Sabtu, 06 Juli 2013

Askep Tentamina Suicide


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

            Setiap kehidupan yang dialami manusia selalu mengalami fluktuasi dalam berbagai hal. Berbagai stressor baik fisik, psikologis maupun social mampu mempengaruhi bagaimana persepsi seorang individu dalam menyikapi kehidupan. Hanya individu dengan pola koping yang baik yang mampu mengendalikan stressor-stressor tersebut sehingga seorang individu dapat terhindar dari merilaku maladaptive. Selain faktor pola koping, faktor support system individu sangat memegang peranan vital dalam menghadapi stressor tersebut.        

            Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi stressor disebut individu yang berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis perilaku maladaptive yang mungkin dialami oleh individu, dari yang tahap ringan hingga ke tahap yang paling berat yaitu Tentamen suicide atau percobaan bunuh diri.           

            Menurut ahli, Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Haroid I. Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998). Seorang individu yang mengalami tentamen suicide biasanya mengalami beberapa tahap sebelum dia melakukan percobaan bunuh diri secara nyata, Pertama kali biasanya klien memiliki mindset untuk bunuh diri kemudian biasanya akan disampaikan kepada orang-orang terdekat. Ancaman tersebut biasanya dianggap angin lalu, dan ini adalah sebuah kesalahan besar. Selanjutnya klien akan mengalami bargaining dengan pikiran dan logikanya, tahap akhir dari proses ini biasaya klien menunjukan tindakan percobaan bunuh diri secara nyata.               

            Keperawatan kegawatdaruratan dalam kasus tentamen suicide berfokus pada penanganan klien setelah terjadinya upaya nyata dari klien yang melakukan percobaan bunuh diri sehingga tidak berfokus pada aspek psikologi dan psikiatri dari klien dengan tentamen suicide.

 

 

 

 

 

 

 

 

B.     Rumusan Masalah

Ø Pengertian tentamine suicide ?

Ø Etiologi tentamine suicide ?

Ø Jenis-jenis tentamen suicide?

Ø Patofisiologi tentamen suicide?

Ø Tanda dan gejala tentamen suicide?

Ø Factor resiko yang mempengaruhi?

Ø Komplikasi?

Ø Pemeriksaan penunjang?

Ø Asuhan keperawatan tentamen suicide?

 

 

C.      Tujuan

1.    Tujuan umum

Tujuan umum dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah keperawatan Jiwa tentang asuhan keperawatan klien dengan tentamin suicide.

2.    Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa mengetahui definisi , etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, Tanda dan gejala, Factor resiko, Komplikasi, Pemeriksaan penunjang dan asuhan keperawatan klien tentamin suicide.

 

D.    Manfaat

·         Bagi penulis yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan penampilan penyusunan dan
        menerapkan askep terhadap pasien yang mengalami tentamin suicide.

·         Sebagai bahan masukkan dan pengembangan pengetahuan bagi institusi pendidikan

·         Sebagai penambah wawasan dan pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan
       pada pasien yang mengalami tentamin suicide.

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.PENGERTIAN

·         Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Haroid I. Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998).

·          Bunuh diri adlah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan (Budi Anna kelihat, 1991)

·         Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengahiri

      kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan

      hasratnya untuk mati.

    Terdapat 2 jenis bunuh diri yaitu langsung dan tidak langsung :

·         Bunuh diri langsung adalah tindakan yang disadari dan disengaja untuk mengakhiri kehidupan seperti pengorbanan diri (membakar diri), menggantung diri, melompat dari tempat yang tinggi, menembak diri, menenggelamkan diri.

·         Bunuh diri tidak langsung adalah keinginan tersembunyi yang tidak disadari untuk mati, yang ditandai dengan perilaku kronis beresiko seperti penyalahgunaan zat, makan berlebihan, aktivitas sex bebas ,ketidak patuhan program medis, olah raga yang membahayakan.

Menurut Iyus Yosep terdapat tiga jenis bunuh diri yang bisa di identifikasi:

·         Bunuh diri anomik: bunuh diri yang diakibatkan factor stress dan juga akibat tekanan ekonomi. Factor lingkungan yang penuh yang penuh tekanan/stess beperan dalam mendorong orang untuk bunuh diri. Kemungkinan terjadinya bunuh diri anomik ini tidak bisa di prediksikan.

·         Bunuh diri altruistic, berkaitan dengan kehormatan seseorang. Contohnya budaya hara-kiri yang berada di jepang. Seorang pejabat yang gagal melaksanakan tugasnya akan memilih menikam/merobek perutnya sendiri. Putus cinta atau putus harapan juga kerap membuat seseorang untuk mengakhiri hidupnya.

·          Bunuh diri egoistic, merupakan bunuh diri yang mudah untuk diprediksi. Perkiraan tersebut bisa dikenali dari cirri kepribadian serta respon terhadap kegagalan. Orang ini umumnya suka meminta perhatian untuk eksistensi dirinya dan sangat tergantung pada orang lain.

 

B.Etiologi/Penyebab Bunuh diri

        Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri,Yaitu:

·         Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.

·         Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.

·          Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.

·          Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

 

 C. JENIS-JENIS TENTAMEN SUICIDE

      Jenis jenis Tentamina Suicide:

1.      Ancaman bunuh diri

Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya dan sebagainya.

Pesan-pesan   ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir.Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang

kematian.Kurangnya respon positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

2.      Upaya bunuh diri

    Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat

    mengarah kematian jika tidak dicegah.

3.      Bunuh diri

Mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang

melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.

     Perilaku desktruktif diri tak langsung meliputi perilaku berikut:

·               Merokok

·               Mengebut

·                Tindakan criminal

·                Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggi

·                Penyalahgunaan zat

·                Perilaku yang menyimpang secara sosial

·                Perilaku yang menimbulkan stress

·                Gangguan makan

·                Ketidakpatuhan pada tindakan medic

 

D.PATOFISIOLOGI

             Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor, respon individu terhadap stressor, tergantung pada kemampuan menghadapi masalah serta tingkat stress yang dialami. Dalam menghadapi masalah seseorang dapat menggunakan respon yang adaptif maupun respon yang maladaptive, respon seseorang yang adaptif membuat seseorang mempunyai harapan dalam menghadapi masalah, dimana harapan tersebut menimbulkan rasa yakin, percaya, ketetapan hati dalam menghadapi masalah dan dapat menimbulkan ispirasi. Respon maladaptive seseorang membuat seseorang merasa putus harapan dalam menghadapi masalah, menimbulkan rasa tidak percaya diri dalam menghadapi masalah menyebabkan seseorang merasa rendah diri. Jika seseorang tidak mampu mengatasi masalah kemungkinan besar seseorang akan menjadi depresi, mengalami perasaan gagal, putus asa, dan merasa tidak mampu dalam mengatasi masalah yang menimbulkan koping tidak efektif. Putus harapan juga mengakibatkan seseorang merasa kehilangan, sehingga menimbulkan perasaan rendah diri, depresi. Rendah diri dan depresi merupakan salah satu indikasi terjadinya bunuh diri, salah satu percobaan bunuh diri dilakukan dengan penyalahgunaan obat, dimana obat-obatan yang dosisnya besar dapat bersifat toksin bagi tubuh terutama lambung. Intoksikasi dapat memacu atau meningkatkan sekresi asam lambung, dimana asam lambung ini mengiritasi/ membuat trauma jaringan mukosa lambung, merusak mukosa lambung, merangsang saraf. Saraf pada lambung membuka gate kontrol menuju rangsang saraf aferen ke cortex cerebri yang meningkatkan sensitifitas saraf nyeri, kemudian kembali ke saraf eferen dan menimbulkan rasa nyeri, rasa nyeri ini menstimulasi nervus vagus dan meningkatkan respon mual dan gangguan rasa nyaman, gangguan saluran makanan pada lambung, duodenum, usus halus, usus besar, hati, empedu dan salurannya sering memberikan keluhan di perut atas atau di daerah epigastrium yang sering disebut dengan istilah nyeri epigastrik.

 

E.TANDA DAN GEJALA

1. Tak langsung

a. Merokok

b. Mengebut

c. Berjudi

d. Tindakan kriminal

e. Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggi

f. Penyalahgunaan zat

g. Perilaku yang menyimpang secara sosial

h. Perilaku yang menimbulkan stress

i. Gangguan makan

j. Ketidakpatuhan pada tindakan medik

2. Langsung

a. Keputusasaan

b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga

c. Alam perasaan depresi

d. Agitasi dan gelisah

e. Insomnia yang menetap

f. Penurunan berat badan berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan.

F.FAKTOR-FAKTOR YANG RESIKO BUNUH DIRI

            * Psikososial dan klinik

- Keputusasaan

- Ras kulit putih

- Jenis kelamin laki-laki

- Usia lebih tua

- Hidup sendiri

- Riwayat

 - Pernah mencoba bunuh diri

- Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri

- Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat

*Diagnostik

- Penyakit medik umum

 - Psikosis

 - Penyalahgunaan zat

G.KOMPLIKASI

            Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen suicide sangat tergantung pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri, namun resiko paling besar dari klien dengan tentamen suicide adalah berhasilnya klien dalam melakukan tindakan bunuh diri, serta jika gagal akan meningkatkan kemungkingan klien untuk mengulangi perbuatan tentamen suicide.

            Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia atau intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma, blokade jantung akhirnya meninggal.

            Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan menyebabkan syok yang diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan terutama jaringan otak.
Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik yang jika tidak dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.

 

 

H.PEMERIKSAAN PENUNJANG

            Koreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan terapi resisitasi dan terapi lanjutan yang akan dilakukan pada klien dengan tentamen suicide.
Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan menunjukan seberapa berat syok yang dialami klien, pemeriksaan EKG dan CT scan bila perlu bia dilakukan jika dicurigai adanya perubahan jantung dan perdarahan cerebral.

 

 

 


   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ASUHAN KEPERAWATAN

 

 1. Pengkajian

      a. Pengkajian Lingkungan Upaya Bunuh Diri

·          Presipitasi kehidupan yang menghina/menyakitkan

·          Tindakan persiapan metoda yang dibuituhkan, mengatur rencana,

        membicarakn tentang bunuh diri, memberiakn milik berharga sebagai  
        
hadiah, catatan untuk bunuh diri.

·         Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih mematika

·          Pemahaman letalitas dari metode yang dipilih

·          Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui

         b. Petunjuk Gejala

·         Keputusasaan

·          Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga

·          Alam pearsaan depresi

·         Agitasi dan gelisah

·          Insomnia yang menetap

·          Penurunan berat badan

·         Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial

          c. Penyakit Psikiatrik

·         Upaya bunuh diri sebelumnya

·          Kelainan afektif

·          Alkoholisme dan atau penyalahgunaan obat

·          Kelainan tindakan dan depresi pada remaja

·          Demensia dini dan status kekacauan mental pada lansia

·          Kombinasi dari kondisi diatas

    d. Riwayat Psikososial

·          Baru berpisah, bercerai atau kehilangan

·          Hidup sendiri

·          Tidak bekerja, perubahan atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami

·          Stres kehidupan multipel (pindah, kehilangan, putus hubungan yang berarti, masalah sekolah)

·          Penyakit medik kronik

·         Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat

     e. Faktor-Faktor Kepribadian

·          Impulsif, agresif, rasa bermusuhan

·          Kekakuan kognitif dan negatif

·          Keputusasaan

·          Harga diri rendah

·          Batasan atau gangguan kepribadian antisosial

·          Riwayat Keluarga

·          Riwayat keluarga perilaku bunuh diri

·          Riwayat kelaurga gangguan afektif, alkoholisme atau keduanya

 2.Diagnosa Keperawatan

                 Diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan perilaku destruktif-diri atau bunuh diri:

                   1. Resiko bunuh diri (suicide)

                    2. Harga diri rendah

 3.Intervensi

Diagnose 1: Resiko bunuh diri (suicide)

Tujuan umum: klien tidak menciderai diri.

                        Tujuan khusus:

1.         Klien dapat membina hubungan saling percaya.

 

Tindakan/ intervensi:

- Pekenalkan diri dengan klien.

- Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.

- Bicara dengan tegas, jelas dan jujur.

- Bersifat hangat dan bersahabat.

- Temani klien saat keinginann mencederai diri.

      2. Klien dapat terlindungi perilku bunuh diri.

Tindakan/ intervensi:

- Jauhkan klien dari benda- benda yang dapat membahayakan (silet, gunting, tali, kaca,dan lain-lain).

-Tempatkan klien diruang yang tenang dan selalu terlihat oleh perwat.

- Awasi klien secara ketat setiap saat.

3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya.

Tindakan/ intervensi:

- Dengarkan keluhan yang dirasakan

-Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,  
 
ketakutan dan keputusan.

-Beri dorongn untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana  
 
harapannya.

-Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain-lain.

-Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien
yang menunjukan keingginan untuk hidup.

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Ø  Pasien

SP I

1.      Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien

2.      Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien

3.      Melakukan kontrak treatment

4.      Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri

5.      Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

SP II p

1.      Mengidentifikasi aspek positif pasien

2.      Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri

3.      Mendorong pasien untuk  menghargai diri sebagai individu yang
          
berharga

SP III p

1.      Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien

2.      Menilai pola koping yang biasa dilakukan

3.      Megidentifikasi pola koping yang konstruktif

4.      Menganjurkan pasien memilih pola koping yang konstruktif

5.      Menganjurkan pasien menerapkan pola koping yang konstruktif dalam
        
kegiatan harian

SP IV p

1.      Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien

2.      Mengidentifiksai cara mencapai rencana masa deapan yang realistis

3.      Member dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih
         
masa depan yang realistis

 

Ø  Keluarga

SP I k

1.      Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2.      Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala resiko bunuh diri, dan jenis
         
perilaku bunuh diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya

3.      Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri

SP II k

1.      Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan resiko
         
bunuh diri

2.      Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
         
resiko bunuh diri

SP III k

1.      Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
          
minum obat

2.      Mendiskusikan sumber rujukan yang bias dijangkau oleh keluarga

 

Diagnosa keperawatan 2:Harga Diri Rendah

                                         Tujuan umum:

                                    Klien memiliki konsep diri yang positif

 

Tujuan khusus:

·         klien dapat membina hubungan saling percY dengan perawat

·         klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan
yang dimiliki.

·         Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk
dilaksanakan.

·         Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan 
kemampuan yang dimiliki.

·         Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.

·         Klien dapat memanfaat kan system pendukung yang ada.

 

Intervensi:
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:

-          Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal

-          Perkenalkan diri dengan sopan

-          Tanyakan nama lengkap dan yang disukai klien

-          Jelaskan tujuan pertemuan

-          Jujur dan menepati janji

-          Beri perhatian pada klien.

 

Diskusikan dengan klien tentang :

-          Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga dan lingkungan.

-          Kemampuan yang dimiliki

Bersama klien buat daftar tentang:

-          Aspek positif klien, keluarga, dan lingkungan.

-          Kemampuan yang dimiliki.

Berikan pujian yang realistis, hindarkan memberikan penilaian negative.

Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.

 

     Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
     pelaksanaannya.

 

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien:

-          Kegiatan mandiri

-          Kegiatan dengan bantuan

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi klien

Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.

 

- Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilaksanakan

-          Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.

-          Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.

-          Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah
            pulang.

 

- Berikan pendidikan kesehatan pada kelurga tentang cara
         merawat klien dengan harga diri rendah.

-        Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.

-          Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

 

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

SP I p

1.      Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien

2.      Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang  masih dapat
        
digunakan

3.      Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
        
kemampuan pasien

4.      Melatih pasien sesuai kemampuan yang  dipilih

5.      Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien

6.      Menganjurkan pasien memasukkan  dalam jadwal kegiatan harian

SP II p

1.      Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2.      Melatih kemampuan kedua

3.      Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP I k

1.         Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
            
pasien

2.         Menjelaskan pengertaian, tanda dan gejala haega diri rendah yang
           
dialami pasien beserta proses terjadinya

3.         Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah

SP II k

1.      Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
         
harga diri rendah

2.      Melatih keluaraga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
         
harga diri rendah

SP III k

1.      Membantu keluaraga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
        
minum obat (discharge planning)

2.      Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.




4.Evaluasi

Evaluasi pada tingkah laku bunuh diri memerlukan pemantauan yang teliti tentang tingkah laku klien setiap hari. Perubahan dapat segera terjadi yang memerlukan modifikasi perencanaan. Peran serta klien pada perencanaan, evaluasi dan modifikasi rencana sangat membantu pencampuran tujuan asuhan keperawatan. Tujuan utama asuhan keperawatan adalah melindungi klien sampai klien dapat melindungi diri sendiri. Melalui intervensi yang aktif dan efektif diharapkan klien dapat mengembangkan alternatif pemecahan masalah bunuh diri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

·         Tentamin suicide merupakan perilaku menciderai diri yg dapat menimbulkan kematian
           baik secara langsung maupun tidak langsung.

·  

·         Ada 3 (tiga) jenis tentamin suicide yang bisa diidentifikasi, yakni:

1.      Tentamin suicide anomik

2.      Tentamin suicide altrustik

3.      Tentamin suicide egoistic

·         Tanda dan gejalah tentamin suicide di bagi enjadi 2 (dua), yaitu :

 

a.       Tak langsung

·         Merokok

·         Mengebut

·         Berjudi

·         Perilaku yang menyimpang secara sosial

·         Perilaku yang menimbulkan stress

b.      Langsung

§  Keputusasaan

§  Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga

§  Agitasi dan gelisah

 

B.    Saran

Demikian makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi tim penyusun dan semua mahasiswa dan mahasiswi kesehatan pada umumnya. Saran kami, lebih banyak membaca untuk meningkatkan pengetahuan.

Kami sebagai penyusun menyadari akan keterbatasan kemampuan yang menyebabkan kekurangsempurnaan dalam makalah ini, baik dari segi isi maupun materi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya agar makalah selanjutnya dapat lebih baik.

 

DAFTAR PUSTAKA

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung: PT Refrika Aditama

Mustofa, Ali. 2010. Asuhan Keperawatan Psikiatri Berbasis Klinik. Mataram
Arif, mansjoes. 1999. Kapita selekta kedokteran. Edisi III. Jakarta: Media Aesculapius.
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar