki sifat pemberani dan bercita-cita tinggi.
2) Tidur bergulung (mlungker),
menunjukkan sifat penakut dan lemah dalam mengambil keputusan.
3)
Tidur mengeliat tidak karuan, menunjukkan yang bersangkutan memiliki sifat yang
tidak teratur, semborno, dst.
4)
Tidur dengan kaki di atas bantal, menunjukkan orang ini menyukai petualangan.
5) Tidur
dilakukan dengan mudah, berarti proses penyesuaian dirinya baik.
F. Teori
Psikologi Analitis
1. Pendahuluan
Psikologi
analitis merupakan aliran psikologi dinamis yang dikembangkan oleh Carl Gustav
Jung (1975 – 1959). Sama halnya dengan Adler, Jung semula juga merupakan
sahabat Freud dan termasuk tokoh terkemuka dalam organisasai psikoanalisis. Dan
kerana perbedaan pendapat pula keduanya lalu berpisah. Jung kemudian
mengembangkan aliran psikologi yang dia beri nama Psikologi Analistis.
2. Pokok-pokok
Teori Carl Gustav Jung
a.
Struktur kepribadian
Kepribadian atau
psyche (istilah yang dipakai Jung untuk kepribadian) tersusun dari sejumlah
sistem yang beroperasi dalam tiga tingkat kesadaran : ogo beroperasi pada
tingkat sadar, kompleks beroperasi pada tingkat tak sadar pribadi, dan arsetip
beroperasi pada tingkat tak sadar kolektif.
Disamping
sistem-sistem yang terkait dengan daerah operasinya masing-masing, terdapat
sikap jiwa (introvert dan ekstravert) dan fungsi jiwa (pikiran, perasaan,
pengidraan, dan intuisi).
1) Sikap jiwa,
adalah arah enerji psikis (libido) yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia
terhadap dunianya. Sikap jiwa dibedakan menjadi :
a)
Sikap ekstrovert
(1) libido mengalir keluar
(2) minatnya terhadap situasi sosial kuat
(3) suka bergaul, ramah, dan cepat
menyesuaikan diri
(4) dapat menjalin hubungan baik dengan orang
lain mesipun ada masalah.
b) Sikap introvert
(1) libido mengalir ke dalam, terpusat pada
faktor-faktor subjektif
(2) cenderung menarik diri dari lingkungan
(3) lemah dalam penyesuaian sosial
(4) lebih menyukai kegiatan dalam rumah
2) Fungsi jiwa, adalah suatu bentuk
aktivitas kjiwaan yang secara teoritis tetap meskipun lingkungannya
berbeda-beda. Fungsi jiwa dibedakan menjadi dua ;
a) Fungsi jiwa rasional, adalah fungsi jiwa yang
bekerja dengan penilaian dan terdiri dari :
(1) pikiran : menilai benar atau salah
(2) perasaan : menilai menyenangkan atau tak
menyenangkan
b) Fungsi
jiwa yang irasional, bekerja tanpa penilaian dan terdiri dari :
(1) pengideraan : sadar indrawi
(2) intuisi: tak sadar naluriah
Menurut Jung pada
dasarnya setiap individu memiliki keempat fungsi jiwa tersebut, tetapi biasanya
hanya salah satu fungsi saja yang berkembang atau dominan. Fungsi jiwa yang
berkembang paling meonjol tersebut merupakan fungsi superior dan menentukan
tipe individu yang bersangkutan.
b.
Dinamika kepribadian
Jung menyatakan
bahwa kepribadian atau psyche bersifat dinamis dengan gerak yang terus-menerus.
Dinamika psyche tersebut disebabkan oleh enerji psikis yang oleh Jung disebut
libido. Dalam dinamika psyche terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut
(Alwisol, 2005 : 65)
1) Prinsip oposisi
Berbagai sistem,
sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara, yaitu :
saling bertentangan (oppose), saling mendukung (compensate),
dan bergabung mejnadi kesatuan (synthese).
Menurut Jung,
prinsip oposisi paling sering terjadi karena kepribadian berisi berbagai
kecenderungan konflik. Oposisi juga terjadi antar tipe kepribadian, ekstraversi
lawan introversi, pikiran lawan perasaa, dan penginderaan lawan intuisi.
2) Prinsip kompensasi
Prinsip ini
berfungsi untuk menjada agar kepribadian tidak mengalami gangguan. Misalnya
bila sikap sadar mengalami frus-trasi, sikap tak sadar akan mengambil alih.
Ketika individu tidak dapat mencapai apa yang dipilihnya, dalam tidur sikap tak
sadar mengambil alih dan muncullah ekpresi mimpi.
3) Prinsip penggabungan
Menurut Jung,
kepribadian terus-menerus berusaha menyatukan pertentangan-pertentangan yang
ada agar tercapai kepribadian yang seimbang dan integral.
c. Perkembangan
kepribadian
Carl Gustav Jung menyatakan bahwa manusia
selalu maju atau mengejar kemajuan, dari taraf perkembangan yang kurang sempurna ke taraf
yang lebih sempurna. Manusia juga selalu berusaha mencapai taraf diferensiasi
yang lebih tinggi.
1)
Tujuan perkembangan : aktualisasi diri
Menurut Jung,
tujuan perkembangan kepribadian adalah aktuali-sasi diri, yaitu diferensiasi sempurna dan saling hubungan yang selaras
antara seluruh aspek kepribadian.
2)
Jalan perkembangan : progresi dan regresi
Dalam
prose perkembangan kepribadian dapat terjadi gerak maju (progresi) atau gerak
mundur (regresi). Progresi adalah terjadinya penyesuaian diri secara memuaskan
oleh aku sadar baik terhadap tuntutan dunia luar mapun kebutuhan-kebutuhan alam
tak sadar.
Apabila progesi
terganggu oleh sesuatu sehingga libido terha-langi untuk digunakan secara
progresi maka libido membuat regresi, kembali ke fase yang telah dilewati atau
masuk ke alam tak sadar.
3)
Proses individuasi
Untuk
mencapai kepribadian yang sehat dan terintegrasi secara kuat maka setiap aspek
kepribadian harus mencapai taraf diferensiasi dan perkembangan yang optimal.
Proses untuk sampai ke arah tersebut oleh Jung dinamakan proses individuasi
atau proses penemuan diri.
G. Model-model psikodinamika
Model-model Psikodinamika pada awalnya dikembangkan
oleh Sigmund Freud (1974) dan pengikut-pengikutnya. Dikatakan psikodinamik,
karena teori ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku berasal dari gerakan dan
interaksi dalam pikiran manusia, kemudian pikiran merangsang perilaku dan
keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.
Perkembangan teori psikodinamik dalam lingkungan
teori-teori pekerjaan social masih diterapkan secara generalis, hal ini dimungkinkan
karena penerapannya masih berpatokan pada ajaran Freud tadi dengan mengarah
kepada pengembangan psikoanalisis. Oleh sebab itu, dikembangkan teori
psikoanalisis yang lebih modern (Lowenstein, 1985) dengan konsentrasi pada
bagaimana individu dapat berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Dan hal ini
lebih mengarah kepada hubungan sosialnya dari pada hubungan secara biologis,
yang kemudian berkembang pada pemikiran tentang pengaruh Ego Psikologi (E.
Goldstein, 1984).
Peran
psikoanalisis dalam pekerjaan social menunjukan adanya tingkatan pengembangan
dan pemikiran ini berbeda antara satu negara dan negara lainnya. Misalnya di
Amerika lebih kuat pengaruh Ego Psikologi dari pada negara yang lain seperti
Inggris. Dinegara ini psikoanalisis dimungkinkan untuk diarahkan pada
aliran-aliran Marxisme contohnya dimana sebuah struktur symbol dalam masyarakat
seperti bahasa sangat ditentukan oleh budaya dimasyarakat. Disamping itu,
aliran-aliran Marxisme ini yang bisa dikatakan radikal juga bisa dilihat dalam
idiologi-idiologi seperti feminisme dan psikologi individu terutama yang
berhubungan dengan intelektual.
Beberapa Ide
Dasar Psikoanalisis
Teori psikoanalisis ini dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yakni :perkembangan manusia, kepribadian dan psikologi abnormal dan pengobatan (treatmen).
Ada 2 (dua) ide dasar yang penting dari teori ini, yakni : Determinisme Psikis yaitu prinsip bahwa tindakan atau perilaku berasal dari proses pemikiran orang dan ketidaksadaran adalah ide bahwa suatu pemikiran dan kegiatan mental tersembunyi dari pengetahuan kita. Kedua hal ini diterima luas dimana Yelloly menguatkannya lewat beberapa pemahaman tentang resistensi yang mengarah kepada upaya perlawanan terhadap pemikiran dan perasaan yang bertentangan dengan kepercayaan yang kita pegang teguh. Dan semua itu akan mengarah kepada upaya represi dan agresi.
Teori psikoanalisis ini dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yakni :perkembangan manusia, kepribadian dan psikologi abnormal dan pengobatan (treatmen).
Ada 2 (dua) ide dasar yang penting dari teori ini, yakni : Determinisme Psikis yaitu prinsip bahwa tindakan atau perilaku berasal dari proses pemikiran orang dan ketidaksadaran adalah ide bahwa suatu pemikiran dan kegiatan mental tersembunyi dari pengetahuan kita. Kedua hal ini diterima luas dimana Yelloly menguatkannya lewat beberapa pemahaman tentang resistensi yang mengarah kepada upaya perlawanan terhadap pemikiran dan perasaan yang bertentangan dengan kepercayaan yang kita pegang teguh. Dan semua itu akan mengarah kepada upaya represi dan agresi.
Dalam teori
perkembangan mental pada psikoanalisis, juga dipahami adanya libido pada
anak-anak yang berakar dari insting anak akibat lapar dan haus. Dia akan puas
bila telah menyusu (sucking), namun pada perkembangannya dimasa dewasa, sucking
juga akan terasa memuaskan bila objeknya berbeda (seperti merokok dan
sebagainya).
Kemudian dari
masa anak-anak akan berkembang dari beberapa tingkatan yang dimulai dengan
oral, anal, falik, oedipal, latensi dan genital. Tentu saja lingkungan social
dan budaya akan sangat mempengaruhi perkembangannya.
Menurut teori
personality dalam psikoanalisis ada 3 (tiga) hal penting dalam perkembangan
kepribadian manusia yakni : Id, Ego dan Superego. Satu ciri penting kepribadian
yang menonjol disini adalah bagaimana Ego mengelola konflik dan bagaimana
kebutuhan Ego dan Superego untuk mengontrol Id sebagai bentuk tanggung jawab
sosial .
Ada juga 3 (tiga) hal penting menyangkut perkembangan
kepribadian ini yaitu :
a. Proyeksi : yaitu ide ide yang tidak diinginkan yang berkaitan dengan sesuatu yang diinginkan ego untuk dilindungi dikenakan pada orang lain.
b. Sublimasi : yaitu energi yang diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang lebih dapat diterima.
c. Rasionalisasi: yaitu alasan-alasan yang dapat diterima untuk kegiatan-kegiatan aktivitas meski sebenarnya tidak dapat diterima.
a. Proyeksi : yaitu ide ide yang tidak diinginkan yang berkaitan dengan sesuatu yang diinginkan ego untuk dilindungi dikenakan pada orang lain.
b. Sublimasi : yaitu energi yang diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang lebih dapat diterima.
c. Rasionalisasi: yaitu alasan-alasan yang dapat diterima untuk kegiatan-kegiatan aktivitas meski sebenarnya tidak dapat diterima.
Freud dalam berpraktek berpatokan pada
Ego dan hubungan antar objek. Hal ini terus dikembangkan dan sangat berpengaruh
pada pendekatan psikoanalisis hingga saat ini. Dalam pekerjaan social, banyak
bentuk teori psikoanalisis modern yang digunakan dan sangat kuat dipengaruhi
oleh teori-teori system dan teori crisis intervention.
Teori-teori ini khususnya menyangkut
Ego psikologi dan objek relation terus diperdalam, mengingat penekanannya pada
perkembangan kepribadian manusia, dimulai dari masa anak-anak dimana mereka
akan berhubungan dengan dunia luar (hubungan antar objek) dari usia dini.
Tumbuh berkembang dan akan belajar dari berbagai pengalaman dengan menggunakan
pemikiran, persepsi dan ingatan. Kemudian mereka akan mengalami suatu hal yang
dinamakan kehilangan (loss), hal ini akan menjadi penghambat dalam perkembangan
kepribadian mereka.
Disamping itu, Teori Treatment juga
menjadi suatu bagian penting didalam pendekatan ini, dimana pemahamannya lebih
menekankan pada cara orangtua dalam memerlakukan dan membentuk kepribadian anak
yang diibaratkan sebagai ‘blank screens’.
Psikoanalisis dan Pekerjaan Sosial
Secara garis besar teori-teori dalam pekerjaan social dipengaruhi teori psikoanalisis, terutama dalam prakteknya. Akan tetapi, teori-teori tentang perkembangan, kepribadian dan terapi, secara eksplisit tidak dipraktekkan. Beberapa hal yang menggambarkan pengaruhnya antara lain : Pengaruh pikiran Freud pada budaya Barat, adanya aspek-aspek berbeda dalam prakteknya, serta setuju dan tidaknya terhadap teori yang dikembangkan Frued dan sebagainya.
Secara garis besar teori-teori dalam pekerjaan social dipengaruhi teori psikoanalisis, terutama dalam prakteknya. Akan tetapi, teori-teori tentang perkembangan, kepribadian dan terapi, secara eksplisit tidak dipraktekkan. Beberapa hal yang menggambarkan pengaruhnya antara lain : Pengaruh pikiran Freud pada budaya Barat, adanya aspek-aspek berbeda dalam prakteknya, serta setuju dan tidaknya terhadap teori yang dikembangkan Frued dan sebagainya.
H. Perspektif psikodinamika.
Perspektif psikodinamika, individu yang mengalami masalah penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, khususnya pada alkohol mencerminkan adanya kepribadian ketergantungan oral. Individu tersebut mengalami fiksasi fase oral dalam perkembangan psikoseksualnya. Individu yang minum alkohol terlalu banyak (alkoholik) pada masa dewasa merupakan simbolisasi usaha untuk mencapai kepuasan oral. Dengan kata lain dinyatakan bahwa alkoholisme merupakan representasi fiksasi oral disebabkan oleh konflik ketidaksadaran pada masa kank-kanak. Namun menurut Nevid, dkk (1997) perspektif psikodinamika ini tidak banyak didukung oleh hasil-hasil penelitian atau bukti-bukti empiris.
Penyalahgunaan NAPZA dalam perspektif psikodinamika sangat dipengaruhi oleh kondisi individu pada awal masa kehidupannya (0 – 5 ), sehingga intervensi pada masa kehidupan remaja menjadi tidak berarti. Selain itu dalam perspektif psikodinamika juga dinyatakan bahwa penyalahgunaan NAPZA merupakan representasi konflik ketidaksadaran pada masa kanak-kanak. Dengan demikian pada masa remaja seolah-olah problema penyalahgunaan NAPZA adalah suatu masalah yang tidak dapat dikendalikan oleh remaja itu sendiri.
Perspektif psikodinamika, individu yang mengalami masalah penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, khususnya pada alkohol mencerminkan adanya kepribadian ketergantungan oral. Individu tersebut mengalami fiksasi fase oral dalam perkembangan psikoseksualnya. Individu yang minum alkohol terlalu banyak (alkoholik) pada masa dewasa merupakan simbolisasi usaha untuk mencapai kepuasan oral. Dengan kata lain dinyatakan bahwa alkoholisme merupakan representasi fiksasi oral disebabkan oleh konflik ketidaksadaran pada masa kank-kanak. Namun menurut Nevid, dkk (1997) perspektif psikodinamika ini tidak banyak didukung oleh hasil-hasil penelitian atau bukti-bukti empiris.
Penyalahgunaan NAPZA dalam perspektif psikodinamika sangat dipengaruhi oleh kondisi individu pada awal masa kehidupannya (0 – 5 ), sehingga intervensi pada masa kehidupan remaja menjadi tidak berarti. Selain itu dalam perspektif psikodinamika juga dinyatakan bahwa penyalahgunaan NAPZA merupakan representasi konflik ketidaksadaran pada masa kanak-kanak. Dengan demikian pada masa remaja seolah-olah problema penyalahgunaan NAPZA adalah suatu masalah yang tidak dapat dikendalikan oleh remaja itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori
psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan
kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi
dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian
berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut,
yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini.
Teori
psikodinamika dicetuskan oleh Sigmund Freud. Dia berpendapat bahwa perkembangan
jiwa atau kepribadian seseorang ditentukan oleh komponen dasar yang bersifat
sosio-efektif, yakni ketegangan yang ada di dalam diri seseorang itu ikut
menentukan dinamikanya ditengah-tengah lingkungannya.
Sehingga freud membagi struktur kepribadian atau jiwa seseorang menjadi tiga yaitu:
a)Id (das es) bisa dikaitkan dalam islam dengan nafsu.
Sehingga freud membagi struktur kepribadian atau jiwa seseorang menjadi tiga yaitu:
a)Id (das es) bisa dikaitkan dalam islam dengan nafsu.
b)Ego (das ich) bisa disebut juga
dengan akal.
c)Superego (das ueber es) bisa disebut
dengan hati nurani.
Setelah membagi
struktur jiwa manusia kedalam tiga struktur, freud membagi tahapan-tahan
perkembangan manusia menjadi lima. Yaitu, fase oral, fase anal, fase phallic,
fase laten, dan fase kemaluan.
Fase-fase inilah
yang menjadi dasar perkembangan manusia bagi teori psikodinamika. Dalam
aplikasi teori, ada lima teori yang bisa menjadi pengelolaan pendidikan yaitu,
Pertama, konsep kunci bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan
keinginan. Kedua, konsep teori tentang kecemasan yang dimiliki seseorang.
Ketiga, konsep teori psikoanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa
kecil) terhadap perjalanan manusia. Keempat, teori freud tentang tahapan
perkembangan kepribadian individu. Kelima, konsep freud tentang ketidaksadaran.
D.DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi,. Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Boeree, C. George. 2005. Sejarah Psikologi: dari masa kelahiran sampai masa modern, (diterjemahkan oleh Abdul Qodir Shaleh). Jogjakarta: Prismasophie.
F.J. Monks,. A.M.P. Knoers. 2004. Ontwikkelings Psychologie (diterjemahkan oleh Siti Rahayu Haditomo). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya Akses 18/10/2008.
Abu Ahmadi,. Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Boeree, C. George. 2005. Sejarah Psikologi: dari masa kelahiran sampai masa modern, (diterjemahkan oleh Abdul Qodir Shaleh). Jogjakarta: Prismasophie.
F.J. Monks,. A.M.P. Knoers. 2004. Ontwikkelings Psychologie (diterjemahkan oleh Siti Rahayu Haditomo). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya Akses 18/10/2008.
Jess Feist,. Gregory J. Feist. 2008. Theories of
Personality (diterjemahkan oleh Yudi Santoso). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santrock, John W. 2002. Life-Span Development, (diterjemahkan oleh Achmad Chusairi dan Juda Danamik). Jakarta: Erlangga.
Zaviera, Ferdinan. 2007. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Jogjakarta: Prismasophie.
di 19:32
Santrock, John W. 2002. Life-Span Development, (diterjemahkan oleh Achmad Chusairi dan Juda Danamik). Jakarta: Erlangga.
Zaviera, Ferdinan. 2007. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Jogjakarta: Prismasophie.
di 19:32