BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap kehidupan yang dialami
manusia selalu mengalami fluktuasi dalam berbagai hal. Berbagai stressor baik
fisik, psikologis maupun social mampu mempengaruhi bagaimana persepsi seorang
individu dalam menyikapi kehidupan. Hanya individu dengan pola koping yang baik
yang mampu mengendalikan stressor-stressor tersebut sehingga seorang individu
dapat terhindar dari merilaku maladaptive. Selain faktor pola koping, faktor
support system individu sangat memegang peranan vital dalam menghadapi stressor
tersebut.
Individu yang mengalami
ketidakmampuan dalam menghadapi stressor disebut individu yang berperilaku
maladaptive, terdapat berbagai macam jenis perilaku maladaptive yang mungkin
dialami oleh individu, dari yang tahap ringan hingga ke tahap yang paling berat
yaitu Tentamen suicide atau percobaan bunuh diri.
Menurut ahli, Bunuh diri merupakan
kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Haroid I.
Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998). Seorang individu yang mengalami
tentamen suicide biasanya mengalami beberapa tahap sebelum dia melakukan
percobaan bunuh diri secara nyata, Pertama kali biasanya klien memiliki mindset
untuk bunuh diri kemudian biasanya akan disampaikan kepada orang-orang terdekat.
Ancaman tersebut biasanya dianggap angin lalu, dan ini adalah sebuah kesalahan
besar. Selanjutnya klien akan mengalami bargaining dengan pikiran dan
logikanya, tahap akhir dari proses ini biasaya klien menunjukan tindakan
percobaan bunuh diri secara nyata.
Keperawatan kegawatdaruratan dalam
kasus tentamen suicide berfokus pada penanganan klien setelah terjadinya upaya
nyata dari klien yang melakukan percobaan bunuh diri sehingga tidak berfokus
pada aspek psikologi dan psikiatri dari klien dengan tentamen suicide.
B.
Rumusan Masalah
Ø Pengertian tentamine suicide
?
Ø Etiologi tentamine suicide ?
Ø Jenis-jenis tentamen suicide?
Ø Patofisiologi tentamen suicide?
Ø Tanda dan gejala tentamen suicide?
Ø Factor resiko yang mempengaruhi?
Ø Komplikasi?
Ø Pemeriksaan penunjang?
Ø Asuhan keperawatan tentamen suicide?
C.
Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dalam
menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan
keperawatan khususnya pada mata kuliah keperawatan Jiwa tentang asuhan
keperawatan klien dengan tentamin suicide.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam
menyusun makalah ini agar mahasiswa mengetahui definisi , etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologi, Tanda dan gejala, Factor resiko, Komplikasi, Pemeriksaan
penunjang dan asuhan keperawatan klien tentamin suicide.
D. Manfaat
· Bagi penulis yaitu
untuk meningkatkan pengetahuan dan penampilan penyusunan dan
menerapkan askep terhadap pasien yang mengalami tentamin suicide.
menerapkan askep terhadap pasien yang mengalami tentamin suicide.
· Sebagai bahan masukkan
dan pengembangan pengetahuan bagi institusi pendidikan
·
Sebagai penambah
wawasan dan pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan
pada pasien yang mengalami tentamin suicide.
pada pasien yang mengalami tentamin suicide.
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN
·
Bunuh diri merupakan kematian yang
diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Haroid I. Kaplan &
Berjamin J. Sadock, 1998).
·
Bunuh diri adlah tindakan agresif yang merusak
diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan (Budi Anna kelihat, 1991)
·
Bunuh diri adalah suatu upaya yang
disadari dan bertujuan untuk mengahiri
kehidupan, individu secara sadar
berhasrat dan berupaya melaksanakan
hasratnya untuk mati.
Terdapat 2 jenis bunuh diri yaitu langsung
dan tidak langsung :
·
Bunuh diri langsung adalah tindakan
yang disadari dan disengaja untuk mengakhiri kehidupan seperti pengorbanan diri
(membakar diri), menggantung diri, melompat dari tempat yang tinggi, menembak
diri, menenggelamkan diri.
·
Bunuh diri tidak langsung adalah
keinginan tersembunyi yang tidak disadari untuk mati, yang ditandai dengan
perilaku kronis beresiko seperti penyalahgunaan zat, makan berlebihan, aktivitas
sex bebas ,ketidak patuhan program medis, olah raga yang membahayakan.
Menurut
Iyus Yosep terdapat tiga jenis bunuh diri yang bisa di identifikasi:
·
Bunuh diri anomik: bunuh diri yang
diakibatkan factor stress dan juga akibat tekanan ekonomi. Factor lingkungan
yang penuh yang penuh tekanan/stess beperan dalam mendorong orang untuk bunuh
diri. Kemungkinan terjadinya bunuh diri anomik ini tidak bisa di prediksikan.
·
Bunuh diri altruistic, berkaitan
dengan kehormatan seseorang. Contohnya budaya hara-kiri yang berada di jepang.
Seorang pejabat yang gagal melaksanakan tugasnya akan memilih menikam/merobek
perutnya sendiri. Putus cinta atau putus harapan juga kerap membuat seseorang
untuk mengakhiri hidupnya.
·
Bunuh diri egoistic, merupakan bunuh diri yang
mudah untuk diprediksi. Perkiraan tersebut bisa dikenali dari cirri kepribadian
serta respon terhadap kegagalan. Orang ini umumnya suka meminta perhatian untuk
eksistensi dirinya dan sangat tergantung pada orang lain.
B.Etiologi/Penyebab Bunuh diri
Banyak penyebab tentang alasan
seseorang melakukan bunuh diri,Yaitu:
·
Kegagalan beradaptasi, sehingga
tidak dapat menghadapi stres.
·
Perasaan terisolasi, dapat terjadi
karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
·
Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat
merupakan hukuman pada diri sendiri.
·
Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
C. JENIS-JENIS
TENTAMEN SUICIDE
Jenis jenis Tentamina Suicide:
1.
Ancaman bunuh diri
Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara
verbal bahwa ia tidak akan berada di
sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya
dan sebagainya.
Pesan-pesan
ini harus dipertimbangkan dalam konteks
peristiwa kehidupan terakhir.Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang
kematian.Kurangnya
respon positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan
tindakan bunuh diri.
2.
Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada
diri yang dilakukan oleh individu yang dapat
mengarah kematian jika tidak dicegah.
3.
Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan
atau diabaikan. Orang yang
melakukan
upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika
tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
Perilaku desktruktif diri tak langsung
meliputi perilaku berikut:
·
Merokok
·
Mengebut
·
Tindakan criminal
·
Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko
tinggi
·
Penyalahgunaan zat
·
Perilaku yang menyimpang secara sosial
·
Perilaku yang menimbulkan stress
·
Gangguan makan
·
Ketidakpatuhan pada tindakan medic
D.PATOFISIOLOGI
Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor, respon individu terhadap stressor, tergantung pada kemampuan menghadapi masalah serta
tingkat stress yang dialami. Dalam menghadapi masalah seseorang dapat
menggunakan respon yang adaptif maupun
respon yang maladaptive, respon
seseorang yang adaptif membuat seseorang mempunyai harapan dalam menghadapi masalah, dimana harapan tersebut
menimbulkan rasa yakin, percaya,
ketetapan hati dalam menghadapi
masalah dan dapat menimbulkan ispirasi.
Respon maladaptive seseorang membuat seseorang merasa putus harapan dalam menghadapi masalah, menimbulkan rasa tidak percaya diri dalam
menghadapi masalah menyebabkan seseorang merasa rendah diri. Jika seseorang tidak mampu mengatasi masalah
kemungkinan besar seseorang akan menjadi depresi, mengalami perasaan
gagal, putus asa, dan merasa tidak mampu dalam mengatasi masalah yang menimbulkan koping tidak efektif. Putus harapan
juga mengakibatkan seseorang merasa kehilangan, sehingga menimbulkan perasaan rendah diri, depresi. Rendah diri dan
depresi merupakan salah satu indikasi terjadinya bunuh diri, salah satu percobaan
bunuh diri dilakukan dengan penyalahgunaan
obat, dimana obat-obatan yang dosisnya besar dapat bersifat toksin bagi
tubuh terutama lambung. Intoksikasi dapat memacu atau meningkatkan sekresi asam lambung, dimana asam lambung ini
mengiritasi/ membuat trauma jaringan
mukosa lambung, merusak mukosa lambung, merangsang saraf. Saraf pada
lambung membuka gate kontrol menuju rangsang saraf aferen ke cortex cerebri
yang meningkatkan sensitifitas saraf nyeri, kemudian kembali ke saraf eferen
dan menimbulkan rasa nyeri, rasa
nyeri ini menstimulasi nervus vagus
dan meningkatkan respon mual dan
gangguan rasa nyaman, gangguan
saluran makanan pada lambung, duodenum, usus halus, usus besar, hati, empedu
dan salurannya sering memberikan keluhan di perut atas atau di daerah
epigastrium yang sering disebut dengan istilah nyeri epigastrik.
E.TANDA DAN GEJALA
1. Tak langsung
a. Merokok
b. Mengebut
c. Berjudi
d. Tindakan kriminal
e. Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggi
f. Penyalahgunaan zat
g. Perilaku yang menyimpang secara sosial
h. Perilaku yang menimbulkan stress
i. Gangguan makan
j. Ketidakpatuhan pada tindakan medik
2. Langsung
a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak
berharga
c. Alam perasaan depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Penurunan berat badan berbicara lamban, keletihan, menarik
diri dari lingkungan.
F.FAKTOR-FAKTOR YANG
RESIKO BUNUH DIRI
* Psikososial dan klinik
- Keputusasaan
- Ras kulit putih
- Jenis kelamin laki-laki
- Usia lebih tua
- Hidup sendiri
- Riwayat
-
Pernah mencoba bunuh diri
- Riwayat keluarga tentang percobaan
bunuh diri
- Riwayat keluarga tentang
penyalahgunaan zat
*Diagnostik
- Penyakit medik umum
-
Psikosis
-
Penyalahgunaan zat
G.KOMPLIKASI
Komplikasi yang
mungkin muncul pada klien dengan tentamen suicide sangat tergantung pada jenis
dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri, namun resiko paling besar dari
klien dengan tentamen suicide adalah berhasilnya klien dalam melakukan tindakan
bunuh diri, serta jika gagal akan meningkatkan kemungkingan klien untuk
mengulangi perbuatan tentamen suicide.
Pada klien dengan
percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia atau intoksikasi zat
komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya
negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces,
kovulsi, koma, blokade jantung akhirnya meninggal.
Pada klien dengan
tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan menyebabkan syok yang
diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan terutama jaringan otak.
Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik yang jika tidak dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.
Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik yang jika tidak dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.
H.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Koreksi penunjang dari
kejadian tentamen suicide akan menentukan terapi resisitasi dan terapi lanjutan
yang akan dilakukan pada klien dengan tentamen suicide.
Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan menunjukan seberapa berat syok yang dialami klien, pemeriksaan EKG dan CT scan bila perlu bia dilakukan jika dicurigai adanya perubahan jantung dan perdarahan cerebral.
Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan menunjukan seberapa berat syok yang dialami klien, pemeriksaan EKG dan CT scan bila perlu bia dilakukan jika dicurigai adanya perubahan jantung dan perdarahan cerebral.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Lingkungan Upaya Bunuh Diri
·
Presipitasi kehidupan yang menghina/menyakitkan
·
Tindakan persiapan metoda yang dibuituhkan,
mengatur rencana,
membicarakn tentang bunuh diri,
memberiakn milik berharga sebagai
hadiah, catatan untuk bunuh diri.
hadiah, catatan untuk bunuh diri.
·
Penggunaan cara kekerasan atau
obat/racun yang lebih mematika
·
Pemahaman letalitas dari metode yang dipilih
·
Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak
diketahui
b. Petunjuk Gejala
·
Keputusasaan
·
Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal
dan tidak berharga
·
Alam pearsaan depresi
·
Agitasi dan gelisah
·
Insomnia yang menetap
·
Penurunan berat badan
·
Berbicara lamban, keletihan,
menarik diri dari lingkungan sosial
c.
Penyakit Psikiatrik
·
Upaya bunuh diri sebelumnya
·
Kelainan afektif
·
Alkoholisme dan atau penyalahgunaan
obat
·
Kelainan tindakan dan depresi pada
remaja
·
Demensia dini dan status kekacauan
mental pada lansia
·
Kombinasi dari kondisi diatas
d. Riwayat
Psikososial
·
Baru berpisah, bercerai atau
kehilangan
·
Hidup sendiri
·
Tidak bekerja, perubahan atau
kehilangan pekerjaan yang baru dialami
·
Stres kehidupan multipel (pindah,
kehilangan, putus hubungan yang berarti, masalah sekolah)
·
Penyakit medik kronik
·
Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat
e.
Faktor-Faktor Kepribadian
·
Impulsif, agresif, rasa bermusuhan
·
Kekakuan kognitif dan negatif
·
Keputusasaan
·
Harga diri rendah
·
Batasan atau gangguan kepribadian
antisosial
·
Riwayat Keluarga
·
Riwayat keluarga perilaku bunuh diri
·
Riwayat kelaurga gangguan afektif,
alkoholisme atau keduanya
2.Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin
ditemukan perilaku destruktif-diri atau bunuh diri:
1. Resiko bunuh
diri (suicide)
2. Harga
diri rendah
3.Intervensi
Diagnose 1: Resiko bunuh
diri (suicide)
Tujuan umum:
klien tidak menciderai diri.
Tujuan khusus:
1.
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan/ intervensi:
- Pekenalkan diri dengan klien.
- Tanggapi pembicaraan klien dengan
sabar dan tidak menyangkal.
- Bicara dengan tegas, jelas dan
jujur.
- Bersifat hangat dan bersahabat.
- Temani klien saat keinginann
mencederai diri.
2. Klien dapat terlindungi perilku
bunuh diri.
Tindakan/ intervensi:
- Jauhkan klien dari benda- benda yang dapat
membahayakan (silet, gunting, tali, kaca,dan lain-lain).
-Tempatkan
klien diruang yang tenang dan selalu terlihat oleh perwat.
- Awasi klien secara ketat setiap
saat.
3. Klien dapat mengekspresikan
perasaannya.
Tindakan/ intervensi:
- Dengarkan keluhan yang dirasakan
-Bersikap empati untuk meningkatkan
ungkapan keraguan,
ketakutan dan keputusan.
ketakutan dan keputusan.
-Beri dorongn untuk mengungkapkan
mengapa dan bagaimana
harapannya.
harapannya.
-Beri waktu dan kesempatan untuk
menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain-lain.
-Beri dukungan pada tindakan atau
ucapan klien
yang menunjukan keingginan untuk hidup.
yang menunjukan keingginan untuk hidup.
Strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan
Ø
Pasien
SP
I
1.
Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
2.
Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
3.
Melakukan kontrak treatment
4.
Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
5.
Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
SP
II p
1.
Mengidentifikasi aspek positif pasien
2.
Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
3.
Mendorong pasien untuk menghargai diri
sebagai individu yang
berharga
berharga
SP
III p
1.
Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
2.
Menilai pola koping yang biasa dilakukan
3.
Megidentifikasi pola koping yang konstruktif
4.
Menganjurkan pasien memilih pola koping yang konstruktif
5.
Menganjurkan pasien menerapkan pola koping yang konstruktif dalam
kegiatan harian
kegiatan harian
SP
IV p
1.
Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
2.
Mengidentifiksai cara mencapai rencana masa deapan yang realistis
3.
Member dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih
masa depan yang realistis
masa depan yang realistis
Ø
Keluarga
SP
I k
1.
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2.
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala resiko bunuh diri, dan jenis
perilaku bunuh diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya
perilaku bunuh diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3.
Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri
SP
II k
1.
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan resiko
bunuh diri
bunuh diri
2.
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
resiko bunuh diri
resiko bunuh diri
SP
III k
1.
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat
minum obat
2.
Mendiskusikan sumber rujukan yang bias dijangkau oleh keluarga
Diagnosa keperawatan 2:Harga Diri
Rendah
Tujuan umum:
Klien memiliki konsep diri yang
positif
Tujuan khusus:
·
klien dapat membina hubungan saling percY
dengan perawat
·
klien dapat mengidentifikasi aspek positif
dan kemampuan
yang dimiliki.
yang dimiliki.
·
Klien dapat menilai kemampuan yang
dimiliki untuk
dilaksanakan.
dilaksanakan.
·
Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai
dengan
kemampuan yang dimiliki.
kemampuan yang dimiliki.
·
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai
rencana yang dibuat.
·
Klien dapat memanfaat kan system pendukung
yang ada.
Intervensi:
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
-
Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
-
Perkenalkan diri dengan sopan
-
Tanyakan nama lengkap dan yang disukai klien
-
Jelaskan tujuan pertemuan
-
Jujur dan menepati janji
-
Beri perhatian pada klien.
v Diskusikan
dengan klien tentang :
-
Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga dan lingkungan.
-
Kemampuan yang dimiliki
Bersama
klien buat daftar tentang:
-
Aspek positif klien, keluarga, dan lingkungan.
-
Kemampuan yang dimiliki.
Berikan
pujian yang realistis, hindarkan memberikan penilaian negative.
v Diskusikan
dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.
Diskusikan kemampuan yang dapat
dilanjutkan
pelaksanaannya.
pelaksanaannya.
v Rencanakan
bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
klien:
-
Kegiatan mandiri
-
Kegiatan dengan bantuan
Tingkatkan
kegiatan sesuai dengan kondisi klien
Beri
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
v -
Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilaksanakan
-
Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
-
Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.
-
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah
pulang.
pulang.
v - Berikan pendidikan
kesehatan pada kelurga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah.
merawat klien dengan harga diri rendah.
- Bantu
keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
-
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan
SP
I p
1.
Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2.
Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang
masih dapat
digunakan
digunakan
3.
Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
kemampuan pasien
4.
Melatih pasien sesuai kemampuan yang
dipilih
5.
Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6.
Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP
II p
1.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2.
Melatih kemampuan kedua
3.
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP
I k
1.
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
pasien
2.
Menjelaskan pengertaian, tanda dan gejala haega diri rendah yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
dialami pasien beserta proses terjadinya
3.
Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah
SP
II k
1.
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
harga diri rendah
harga diri rendah
2.
Melatih keluaraga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
harga diri rendah
harga diri rendah
SP
III k
1.
Membantu keluaraga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning)
minum obat (discharge planning)
2.
Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
4.Evaluasi
Evaluasi pada tingkah laku bunuh diri
memerlukan pemantauan yang teliti tentang tingkah laku klien setiap hari.
Perubahan dapat segera terjadi yang memerlukan modifikasi perencanaan. Peran
serta klien pada perencanaan, evaluasi dan modifikasi rencana sangat membantu
pencampuran tujuan asuhan keperawatan. Tujuan utama asuhan keperawatan adalah
melindungi klien sampai klien dapat melindungi diri sendiri. Melalui intervensi
yang aktif dan efektif diharapkan klien dapat mengembangkan alternatif
pemecahan masalah bunuh diri.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
·
Tentamin
suicide merupakan perilaku menciderai diri yg dapat menimbulkan kematian
baik secara langsung maupun tidak langsung.
baik secara langsung maupun tidak langsung.
·
· Ada 3 (tiga) jenis tentamin suicide yang bisa
diidentifikasi, yakni:
1. Tentamin suicide
anomik
2. Tentamin suicide
altrustik
3. Tentamin suicide
egoistic
·
Tanda
dan gejalah tentamin suicide di bagi enjadi 2 (dua), yaitu :
a.
Tak langsung
·
Merokok
·
Mengebut
·
Berjudi
·
Perilaku
yang menyimpang secara sosial
·
Perilaku
yang menimbulkan stress
b.
Langsung
§ Keputusasaan
§ Celaan
terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga
§ Agitasi
dan gelisah
B.
Saran
Demikian makalah ini kami
susun sebagaimana mestinya semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi tim
penyusun dan semua mahasiswa dan mahasiswi kesehatan pada umumnya. Saran kami,
lebih banyak membaca untuk meningkatkan pengetahuan.
Kami
sebagai penyusun menyadari akan keterbatasan kemampuan yang menyebabkan kekurangsempurnaan
dalam makalah ini, baik dari segi isi maupun materi, bahasa dan lain
sebagainya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya agar makalah selanjutnya dapat
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua
(edisi revisi). Bandung: PT Refrika Aditama
Mustofa, Ali. 2010. Asuhan Keperawatan Psikiatri
Berbasis Klinik. Mataram
Arif, mansjoes. 1999. Kapita selekta kedokteran. Edisi III. Jakarta: Media Aesculapius.
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta
Arif, mansjoes. 1999. Kapita selekta kedokteran. Edisi III. Jakarta: Media Aesculapius.
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar