TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi Fisiologi Otak
Otak terletak di dalam rongga kranium tengkorak. Otak berkembang dari
sebuah tabung yang mulanya memeperlihatkan tiga gejala pembesaran. Otak awal,
yang disebut otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Otak depan, menjadi
belahan otak (hemisperium cerebri),
korpus striatum dan talami (talamus dan hipotalamus). Otak tengah
(diencepalon). Otak belakang, tersusun atas pons varolii, medulla oblongata,
serebellum. Ketiga bagian dari otak belakang inilah yang disebut dengan batang
otak.
Serebrum mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak. Yang masing-masing
disebut fosa kranialis anterior dan fosa kranialis tengah. Serebrum terdiri
dari dua belahan (hemisfer) besar sel saraf (substansi kelabu) dan serabut saraf
(substansi putih). Lapisan luar substansi kelabu disebut korteks. Kedua
hemisfer otak itu dipisahkan oleh celah yang dalam, tapi bersatu kembali pada
bagian bawahnya melalui korpus kolosum, yaitu massa substansia putih yang
terdiri dari serabut saraf. Disebelah bawahnya lagi terdapat kelompok-kelompok
substansia kelabu atau ganglia basalis.
Fisura-fisura dan sulkus-sulkus membagi hemisfer otak menjadi beberapa
daerah. Kortex serebri bergulung-gulung dan terlipat secara tidak teratur,
sehingga memungkinkan luas permukaan substansia kelabu bertambah. Lekukan
diantara gulungan-gulungan itu disebut sulkus, dan sulkus yang paling dalam
membentuk fisura longitudinalis dan lateralis. Fisura-fisura dan sulkus-sulkus
ini membagi otak dalam beberapa daerah atau ”lobus” yang letaknya sesuai dengan
tulang yang berada di atasnya, seperti lobus frontalis, temporalis, parietalis,
dan oksipitalis.
Kortex serebri terdiri dari banyak lapisan sel saraf yang adalah substansi
kelabu serebrum. Kortex serebri ini tersusun dalam banyak gulungan-gulungan dan
lipatan yang tidak teratur dan dengan demikian menambah daerah permukaan
korteks serebri, persis sama seperti melihat sebuah benda yang justru
memperpanjang jarak sampai titik ujungnya yang sebenarnya. Substansia putih terletak
agak lebih dalam dan terdiri atas serabut saraf milik sel-sel pada kortex.
Sebagaimana telah diuraikan di depan, beberapa kelompok kecil substansi
kelabu yang disebut ganglia atau nuklei basalis, terbenam dalam massa sunstansi
putih pada setiap hemisfer otak. Dua dari antaranya adalah nukleus kaudatus dan
nukleus lentiformis, dan keduanya bersama membentuk korpus striatum. Struktur
lain berhubungan erat dengan massa substansi kelabu yang lain, yaitu talamus
yang terletak di tengah- tengah struktur itu.
Kapsula interna terbentuk oleh berkas-berkas serabut motorik dan sensorik
yang menyambung kortex serebri dengan batang otak dan sumsum tulang belakang.
Pada saat melintasi pulau-pulau substansi kelabu, berkas-berkas saraf ini
berpadu sama lain dengan eratnya. Trombosis arteri yang melayani kapsula
interna, dapat menimbulkan kerusakan pada salah satu sisi tubuh (hemiplegia).
Kerusakan serebrovaskuler seperti itu disebut ”stroke”.
Batang Otak terdiri dari otak tengah (midbrain), pons varolli, dan medulla
oblongata.
Otak Tengah merupakan bagian atas batang otak. Aqueductus serebri yang
menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat melintasi melalui otak tengah ini.
Otak tengah mengandung pusat-pusat yang megendalikan keseimbangan dan
geraka-gerakan mata.
Pons varoli merupakan bagian tengah batang otak dan karena itu memiliki
jalur lintas naik dan turun seperti pada otak tengah. Selain itu juga terdapat
banyak serabut yang berjalan menyilang pons untuk menghubungkan kedua lobus
serebellum dan menghubungkan serebellum dengan kortex serebri.
Medulla oblongata membentuk bagian bawah batang otak serta menghubungkan
pons dengan sumsum tulang belakang. Medulla oblongata terletak dalam frosa
kranilis posterior dan bersatu dengan sumsum tulang belakang tepat di bawah
foramen magnum tulang oksipital.
Serebelum adalah bagian terbesar dari otak belakang. Serebelum menempati
fosa kranilis posterior dan diatapi oleh tentorium-serebili, yang merupakan
lipatan dura mater yang memisahkannya dari lobus oksipitalis serebri. Fungsi serebellum
adalah untuk mengatur sikap dan aktivitas sikap badan. Serebelum berperanan
sangat penting dalam koordinasi otot dan menjaga keseimbangan. Bila serabut
kortiko spinal yang melintas dari kortex serebri ke sumsum tulang belakang
mengalami penyilangan dan dengan demikian mengendalikan gerakan sisi yang lain
dari tubuh, maka hemisfer serebeli mengendalikan tonus otot dan sikap pada
sisinya sendiri.
Aliran darah
yang menuju otak berasal dari dua buah arteri karotis dan sebagian berasal dari
arteri vertebralis. Kedua arteri vertebralis bergabung membentuk arteri
basilaris otak belakang dan arteri ini berhubungan dengan kedua arteri karotis
interna yang juga berhubungan satu dengan lainnya membentuk suatu sirkulus
Willisi. Dengan demikian terjadilah jalinan kolateral yang cukup besar pada
arteri- arteri besar yang mengurus jaringan otak. Adanya kolateral yang besar
ini, maka pada orang muda kedua arteri karotis biasanya dapat disumbat tanpa
menimbulkan efek yang merugikan fungsi serebral. Sedangkan pada orang tua,
arteri besar pada dasar otak sering mengalami sklerosis dan menyumbat arteri
karotis, sehingga penyediaan darah ke otak berkurang sedemikian rupa sampai
terjadi gangguan fungsi serebral.
Terdapat
beberapa hal yang mengatur aliran darah otak, yakni
1. Pengaturan metabolisme
Bila
metabolisme neuronal meningkat, produk CO2 akan meningkat, sedangkan
pH ekstra seluler akan menurun sehingga terjadi vasodilatasi serebral yang
menyebabkan peningkatan aliran darah.
2. Autoregulasi serebral
Pengaturan
ini merupakan kapasitas bawaan pembuluh darah untuk mempertahankan aliran darah
otak. Pembuluh darah otak menyesuaikan lumennya pada ruang lingkupnya
sedemikian rupa, sehingga aliran darah menetap, walaupun tekanan perfusi
berubah. Pengaturan diameter lumen ini di sebut autoregulasi. Walaupun teori
ini cukup menarik, tetapi terdapat bukti-bukti yang menunjukkan pengaruh faktor
neurogenik pada autoregulasi ini.
3. Pengaturan
neurogenik
Peran faktor
neurogenik telah dibuktikan yakni berupa pengawasan susunan saraf otonom yang
terletak di batang otak dan diensefalon, serta inervasi alfa dan beta
adrenergik dan kolinergik. Adrenergik alfa bersifat vasokonstriktif, sedangkan
adrenergik beta dan kolinergik mengakibatkan vasodilatasi. Peningkatan aliran
darah hemisferik dapat disebabkan oleh perangsangan formasio retikularis.
Agaknya hal ini diakibatkan oleh peran faktor neurogenik dan akibat
meningkatnya metabolisme otak.
2.1.1 Autoregulasi Serebral
Tekanan
intrakranial (TIK) didefiniskan sebagai tekanan dalam rongga kranial dan biasanya
diukur sebagai tekanan dalam ventrikel lateral otak. Tekanan intrakranial
normal adalah 0-15 mmHg. Nilai diatas 15 mmHg dipertimbangkan sebagai
hipertensi intrakranial atau peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan
intrakranial dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu otak (sekitar 80% dari volume
total), cairan serebrospinal (sekitar 10%) dan darah (sekitar 10%).
Monro–Kellie doktrin menjelaskan tentang kemampuan regulasi otak yang
berdasarkan volume yang tetap. Selama total volume intrakranial sama, maka TIK
akan konstan. Peningkatan volume salah satu faktor harus diikuti kompensasi
dengan penurunan faktor lainnya supaya volume tetap konstan. Perubahan salah
satu volume tanpa diikuti respon kompensasi dari faktor yang lain akan
menimbulkan perubahan TIK. Beberapa mekanisme kompensasi yang mungkin antara
lain cairan serebrospinal diabsorpsi dengan lebih cepat atau arteri serebral
berkonstriksi menurunkan aliran darah otak.
Salah satu
hal yang penting dalam TIK adalah tekanan perfusi serebral/cerebral perfusion
pressure (CPP). CPP adalah jumlah aliran darah dari sirkulasi sistemik yang
diperlukan untuk memberi oksigen dan glukosa yang adekuat untuk metabolisme
otak. CPP dihasilkan dari tekanan arteri sistemik rata-rata dikurangi
tekanan intrakranial, dengan rumus CPP = MAP – ICP. CPP normal berada
pada rentang 60-100 mmHg. MAP adalah rata-rata tekanan selama siklus kardiak.
MAP = Tekanan Sistolik + 2X tekanan diastolik dibagi 3. Jika CPP diatas
100 mmHg, maka potensial terjadi peningkatan TIK. Jika kurang dari 60 mmHg,
aliran darah ke otak tidak adekuat sehingga hipoksia dan kematian sel otak
dapat terjadi. Jika MAP dan ICP sama, berarti tidak ada CPP dan perfusi
serebral berhenti, sehingga penting untuk mempertahankan kontrol ICP dan MAP.
Otak yang normal memiliki kemampuan
autoregulasi, yaitu kemampuan organ mempertahankan aliran darah meskipun
terjadi perubahan sirkulasi arteri dan tekanan perfusi. Autoregulasi menjamin
aliran darah yang konstan melalui pembuluh darah serebral diatas rentang
tekanan perfusi dengan mengubah diameter pembuluh darah dalam merespon
perubahan tekanan arteri. Pada klien dengan gangguan autoregulasi, beberapa
aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan darah seperti batuk, suctioning,
dapat meningkatkan aliran darah otak sehingga juga meningkatkan tekanan TIK.
2.2.
Definisi
Tumor
merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa latin, yang berarti bengkak.Istilah Tumor ini
digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut Reksoprodjo (1996) tumor didefinisikan
sebagai penyakit pertumbuhan sel-sel baru yang tidak terbatas, tidak ada
koordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi fisiologisnya. Senada
dengan pendapat di atas, Tjarta (1991) mengemukakan tumor adalah
kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus-menerus
secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak
berguna bagi tubuh. Ahli lain berpendapat bahwa tumor adalah massa abnormal
dari sel-sel yang mengalami proliferasi (Price, et. all,
cit.Abrams, 1995). Pengertian lain tumor adalah pembengkakan yang disebabkan
oleh macam-macam kondisi, seperti karena inflamasi atau kuman (Long,
cit.Zack, et. all, 1996).
Sedangkan menurut Willis (1995)
menyatakan bahwa tumor adalah massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan
berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal, dan
tetap tumbuh dengan cara berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan perubahan
tersebut berhenti.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa tumor adalah penyakit pertumbuhan sel-sel baru yang abnormal, tumbuh secara terus-menerus membentuk massa jaringan yang disebabkan oleh inflamasi atau trauma, serta stimulus yang mengakibatkan pertumbuhan jaringan yang terkondisi atau tidak terkondisi.
2.3.Penyebab
Menurut Sukardjo (2000) penyakit tumor disebabkan
oleh banyak faktor. Adapun faktor yang dapat menyebabkan timbulnya tumor
adalah:
1. Kelainan kongenital atau konstitusi
genetika.
Konstitusi genetika dapat
berupa kerusakan:
a. Struktural
b. Fungsional
c. Sistem kerja
Kerusakan
struktural ialah karena konstitusi gen itu rusak. Kerusakan fungsi ialah
kerusakan fungsi atau sistem kerjanya dan ini menentukan kemampuan tumbuh
untuk:
1) Menetralisasi karsinogen yang masuk ke dalam tubuh
2) Mereparasi kerusakan gen dalam chromosom
3) Menjaga imunitas tubuh
4) Mematikan sel kanker yang baru terbentuk.
Adanya
kerusakan konginetal ini menentukan apakah seseorang itu mempunyai tidak
bakat atau mudah/ sukar mendapat kanker.
2.
Karsinogen
Di dalam alam
banyak terdapat karsinogen, yaitu zat atau bahan yang dapat menimbulkan
tumor/ kanker. Ada beberapa macam karsinogen, yaitu:
a.
Karsinogen
Kimiawi
Pada saat ini
telah ditemukan lebih dari 2000 jenis karsinogen yang berupa zat kimia
sehingga dapat dikatakan hampir tidak ada orang yang bebas dari karsinogen.
Karsinogen kimiawi dapat berupa:
1)
Karsinogen alami
Banyak sekali karsinogen
yang ditemukan di alam bebas seperti:
a)
Bahan organik
(1)
Aflatoxin
Terdapat pada
biji kacang-kacangan yang ditumbuhi jamur aspergillus flamus, alfatoxin
itu dapat menimbulkan tumor ganas.
(2)
Cycasin dari biji cycad
(3)
Safide dari akar sassafras
(4) Alkaloida
dari golden raqwant
(5) Nitrosamin
dalam berbagai makanan dan minuman
b) Anorganik
(1) Berryllium
(2) Cadmium
(3) Plumbum
(4) Chromium
(5) Arsenikum
(6) Asbes
(7) Radium
2) Karsinogen
buatan manusia
Karsinogen buatan manusia
digunakan untuk:
a) Bahan industri di pabrik-pabrik seperti:
(1) Arang dan tir
(2) Cat
(3) Petrokimia
(4) Tekstil
(5) Karet
(6) Kulit
(7) Plastik
(8) Kayu
b) Obat-obatan
(1) Arsen
(2) Chlornaphazine
(3) Immunosupresif
(4) Kontrasepsi
c) Pestisida
Karsinogen kimiawi dapat
digolongkan dalam 3 golongan:
1) Direct acting carcinogen
Bahan
ini sangat aktif dan secara langsung dapat menimbulkan kanker/ tumor. Contoh :
gas mustard, melphalan, dan lain sebagainya.
2) Pro carcinogen
Bahan
ini tidak secara langsung dapat menimbulkan tumor/ kanker, bahan ini melalui
proses metabolisasi dulu oleh enzim-enzim tubuh. Contoh : nitroramin.
3) Co carcinogen
Bahan
ini tidak atau hanya sedikit sekali mempunyai aktivitas karsinogenesis
Tetapi
dalam memperbesar reaktivitas direct carcinogen atau pro carcinogen.
Contoh: minyak kroton
Dalam
kehidupan sehari-hari banyak dijumpai karsinogen seperti yang terdapat
dalam:
1) Tir atau jelaga
Hasil
pembakaran zat biologi seperti kayu, arang, minyak, tembakau, rokok, ikan,
daging dan lain sebagainya.
2) Asap rokok
Asap
rokok mengandung gas partikel padat:
a) Dalam gas asap rokok terdapat zat yang beracun dan karsinogen,
seperti karbondioksida, karbonmonoksida, amnion, hydrozine, venyl
clorida, nitrotamin, dan lain sebagainya.
b) Dalam partikel padat terdapat banyak karsinogen seperti:
(1) Polyciclic aromatic hydrocarbon
(2) Aromatic amine
b. Sinar inonisasi
Sinar yang
dapat mengadakan ionisasi air dan elektrolit dalam jaringan ialah sinar
X atau sinar rÖntgen dan sinar- UV (Ultraviolet). Dengan adanya ionisasi
air dan elektrolit dalam jaringan, akan tindakan desintegrasi sel dan bila
disentegrasi loerat sel akan mati.
Karena radiasi
mungkin timbul malformasi sel, gangguan mitosis, mutasi
gen. Ini semua dapat mengakibatkan timbulnya pembentukan sel yang tak
terkontrol.
c.
Virus
Ada 3 janis
virus yang dapat menimbulkan tumor yaitu virus DNA(De-oksi
Ribonucleac Acid), RNA(Ribo Nucleac Acid) dan Restroid.
1)
Virus De-oksi
Ribonucleac Acid
Dan
bermacam-macam virus De-oksi Ribonucleac Acid, seperti:
a)
Virus
papava
b)
Virus
edemona
c)
Virus
herpes
d)
Virus hepatitis
B
2)
Virus Ribo
Nucleic Acid.
Virus Ribo
Nucleic Acid dapat digolongkan menjadi 3 tipe, yaitu A, B dan C tergantung morvologinya
yang tampak pada mikroskop elektron.
a)
Virus Tipe A
b)
Virus Tipe B,
Virus tumor mamae
c)
Virus Tipe C,
Virus sarkoma dan leukimia
3)
Virus rektroid
(Virus sektropspokon).
d.
Hormon
Hormon
menimbulkan hanya pada beberapa organ saja, yaitu payudara, uterus, dan prostat.
e.
Iritasi kronik
Mekanisme karsinogenesis
pada kasus ini belum jelas. Virshow kali pertama mengajukan hipotesa bahwa
penyebab kanker ada iritasi kronik.
3.
Lingkungan
hidup
Lingkungan
hidup mencakup smua keadaan di daerah tempat hidup kita baik alamiah maupun
biologi:
a.
Pekerjaan
Risiko tinggi
mendapat kanker pada pekerja-pekerja berikut:
1)
Laboraturium
radiologi
2)
Tambang-tambang,
batu bara, minyak tanah
3)
Industri-industri:
kayu, nikel, chrom, sepatu, cat pertokimia, plastik, karet,
asbes, dan sebagainya.
4)
Nelayan dan
petani.
b.
Tempat tinggal
Misalnya hidup
pada daerah yang banyak mengandung:
1)
Radium
2)
Arsen
3)
Nikel
4)
Ahrom
5)
Asbes
c.
Gaya hidup (Live
Style)
Gaya hidup
yang mempengaruhi timbulnya tumor, karena gaya hidup itu menentukan banyak,
lama dan seringnya kontak dengan karsinogen.
1)
Nutrisi
1. Makanan yang menambah risiko mandapat kanker atau
tumor:
(1)
Lemak tinggi
(2)
Protein hewani
tinggi
(3)
Alkohol
(4)
Makanan asin,
diasap, dipanggang
(5)
Nitrate dan pengawet makanan nitrite
(6)
Kalori tinggi.
2. Makanan yang mengurangi risiko mandapat kanker
(1)
Makanan yang
berserat banyak
(2)
Sayuran,
buah-buahan, bijian
Mengandung indole,
seperti kubis, caulim floves yang mengurangi risiko mendapat kanker
colon tetapi mungkin menambah kanker lambung.
(3)
Kacang-kacangan terutama kedelai.
2)
Minuman keras
Mengandung
alkohol menambah risiko mendapat kanker atau tumor.
3)
Merokok
Rokok yang
dibuat dari daun tembakau banyak sekali mengandung karsinogen.
4)
Menginang
5)
Terik sinar
matahari
6)
Kawin muda
7) Sirkumsisi
2.5 Manifestasi Klinis
1.
Muntah
Merupakan gejala tetap dan sering sebagai gejala pertama, timbulnya terutama pagi hari tanpa didahului rasa mual, pada tingkat lanjut, muntah menjadi proyektil.
Merupakan gejala tetap dan sering sebagai gejala pertama, timbulnya terutama pagi hari tanpa didahului rasa mual, pada tingkat lanjut, muntah menjadi proyektil.
2.
Sakit kepala
Dijumpai pada 70% penderita yang
bersifat serangan ber-ulang-ulang, nyeri berdenyut, paling hebat pagi hari,
dapat timbul akibat batuk, bersin dan mengejan.
1.
Gangguan kesadaranDapat ringan sampai yang
berat.
2.
Kejang Sangat
jarang, kira-kira 15% pada anak dengan tumor supratentorial; pada tumor
infratentorial, kejang menunjukkan tingkat yang sudah lanjut.
infratentorial, kejang menunjukkan tingkat yang sudah lanjut.
3.
Gangguan mental Lebih sering ditemukan pada orang dewasa, terutama
bila tumor
berlokasi pada lobus frontalis atau lobus temporalis
berlokasi pada lobus frontalis atau lobus temporalis
2.6.Pemeriksaan Penunjang
a.
Skrining
b.
Laboratorium
c.
Teknik Pencitraan (Imaging)
d.
Pemeriksaan Rontgen Konvensional
e.
Radiografi Digital
f.
Tomografi Komputer (CT Scan)
g.
Ekhografi
h.
Resonansi magnetik nuklear
i.
Skintigrafi
2.7.Penatalaksanaan
Medis
Pengobatan kanker pada dasarnya
sama, yaitu salah satu atau kombinasi dari beberapa prosedur berikut :
1) Pembedahan (Operasi)
2) Penyinaran (Radioterapi)
3) Pemakaian obat-obatan pembunuh
sel kanker ( sitostatika/khemoterapi)
4) Peningkatan daya tahan tubuh
(imunoterapi)
5) Pengobatan dengan hormone
ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengkajian
1.
Anamnesa
Keluhan yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan
kesehatan adalah
berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum maupun terlokalisir.
berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum maupun terlokalisir.
2.
Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian psikologis klien dengan
limfedema meliputi beberapa penilaian yang memungkinkan perawat untuk
memperoleh persepsi yang jelas mengenai ststus emosi, kognitif, dan prilaku
klien mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respon
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-hari baik dalam keluarga maupun masyrakat. Apakah ada dampak yang timbul
pada klien, yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, pandangan terhadap
dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian
pasien menurut Marilynn E. Doenges, 1999 meliputi :
ü Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal,
penyakit vascular
perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
ü Integritas
ego
Gejala :
perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple,
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi
simpatis.
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi
simpatis.
ü Makanan /
cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis)
malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan
pemasukkan / periode puasa pra operasi).
malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan
pemasukkan / periode puasa pra operasi).
ü Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
ü Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan,
plester, dan larutan ; Defisiensi
immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ;
Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-
obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi
transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ;
Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-
obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi
transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
ü Penyuluhan /
Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid,
antibiotic, antihipertensi, kardiotonik
glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,
antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas,
atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal,
yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi
penarikan diri pasca operasi).
glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,
antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas,
atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal,
yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi
penarikan diri pasca operasi).
b.Diagnosa
Keperawatan
1. Risiko
tinggi terhadap bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan trauma
pada jaringan lunak/ jalan napas, cedera atau bedah. (Doenges, 2000).
2. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan penggantian tidak cukup, demam (Doenges,
2000).
3. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah, distensi
abdomen, selang Nasogastrik/ usus (Doenges, 2000).
c.Intervensi
1. Risiko
tinggi terhadap bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan trauma
pada jaringan lunak/ jalan napas, cedera atau bedah. (Doenges, 2000).
Tujuan :mempertahankan bersihan jalan napas yang
efektif.
Kriteria:mempertahankan/
meningkatkan patensi jalan napas dengan pola
pernapasan normal, bunyi napas jelas, tidak bising dan aspirasi dicegah.
pernapasan normal, bunyi napas jelas, tidak bising dan aspirasi dicegah.
Rencana intervensi:
ü Observasi
frekuensi/ irama pernapasan. Perhatikan penggunaan otot aksesori, pernapasan
cuping hidung, serak, stridor.
ü Awasi
tanda vital dan perubahan mental
ü Auskultasi
bunyi jalan napas
ü Berikan
kantung es untuk area operasi sesuai indikasi
ü Berikan
pelembaban udara atau O2
b. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan penggantian tidak cukup, demam (Doenges, 2000).
Tujuan :mempertahankan hidrasi adequat.
Kriteria:membran mukosa
lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, tanda
vital stabil, haluaran urine adequat.
vital stabil, haluaran urine adequat.
Rencana intervensi:
a.
Pantau tanda-tanda vital, takipnea, dan ketakutan, perhatikan
peningkatan nadi,
perubahan tekanan darah proikteral.
perubahan tekanan darah proikteral.
b.
Palpasi nadi perifer,
evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan status membran
mukosa.
mukosa.
c.
Pantau masukan dan
keluaran (mencakup semua sumber, misalnya emesis,
selang)
selang)
d.
Observasi/ catat
kuantitas, jumlah dan karakter drainage Nasogastrik. Anjurkan
dan bantu dengan perubahan posisi sering.
dan bantu dengan perubahan posisi sering.
e.
Kolaborasi pemberian
cairan, darah, albumin, elektrolit sesuai indikasi.
c.
Nyeri berhubungan
dengan insisi bedah, distensi abdomen, selang Nasogastrik/ usus
(Doenges, 2000).
Tujuan : melaporkan
nyeri hilang/ terkontrol
Rencana intervensi:
1.
Selidiki keluhan nyeri/ perhatikan lokasi, intensitas (Skala 0 – 10) dan
faktor pemberat/ penghilang.
2.
Anjurkan pasien untuk
melaporkan nyeri segera saat timbul
3.
Anjurkan bernapas
melalui hidung pengganti mulut
4.
Kolaborasi untuk
pemberian analgetik
5.
Ajarkan metode distraksi
selama nyeri akut.
Misal: mendengarkan
musik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar