Minggu, 07 Juli 2013

METABOLISME KARBOHIDRAT


METABOLISME KARBOHIDRAT

Dr. Muntari, M. Phil

 

PENGANTAR

Metabolisme Karbohidrat dimulai dengan pencernaan Amilum dalam usus halus. Hasil pencernaan berupa monosakarida diserap oleh usus halus. Glukosa merupakan senyawa utama yang paling banyak dibicarakan dalam metabolisme Karbohidrat. Rangkaian reaksi yang membentuk beberapa jalur, seperti glikolisis, glikogen sintesis dan pemecahannya, HMP Shunt, glukoneogenesis, asam uronat sebenarnya adalah merupakan catabolisme glukosa. Metabolisme fruktosa dan galaktosa juga diterangkan. Dalam bab kontrol metabolisme Karbohidrat diterangkan bagaimana metabolisme Karbohidrat terorganisasi dan terkoordinasi. Pengaruh hormon terhadap metabolisme Karbohidrat juga disinggung baik dalam tiap-tiap jalur dan juga ada bab tersendiri. Juga dikenalkan secara singkat tentang aspek klinik dari metabolisme karbohidrat.

Setelah menyelesaikan materi ini, mahasiswa Kebidanan STIKES diharapkan dapat :

1.      Menerangkan pencernaan amilum dalam usus halus dan menyebut dua monosakarida yang diserap secara aktif oleh mukosa usus halus.

2.      Menerangkan jalur Glikolisis

3.      Menerangkan metabolisme Glikogen

4.      Menerangkan jalur Glukoneogenesis

5.      Menerangkan jalur Asam Uronat “Uronic acid pathway”

6.      Menerangkan metabolisme Fruktosa

7.      Menerangkan metabolisme Galaktosa

8.      Menerangkan kontrol metabolisme karbohidrat 

9.      Menerangkan peran 3 hormon dalam metabolisme karbohidrat

10.  Menunjukkan aspek klinik dari metabolisme karbohidrat

 

 

1. PENDAHULUAN

Hidrat arang (karbohidrat) merupakan makanan pokok kita bangsa Indonesia. Pada umumnya sumber karbohidrat dalam makanan berasal dari beras, namun ada juga yang berasal dari sagu, ketela pohon atau jagung. Di negara yang sudah maju, daging merupakan menu utama dari makanan mereka. Karbohidrat dalam daging namanya glikogen.  Karbohidrat merupakan senyawa biomolekul yang paling banyak jumlahnya di permukaan bumi ini. Polimer karbohidrat yang tidak larut merupakan pelindung dan membentuk dinding sel bakteri; pada tumbuhan senyawa ini berfungsi sebagai penopang dan pada binatang berfungsi sebagai jaringan ikat dan "cell coat". Fungsi utama dari metabolisme karbohidrat adalah untuk menghasilkan energi dalam bentuk senyawa yang mengandung ikatan fosfat bertenaga tinggi.

 

2. PENCERNAAN KARBOHIDRAT

Pencernaan karbohidrat terjadi terutama di usus kecil. Enzim amilase yang disekresi pankreas, dengan pH optimum 7 memerlukan ion Cl secara mutlak, menghidrolisis amilosa menjadi maltosa dan glukosa. Amilum (starch) dan glikogen yang telah mengalami hidrasi (hydrated starch) akan dicerna oleh amilase pankreas dan menghasilkan maltosa [α-Glk(1®4)Glk], trisakarida maltotriosa [α-Glk(1®4) α-Glk (1®4) Glk], a-limit dextrins dan sedikit glukosa. Dapat juga menghasilkan isomaltosa.

Amilase merupakan endopolisakaridase jadi tidak bisa memotong glukosa yang terletak di ujung cabang; α-amilase tidak bisa memutus ikatan α-(1®4) pada glukosa yang terletak pada titik cabang. Lihat pada buku teks Biokimia!

Enzim-enzim yang dapat menghidrolisis disakarida terdapat pada "brush border", dengan nama umum disakaridase. Hasil utama hidrolisis disakarida adalah glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Monosakarida yang telah diserap masuk ke vena porta setelah melalui hepar dan jantung beredar ke seluruh tubuh. Selulosa tidak dapat dicerna oleh manusia, akhirnya akan dikeluarkan bersama/membentuk feses.

Monosakarida diserap dengan kecepatan yang berbeda. Urutan menurut kecepatannya adalah sebagai berikut : galaktosa, glukosa, fruktosa, manosa, xilosa (xylosa) dan arabinosa. Galaktosa dan glukosa diserap secara aktif.

 

3. PEMBAGIAN METABOLISME KARBOHIDRAT

Untuk mempermudah mempelajari metabolisme karbohidrat, maka dibagi menjadi beberapa jalur metabolisme. Namun hendaknya diingat bahwa dalam tubuh, jalur-jalur ini merupakan ke-satuan, yang mana jalur yang paling banyak dilalui tergantung pada keadaan (status nutrisi) waktu itu.

Pembagiannya adalah:

3.1.Glikolisis ("glycolysis")

3.2.Glikogenesis ( "glycogenesis" ).

3.3.Glikogenolisis ( "glycogenolysis" ).

3.4.Oksidasi asam piruvat.

3.5.Glukoneogenesis ( "gluconeogenesis" ).

3.6.Metabolisme fruktosa, galaktosa dan heksosamin

 

4. G L I K O L I S I S

Glikolisis adalah pemecahan glukosa menjadi asam piruvat atau asam laktat. Jalur ini terutama terjadi dalam otot bergaris, yang dimaksudkan untuk menghasilkan energi (ATP). Apabila glikolisis terjadi dalam suasana anaerobik maka akan berakhir dengan asam laktat, dan menghasilkan dua ATP, apabila dalam keadaan aerobik berakhir menjadi asam piruvat dengan 8 ATP.

 

4.1.Tahapan reaksi glikolisis

Jalur ini disebut juga jalur Embden-Meyerhof. Semua enzim yang terlibat terdapat dalam fraksi ekstra mitokhondria (dalam sitosol). Mula-mula glukosa mengalami esterifikasi dengan fosfat, reaksi ini disebut juga fosforilasi glukosa oleh ATP menjadi glukosa 6-P.

Heksokinase (glukokinase)

Mg++

D-glukosa  +  ATP   D-glukosa 6-P + ADP.

Reaksi ini memerlukan ion Mg++ sebagai kofaktor

 

Dalam sel, sedikit sekali glukosa berada sebagai glukosa bebas, sebagian besar terdapat dalam bentuk ester glukosa 6-P. Reaksi ini dikatalisis dua enzim : hexokinase dan glukokinase.

Hexokinase terdapat dalam ber-macam2 sel, kecuali di sel hepar dan pankreas. Enzim ini sesuai dengan namanya dapat pula mengkatalisis esterifikasi heksosa lainnya dengan ATP; contoh: fruktosa menjadi fruktosa 6-P. Dalam sel binatang dan manusia enzim ini merupakan enzim regulator, karena dapat dihambat oleh hasil reaksinya.

Glukokinase terdapat dalam hepar dan pankreas. Mempunyai Km untuk D-glukosa jauh lebih tinggi dari enzim hexokinase. Glukokinase memerlukan glukosa lebih tinggi untuk menjadi aktif bila dibandingkan dengan heksokinase.

Berbeda dengan heksokinase, glukokinase tidak dihambat oleh hasil reaksinya yaitu glukosa 6-P. Glukokinase berperan biasanya pada waktu kadar glukosa darah tinggi (sesudah makan). Pada penderita Diabetes Mellitus, enzim ini jumlahnya berkurang. Reaksi fosforilasi ini boleh dikatakan reaksi satu arah.

Selanjutnya glukosa 6-P diubah menjadi fruktosa 6-P. Reaksi ini dikatalisis enzim fosfoheksosa isomerase, dimana terjadi aldosa-ketosa isomerasi. Hanya D-anomer dari glukosa 6-P yang bisa dipakai sebagai substrat. Reaksi ini merupakan reaksi bolak-balik.

Reaksi selanjutnya adalah pembentukan fruktosa 1,6-difosfat oleh enzim fosfofruktokinase-1 (PFK-1). Reaksi ini boleh dikatakan reaksi satu arah. Enzim fosfofruktokinase-1 merupakan enzim yang bisa diinduksi. Enzim ini memegang peran yang penting dalam mengatur kece-patan glikolisis.

fosfofruktokinase-1

Fruktosa 6-P  +  ATP   Fruktosa 1,6-BP + ADP.

Mg++

 

Aktivitas enzim ini meningkat apabila konsentrasi ADP, AMP, fosfat inorganik (Pi) meningkat. Enzim fosfofruktokinase-1 dihambat oleh ATP, asam sitrat dan 2,3-DP gliserat (dalam sel darah merah). Apabila pemakaian ATP meningkat (kadar ATP menurun) maka aktivitasnya meningkat, sebaliknya apabila kadar ATP tinggi aktivitas enzim tersebut menurun. Enzim ini juga dihambat oleh meningkatnya kadar asam lemak bebas, sehingga apabila senyawa ini meningkat dalam darah, yang akhirnya masuk ke dalam sel , maka pemakaian glukosa akan berkurang. Keadaan ini bisa terjadi pada waktu kelaparan, yang mana juga dapat terbentuk senyawa keton.

 

Peran fruktosa 2,6 bisfosfat (dalam hepar).

Dalam hepar, fruktosa 2,6-bisfosfat merupakan allosterik efektor positif yang paling kuat bagi enzim fosfofruktokinase-1, dan merupakan inhibitor bagi enzim fruktosa 1,6-bisfosfatase ("enzim glukoneogenesis"). Fruktosa 2,6-bisfosfat menghilangkan pengaruh hambatan (inhibisi) ATP terhadap fosfofruktokinase-1, dan meningkatkan affinitas enzim ini terhadap fruktosa 6-P. Fruktosa 2,6-bisfosfat menghambat fruktosa-1,6-bisfosfatase dengan jalan meningkatkan harga Km untuk fruktosa-1,6-bisfosfat. Kadar fruktosa 2,6-bisfosfat dibawah pengaruh kontrol substrat dan hormonal.

Fruktosa 2,6-bisfosfat dibentuk dengan fosforilasi fruktosa 6-fosfat (fruktosa 6-P) yang dikatalisis enzim fosfofruktokinase-2 (PFK-2). Enzim yang sama bertanggung jawab juga terhadap pemecahan fruktosa 2,6 bisfosfat (F 2,6-BP), karena enzim ini mempunyai aktivitas fruktosa 2,6 bisfosfatase, namun enzim ini telah mengalami fosforilase menjadi PFK-2P (fosfo frukto kinase fosfat). Aktivitas bifungsi enzim fosfofruktokinase-2 ini dibawah pengaruh (kontrol) allosterik fruktosa 6-P. Apabila kadar senyawa ini meningkat, sebagai akibat meningkatnya kadar glukosa, maka akan meningkatkan aktivitas fosfofruktokinase-2 pada waktu yang sama aktivitas fosfatasenya menurun. Apabila kita memerlukan glukosa (pada waktu puasa), dengan perkataan lain glukosa darah menurun, glukagon akan menyebabkan terbentuknya cAMP, selanjutnya "cAMP- dependent protein kinase" teraktifasi, yang menyebabkan fosfofruktokinase-2 dihambat, sedangkan aktivitas fruktosa 2,6BPase meningkat, karena diubah menjadi PFK-2P.

Dalam keadaan dimana kadar glukosa meningkat, menyebabkan fruktosa 6P meningkat, ini memacu PFK-2 membentuk fruktosa 2,6 bisfosfat. Selanjutnya F 2,6 BP akan merangsang akti-fitas fosfofruktokinase-1 dan menghambat fruktosa 1,6 bisfosfatase. Fruktosa 1,6-BP akan dipecah menjadi dua triosa oleh enzim aldolase.

Aldolase

Fruktosa 1,6-BP         Dihidroksi asetonfosfat + gliseraldehida 3-P

Pada sel binatang sedikitnya ada dua macam aldolase, aldolase A yang terdapat dalam se-bagian besar jaringan , aldolase B terdapat dalam sel hepar dan ginjal. Semuanya terdiri dari empat subunit polipeptida yang berbeda komposisi asam aminonya.

Gliseraldehida 3-fosfat ↔ Dihidroksi asetonfosfat (DHAP).

Kedua triosa tersebut diatas "interconverted", dapat saling berubah dengan adanya enzim fosfotriosa isomerase. Sampai dengan reaksi ini satu glukosa terpakai dan memerlukan dua ATP.

Selanjutnya glikolisis berjalan dengan oksidasi gliseraldehid 3-fosfat (gliseraldehida 3-P) menjadi 1,3-bisfosfogliserat. Karena adanya enzim fosfotriosa isomerase, dihidroksi asetonfos-fat juga dioksidasi.Enzim yang bertanggung jawab pada reaksi ini adalah gliseraldehida 3-P de-hidrogenase yang mana aktivitasnya tergantung adanya NAD+. Enzim ini terdiri dari empat polipeptida yang identik membentuk tetramer. Empat gugusan -SH terdapat pada tiap polipep-tida, mungkin berasal dari residu sistein (cysteine). Satu gugusan -SH terdapat pada "active site". Reaksinya berjalan sebagai berikut:

Mula-mula substrat berikatan dengan "cysteinyl moiety" pada dehidrogenase membentuk suatu tiohemiasetal, yang kemudian dioksidasi menjadi tiol-ester. Atom hidrogen yang terlepas dipindah pada NAD+ yang terikat pada enzim. NADH yang terbentuk,akan terikat pada enzim juga tapi tidak sekuat NAD+, sehingga NADH ini mudah diganti oleh NAD+ yang lain.

Energi yang terjadi pada oksidasi ini terwujud dalam ikatan sulfat energi tinggi, yang ke-mudian dengan fosforolisis menjadi ikatan fosfat energi tinggi pada posisi satu dari 1,3-bisfosfo-gliserat.Pada fosforolisis diatas, Pi ditambahkan dan enzim bebas serta gugus -SH be-bas terbentuk. Fosfat berenergi tinggi ini ditangkap menjadi ATP pada reaksi dengan ADP yang dikatalisis enzim fosfogliserat kinase. Reaksi ini menghasilkan 3-fosfogliserat.

Jadi oksidasi fosfogliseraldehid menjadi fosfogliserat, dimana terlepas suatu energi, energi ini dipakai oleh reaksi pengambilan fosfat inorganik dan sintesis ATP; rangkaian reaksi-reaksi ini merupakan suatu "coupled reaction".

Karena ada dua molekul triosafosfat yang dioksidasi, maka akan terbentuk dua molekul ATP. Pada reaksi ini NAD+ tereduksi menjadi NADH. Reaksi tersebut diatas adalah suatu contoh dari fosforilasi pada tingkat substrat. Apabila ada asam arsenat, maka zat ini akan berkompetisi dengan Pi yang akan menghasilkan arseno-3-fosfogliserat, yang akan terhidrolisis spontan menghasilkan 3-fosfogliserat tanpa menghasilkan ATP. Ini suatu contoh arsenat dapat "uncoupled" oksidasi dan fosforilasi. Selanjutnya 3-fosfogliserat diubah menjadi 2-fosfogliserat oleh enzim fosfogliserat mutase.

Reaksi berikutnya dikatalisis oleh enzim enolase; pada reaksi ini terjadi perubahan struktur molekul hingga terbentuk ikatan fosfat bertenaga tinggi pada posisi 2, yaitu fosfoenolpiruvat.

Enolase dihambat oleh fluorida ( F ). Dalam praktek fluorida ditambahkan ke dalam larutan pada penentuan glukosa,juga kedalam pasta gigi. Kerja enzim ini tergantung adanya Mn++ atau Mg++. Reaksinya sebagai berikut:

2-fosfogliserat ↔ Fosfoenolpiruvat + H2O.

Fosfat bertenaga tinggi dari fosfoenolpiruvat dipindah ke ADP menjadi ATP, yang di-katalisis enzim piruvat kinase.

 

Reaksinya:

     ADP            ATP

 

  Fosfoenolpiruvat    « Enolpiruvat

    Piruvat kinase

 

Enzim piruvat kinase hepar berbeda sifatnya dengan enzim piruvat kinase otot. Pada otot konsentrasi ATP yang tinggi akan menghambat enzim ini. Pada hepar enzim ini dapat dihambat oleh ATP dan alanin, tapi adanya fruktosa 1,6-difosfat dengan konsentrasi tinggi, akan dapat menghilangkan hambatan ini. Dalam hepar enzim ini dihambat juga oleh asam lemak rantai panjang dan asetil-KoA.

Dalam hepar glukagon menghambat glikolisis dan merangsang glukoneogenesis dengan meningkatkan konsentrasi cAMP. Senyawa ini kemudian mengaktivasi "cAMP dependent protein kinase". Protein kinase yang aktif ini akan mengkatalisis fosforilasi enzim piruvat kinase menjadi piruvat kinase-P. Enzim piruvat kinase-P merupakan bentuk tidak aktif. Dengan demikian glukagon menghambat glikolisis.

Sampai dengan reaksi ini hasil netto dari perubahan glukosa menjadi dua asam piruvat adalah dua NADH dan dua ATP, yaitu pada awal jalur ini dibutuhkan dua ATP dan kemudian menghasilkan empat ATP. Dalam keadaan aerobik NADH dengan menggunakan rantai respirasi dapat diubah menjadi 3 ATP.

Pada keadaan anaerobik reoksidasi NADH melalui rantai respirasi tidak berjalan. Asam piruvat akan dirubah menjadi asam laktat, yang dikatalisis enzim laktat dehidrogenase.

Reaksinya:

laktat dehidrogenase

Asam piruvat + NADH      «  L-laktat + NAD+

 

Dengan demikian reoksidasi NADH melalui asam laktat memungkinkan glikolisis berlangsung tanpa oksigen, karena NAD+ yang terbentuk cukup untuk kebutuhan enzim gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase. Jadi jaringan pada keadaan hipoksia ada tendensi untuk membentuk asam laktat, terutama dalam otot bergaris. Asam laktat yang terbentuk akan masuk ke peredaran darah dan bisa didapatkan dalam urine.

 

4.2 SEL DARAH MERAH

Glikolisis dalam eritrosit sekalipun dalam keadaan aerobik akan menghasilkan asam laktat, karena enzim-enzim yang dapat mengoksidasi asam piruvat secara aerobik tidak ada dalam sel darah merah. Dalam eritrosit golongan mammalia tahapan yang dikatalisis fosfogliserat kinase di " by passed " dengan adanya enzim bisfosfogliserat mutase dan enzim 2,3-bisfosfogliserat fosfatase. Akibat adanya dua enzim ini ATP tidak terbentuk dan ini memungkinkan glikolisis berlangsung apabila kebutuhan ATP minimum. 2,3-bisfosfogliserat bergabung dengan hemoglobin sehingga menyebabkan affinitas hemoglobin terhadap oksigen menurun. Kurve dissosiasi oksigen hemoglobin bergerak ke kanan. Dengan demikian adanya 2,3-bisfosfogliserat dalam sel darah merah membantu pelepasan oksigen untuk keperluan jaringan.

 

 

 

 

Reaksinya :

Enzim 1

1,3-bisfosfogliserat → 2,3-bisfosfogliserat

Enzim 2 ↓

3-fosfogliserat.

Enzim 1 : bisfosfogliserat mutase

Enzim 2: 2,3-bisfosfogliserat fosfatase

 

Dalam glikolisis ada tiga reaksi boleh dikatakan secara fisiologis satu arah, yaitu reaksi yang dikatalisis enzim-enzim :

1. heksokinase (dan glukokinase)

2. fosfofruktokinase

3. piruvat kinase

 

5. OKSIDASI ASAM PIRUVAT MENJADI ASETIL-KoA

Asam piruvat dapat masuk ke dalam mitokhondria dengan pertolongan suatu transporter. Asam piruvat mengalami oksodasi-dekarboksilasi oleh suatu enzim yang tersusun rapi dalam matriks mitokhondria. Enzim-enzim ini disebut piruvat dehidrogenase kompleks

Mula-mula asam piruvat mengalami dekarboksilasi. Reaksi ini dikatalisis enzim piruvat dehidrogenase. Tiamin pirofosfat bertindak sebagai ko-enzim. Dalam reaksi ini terbentuk CO2 dan α-hidroksietil-tiaminpirofosfat atau disebut juga "aktif asetaldehid". Senyawa yang disebut belakangan ini dipindah ke prostetik lipoamide, yang merupakan bagian dari enzim transasetilase. Dalam perpindahan ini disulfida dari lipoamide tereduksi, asetildehida teroksidasi menjadi asetil aktif yang terikat sebagai tioester. Gugusan asetil ini kemudian bereaksi dengan koenzim-A, membentuk asetil-S-KoA, dan menghasilkan lipoamide dalam bentuk disulfhidril(tereduksi). Koenzim yang tereduksi ini dioksidasi kembali oleh suatu flavoprotein, dihidrolipoil dehidrogenase. Flavoprotein yang tereduksi kemudian dioksidasi oleh NAD+. Ringkasnya, reaksinya adalah sebagai berikut:

CH3COCOOH + HSCoA + NAD+ → CH3CO-SCoA + NADH + H+

 

Piruvat dehidrogenase dihambat oleh hasil reaksinya yaitu NADH dan asetilKoA. Enzim ini juga dihambat oleh aktivitas oksidasi asam lemak, yang mana akan meningkatkan rasio Asetil-KoA / KoA, NADH / NAD+ dan ATP / ADP. Peningkatan rasio diatas akan mengaktivasi piruvat dehidrogenase (PDH) kinase yang akan mengkatalisis fosforilasi enzim PDH a menjadi PDH b yang tidak aktif. PDH fosfatase akan menghidrolisis PDH b menjadi PDH a yang aktif. PDH fosfatase diaktivasi oleh insulin. Arsenit atau ion merkuri membentuk komplek dengan gugusan -SH dari asam lipoat dan menghambat piruvat dehidrogenase. Kekurangan tiamin akan menyebabkan asam piruvat tertimbun.

 


 

6. G L I K O G E N

6.1 G L I K O G E N E S I S

Glikogen dalam sel binatang fungsinya mirip dengan amilum dalam tumbuhan yaitu sebagai cadangan energi. Pembentukan glikogen (glikogenesis) terjadi hampir dalam semua jaringan, tapi yang paling banyak adalah dalam hepar dan dalam otot. Setelah seseorang diberi diet tinggi karbohidrat (hidrat arang), kemudian heparnya dianalisis, maka akan didapatkan kurang lebih 6% berat basah terdiri dari glikogen. Namun 12 sampai 18 jam kemudian, hampir semua glikogen habis terpakai. Dalam otot kandungan glikogen jarang melebihi satu persen, tapi untuk menghabiskan glikogen tersebut agak sulit, yaitu misalnya dengan olah raga berat dan lama.

Sintesis glikogen dimulai dengan perobahan glukosa 6-fosfat menjadi glukosa 1-fosfat yang dikatalisis enzim fosfoglukomutase (glukosa 1,6-bisfosfat bertindak sebagai koenzim). Selanjutnya enzim uridin difosfat glukosa pirofosforilase (UDPG pirofosforilase) mengkatalisis pembentukan uridin difosfat glukosa (UDP-glukosa).

UTP + Glukosa 1-fosfat → UDP-glukosa + Ppi

 

Reaksi ini boleh dikatakan reaksi searah,karena hidrolisis senyawa inorganik pirofosfat menjadi inorganik fosfat, yang dikatalisis enzim inorganik pirofosfatase menarik reaksi kekanan. Enzim glikogen sintetase (glikogen sintase) memindahkan glukosil aktif dari UDP-glukosa (UDPG) pada bagian dari ujung glikogen yang tidak dapat direduksi, mem-bentuk ikatan α-1,4 glukosidik. Pembentukan ikatan tersebut terjadi ber-ulang2, sehingga cabangnya makin panjang. Apabila panjang cabang tersebut mencapai antara 6 sampai 11, maka enzim amilo (α 1,4) → α(1,6) transglukosidase ("branching enzim") memindahkan se-bagian dari residu ikatan α-1,4 (minimum 6 residu), pada rantai didekatnya membentuk ika-tan α-1,6. Jadi terjadi titik percabangan baru. Kemudian kedua cabang tersebut bertambah panjang. Dan seterusnya kejadian berulang kembali.

Uridin difosfat yang dibebaskan ketika unit glukosil dari UDPG dipindah kebagian tertentu dari glikogen, disintesis kembali menjadi UTP dengan memakai ATP. Total kebutuhan ATP untuk menyimpan satu molekul glukosa menjadi satu molekul glikogen adalah dua molekul, dua ADP dan dua inorganik fosfat terbentuk. Berat molekul glikogen mencapai satu sampai empat juta lebih.

 

6.2 GLIKOGENOLISIS

Pemecahan glikogen dalam hepar dan otot berbeda dengan enzim yang terdapat dalam pen-cernaan. Enzim glikogen fosforilase akan melepaskan unit glukosa dari rantai cabang glikogen yang tidak bisa direduksi. Reaksinya bisa digambarkan sebagai berikut:

(Glukosa)n + H3PO4 → Glukosa 1-fosfat + (Glukosa)n-1

 

Enzim ini hanya memecah ikatan α-1-4 glikosidik, dan berhenti pada empat residu dari titik cabang. Enzim amilo (α 1,4) (α 1,4) glukan transferase, memindah tiga unit glukosa yang terikat pada rantai cabang (yang tinggal empat) pada rantai yang lain membentuk “rantai” lurus. Selanjutnya enzim glikogen fosforilase akan memecah ikatan α-1,4 sampai 4 unit glukosa dari titik cabang, demikian seterusnya.

Debranching enzim (amilo 1,6-glukosidase) memecah ikatan glukosidik 1,6 dan menghasil-kan glukosa. Dalam otot glukosa yang dihasilkan tidak cukup banyak untuk dieksport keluar sel, kemungkinan dipakai oleh sel otot itu sendiri.

Glukosa 1-fosfat yang terlepas diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim fosfoglukomu-tase. Senyawa ini bisa masuk jalur glikolisis atau jalur lainnya. Di hepar, ginjal dan epitel usus halus glukosa 6-fosfatase yang spesifik memecah ikatan ester dan melepaskan glukosa ke peredaran darah. Enzim ini tidak didapatkan dalam otot.

7. GLUKONEOGENESIS

Glukoneogenesis adalah suatu pembentukan glukosa dari senyawa yang bukan karbohidrat. Glukoneogenesis penting sekali untuk menyediakan glukosa, apabila di dalam diet tidak mengandung cukup karbohidrat. Syaraf, medulla dari ginjal, testes, jaringan embriyo dan eritrosit memerlukan glukosa sebagai sumber utama penghasil energi. Glukosa diperlukan oleh jaringan adiposa untuk menjaga senyawa antara siklus asam sitrat. Di dalam mammae, glukosa diperlukan untuk membuat laktosa. Di dalam otot, glukosa merupakan satu-satunya bahan untuk membentuk energi dalam keadaan anaerobik.

Untuk membersihkan darah dari asam laktat yang selalu dibuat oleh sel darah merah dan otot, dan juga gliserol yang dilepas jaringan lemak, diperlukan suatu proses atau jalur yang bisa memanfaatkannya.

Pada hewan memamah biak, asam propionat merupakan bahan utama untuk glukoneogenesis. Jalur yang dipakai dalam glukoneogenesis adalah modifikasi dan adaptasi dari jalur Embden-Meyerhof dan siklus asam sitrat.

Enzim tambahan yang diperlukan dalam proses ini selain dari enzim-enzim dalam kedua jalur di atas adalah :

1. Piruvat karboksilase

2. Fosfoenolpiruvat karboksikinase

3. Fruktosa 1,6-bisfosfatase (tidak ada dalam otot jantung dan otot polos)

4. Glukosa 6-fosfatase

Dalam keadaan puasa, enzim piruvat karboksilase dan enzim fosfoenolpiruvat karbok-sikinase sintesisnya meningkat. Sintesis enzim ini juga dipengaruhi oleh hormon glukokor-tikoid. Dalam keadaan puasa, oksidasi asam lemak dalam hepar meningkat. Ini membawa akibat yang menguntungkan untuk glukoneogenesis karena akan menghasilkan ATP, NADH dan oksaloasetat.

Asam lemak dan asetil-KoA akan menghambat enzim-enzim fosfofruktokinase, piruvat kinase dan piruvat dehidrogenase, mengaktifkan enzim-enzim piruvat karboksilase dan fruktosa 1,6-bisfosfatase.

Substrat untuk glukoneogenesis adalah :

1. Asam laktat yang berasal dari otot, sel darah merah, medulla dari glandula supra-renalis, retina dan sumsum tulang

2. Gliserol, yang berasal dari jaringan lemak

3. Asam propionat, yang dihasilkan dalam proses pencernaan pada hewan memamah biak.

4. Asam amino glikogenik

 

7.1 Perubahan asam laktat menjadi glukosa

Asam laktat di dalam sitoplasma diubah menjadi asam piruvat, kemudian asam piruvat masuk ke dalam mitokhondria dan diubah menjadi oksaloasetat. Karena oksaloasetat tidak dapat melewati membran mitokhondria, maka diubah dulu menjadi malat. Di sitoplasma malat diubah kembali menjadi oksaloasetat. Oksaloasetat kemudian diubah menjadi fosfoenolpiruvat yang selanjutnya berjalan ke arah kebalikan jalur Embden-Meyerhof dan akhirnya akan menjadi glukosa.

Pada diagram dapat juga kita lihat reaksi-reaksi yang diperlukan untuk mengubah gliserol dan asam-asam amino glukogenik menjadi glukosa. Asam amino glukogenik masuk ke dalam jalur glukoneogenesis ditandai dengan bundaran dan panah pada siklus asam tri karboksilat (TCA cycle).

Beberapa reaksi dan enzim-enzim tambahan untuk mengubah asam laktat menjadi glukosa (selain jalur kebalikan glikolisis dan TCA cycle) adalah :

1. Enzim piruvat karboksilase mengkatalisis reaksi:

Piruvat → Oksaloasetat (gambar 15-16)

Dalam reaksi ini diperlukan ATP, CO2 (berasal dari H2CO3), biotin ( yang diperlukan un-tuk mengikat bikarbonat pada enzim sebelum ditambahkan pada asam piruvat ) dan ion Mg.

 

2. Enzim fosfoenolpiruvat karboksikinase mengkatalisis reaksi:

Oksaloasetat → Fosfoenolpiruvat

 

Dalam reaksi ini diperlukan "high energy phosphate" GTP atau ATP, dan akan terbentuk CO2.

 

3. Enzim fruktosa 1,6-bisfosfatase akan mengkatalisis reaksi:

Fruktosa 1,6-bisfosfat → Fruktosa 6-fosfat

 

Enzim ini bisa didapatkan dalam hati, ginjal otot bergaris, sedangkan jaringan lemak, otot jantung dan otot polos tidak mengandung enzim fruktosa 1,6-bisfosfatase.

 

4. Enzim glukosa 6-fosfatase mengkatalisis reaksi:

Glukosa 6-fosfat → Glukosa

 

Enzim ini terdapat dalam usus halus, hati, ginjal dan platelet, akan tetapi tidak bisa di-jumpai dalam otot dan jaringan lemak.

 

5. Enzim gliserokinase mengkatalisis reaksi :

Gliserol → Gliserol 3-fosfat

 

Dalam reaksi ini diperlukan ATP dan menghasilkan ADP. Enzim ini terutama terdapat dalam hati dan ginjal.

 

6. Enzim gliserol 3-fosfat dehidrogenase mengkatalisis reaksi :

Gliserol 3-fosfat → Dihidroksi aseton fosfat ( DHAP )

 

Asam propionat perlu diaktivasi dahulu menjadi propionil-KoA. Ensim tiokinase mengkatalisis reaksi ini dan memerlukan ATP , KoA dan ion Mg. Selanjutnya propionil-KoA diubah menjadi D-metilmalonil-KoA, selanjutnya setelah mengalami rasemisasi akan diubah menjadi L-metilmalonil-KoA. Senyawa ini kemudian akan diubah menjadi suksinil-KoA yang akan masuk ke dalam siklus asam sitrat yang akhirnya akan diubah menjadi glukosa melalui kebalikan jalur Embden-Meyerhof.

Pada burung dara, ayam dan marmut fosfoenolpiruvat (PEP) kaboksikinase hepar terdapat dalam mitokhondria. PEP yang terbentuk keluar dari mitokhondria. PEP karboksikinase pada tikus terdapat di sitoplasma. Malat keluar. Pada manusia, guinea pig dan sapi PEP karboksikinase terdapat di dalam dan di luar mitokhondria.

 


 

8. METABOLISME ASAM URONAT (THE URONIC ACID PATHWAY)

Selain dari jalur yang telah diterangkan di atas, glukosa 6-fosfat dapat diubah menjadi asam glukoronat (glucoronic acid), asam askorbat (ascorbic acid) dan pentosa melalui suatu jalur yang disebut "the uronic acid pathway".  Akan tetapi manusia, primata dan guinea pig tidak bisa membuat asam askorbat. Karena kekurangan enzim tertentu, maka L-gulonat yang terbentuk tidak bisa diubah menjadi L-asam askorbat. L-gulonat akan dioksidasi menjadi 3-keto-L-gulonat, yang kemudian mengalami dekarboksilasi menjadi L-xylulose.

Reaksi lengkapnya adalah sebagai berikut : glukosa-6fosfat akan diubah menjadi glukosa 1-fosfat. Glukosa 1-fosfat akan bereaksi dengan UTP (uridin trifosfat) dan membentuk nukleotida aktif UDPG (uridin difosfat glukosa). Selanjutnya UDPG akan mengalami oksidasi dua tahap pada atom karbon yang keenam. Asam glukoronat (D-glucoronate) yang terbentuk oleh enzim yang tergantung pada NADPH, direduksi menjadi L-gulonat. L-gulonat merupakan bahan baku untuk membuat asam askorbat.

Pada manusia, primata dan guinea pig L-gulonat melalui 3-keto L-gulonat akan diubah menjadi L-xylulose (L silulose) (mungkin lebih baik dipakai istilah bah Ingrisnya, sebab bisa disalah artikan dengan selulose=cellulose). D-xylulose merupakan bagian dari HMP Shunt. Untuk bisa masuk ke dalam HMP Shunt,maka L-xylulose harus diubah dulu menjadi D-xylulose melalui silitol. Dalam proses ini diperlukan NADPH dan NAD+. Perubahan silitol menjadi D-silulosa dikatalisis enzim silulosa reduktase. D-xylulose akan diubah menjadi D-xylulose 5-fosfat, ATP bertindak sebagai donor fosfat.

Pada suatu penyakit yang menurun yang disebut "essential pentosuria" di dalam urinnya banyak didapatkan L-xylulose, diperkirakan enzim yang mengkatalisis L-xylulose menjadi silitol tidak ada pada penderita penyakit ini.

 

9. METABOLISME FRUKTOSA DAN SORBITOL

9.1. Metabolisme Fruktosa

Fruktosa dapat difosforilasi menjadi fruktosa 6-fosfat oleh enzim heksokinase. Enzim ini juga dapat memakai glukosa dan mannosa sebagai substrat, tapi afinitas untuk fruktosa sangat kecil bila dibandingkan dengan glukosa. Fruktokinase yang terdapat dalam hati, ginjal dan usus halus, dapat mengkatalisis fruktosa dengan ATP menjadi fruktosa 1-fosfat. Harga Km untuk reaksi ini kecil sekali dan aktivitas enzim ini tidak dipengaruhi oleh puasa ataupun insulin. Sangat mungkin sekali bahwa fosforilasi dengan enzim ini merupakan reaksi fosforilasi yang utama dari fruktosa. Kekurangan enzim fruktokinase dalam hepar akan menyebabkan suatu kelainan yang disebut "essential fruktosuria".

Karena aktivitas enzim fruktokinase tidak dipengaruhi insulin maka pada penderita Diabetes Mellitus, fruktosa dapat dihilangkan dari darah dengan kecepatan yang sama dibandingkan dengan orang normal. Fruktokinase tidak dapat memakai glukosa sebagai substrat.

Selanjutnya fruktosa 1-fosfat dipecah menjadi D-gliseral dehid dan dihidroksi aseton fosfat. Reaksi ini dikatalisis enzim aldolase B, yang terdapat dalam hati. Enzim ini juga bisa memakai fruktosa 1,6-bisfosfat sebagai substratnya.Apabila enzim aldolase B tidak ada maka akan menyebabkan suatu penyakit menurun yang disebut "hereditary fructosa intolerance".

D-gliseraldehid dapat masuk ke dalam glikolisis melalui suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim yang terdapat dalam hepar yaitu triokinase. Enzim ini mengkatalisis fosforilasi D-gliseraldehid menjadi D-gliseraldehid 3-fosfat. Dihidroksi aseton fosfat dan gliseraldehi 3-fosfat (triosa fosfat) mungkin mengalami degradasi melalui jalur glikolisis atau diubah menjadi glukosa. Dalam hepar kedua triosa fosfat tersebut akan banyak yang diubah menjadi glukosa. Salah satu akibat dari "hereditary fructose intolerance" dan keadaan lain yang disebabkan karena kekurangan enzim fruktrosa 1,6-bisfofatase adalah hipoglisemi akibat induksi fruktosa, biarpun dalam hepar kadar glikogen tinggi. Ini disebabkan karena akumulasi fruktosa 1-fosfat dan fruktosa 1,6-bisfosfat akan menghambat aktivitas enzim fosforilase dalam hepar melalui mekanisme allosterik.

Apabila hepar dan usus dari suatu binatang percobaan dibuang, maka injeksi fruktosa (pemberian fruktosa secara parenteral) tidak akan bisa diubah menjadi glukosa, dan binatang tersebut akan mati, kecuali apabila diberi glukosa. Pada manusia telah dilaporkan bahwa ginjal dapat mengubah fruktosa menjadi glukosa dan asam laktat. Pada manusia, dalam usus banyak sekali fruktosa diubah menjadi glukosa sebelum diserap melalui vena porta, hal ini tidak terjadi pada tikus.

Fruktosa akan lebih cepat mengalami glikolisis bila dibandingkan dengan glukosa, karena fruktosa tidak melewati jalur reaksi yang dikatalisis enzim fosfofruktokinase. Enzim ini mengontrol kecepatan reaksi katabolisme glukosa. Ini menyebabkan fruktosa akan membanjiri hepar dengan akibat meningkatnya sintesis asam lemak, esterifikasi asam lemak dan sekresi Very Low Density Lipoprotein (VLDL), yang mungkin bisa meningkatkan kadar triasil gliserol. Fruktosa bisa didapatkan dalam "seminal plasma" dan disekresi ke dalam fetal sirkulasi pada ikan paus. Pada binatang ini fruktose tertimbun dalam cairan amnion dan "allantoic fluid".

 

9.2 Metabolisme Sorbitol

Sorbitol dan fruktosa didapatkan dalam lensa. Pada penderita Diabetes Mellitus kadar sorbitol dan fruktosa dalam lensa meningkat, mungkin senyawa tersebut terlibat dalam pembentukan katarak. Inhibitor aldose reduktase dapat mencegah timbulnya katarak pada diabetes mellitus.

Glukosa dapat diubah menjadi fruktosa melalui jalur sorbitol. Dalam hepar jalur ini tidak ada. Pembentukan fruktosa meningkat dengan meningkatnya kadar glukosa, seperti dalam Diabetes Mellitus.

Aldosa reduktase mengkatalisis reduksi glukosa menjadi sorbitol. Dalam reaksi ini NADPH diperlukan sebagai reduktor, yang berubah menjadi NADP. Selanjutnya sorbitol dioksidasi menjadi fruktosa dalam suatu reaksi yang dikatalisis enzim sorbitol dehidrogenase. Reaksi ini memerlukan NAD+. Sorbitol tidak dapat secara bebas berdifusi keluar sel, oleh karena itu dapat tertimbun dalam sel. Dalam hepar adanya sorbitol dehidrogenase menyebabkan sorbitol diubah menjadi fruktosa. Apabila sorbitol diberikan intravena maka senyawa ini akan diubah menjadi fruktosa, bukan menjadi glukosa (sorbitol dehidrogenase mengkatalisis reaksi dua arah). Apabila sorbitol diberikan per-oral sedikit sekali yang diserap, dan akan mengalami fermentasi oleh bakteri usus besar (kolon) dan menghasilkan asetat dan H2. Pada keadaan "sorbitol intolerance" kram perut mungkin disebabkan oleh makanan yang dikatakan pemanis "sugar-free" yang mengandung sorbitol.

 

10. METABOLISME GALAKTOSA

Galaktosa diserap usus dengan mudah diubah menjadi glukosa dalam hepar. "Galactose tolerance test" adalah suatu pemeriksaan untuk mengetahui fungsi hepar, namun sekarang sudah jarang dipakai.

Jalur yang dipakai untuk mengubah galaktosa menjadi glukosa adalah sebagai berikut:

Galaktokinase mengkatalisis reaksi (1) dan dalam reaksi ini diperlukan ATP sebagai donor fosfat. Galaktosa 1-fosfat yang terbentuk akan bereaksi dengan uridin difosfat glukosa (UDPG) dan menghasilkan uridin difosfat galaktosa dan glukosa 1-fosfat. Reaksi ini dikatalisis enzim galaktosa 1-fosfat uridil transferase, galaktosa menggantikan tempat glukosa.

Suatu epimerase mengubah galaktosa menjadi glukosa (reaksi 3). Reaksi ini terjadi pada suatu nukleotida yang mengandung galaktosa, peristiwa oksidasi-reduksi berlangsung dan memerlukan NAD+ sebagai ko-enzim. UDP-glukosa yang dihasilkan, dibebaskan dalam bentuk glukosa 1-fosfat (reaksi 4). Mungkin sebelum dibebaskan digabung dulu dengan molekul glikogen, baru kemudian dipecah enzim fosforilase.

Reaksi (3) adalah reaksi dua arah. Dari diagram dapat dilihat bahwa glukosa bisa diubah menjadi galaktosa.

Dalam tubuh galaktosa diperlukan bukan hanya untuk sintesis laktosa, tetapi juga untuk membuat serebrosida, proteoglikan dan glikoprotein. Sintesis laktosa dalam mamma terjadi dengan jalan kondensasi UDP-galaktosa dengan glukosa dan dikatalisis enzim laktosa sintetase.

Suatu penyakit yang dapat diturunkan menyebabkan galaktosemia, mungkin terjadi akibat kekurangan enzim-enzim pada reaksi (1), (2) dan (3). Akan tetapi yang paling banyak diketahui adalah akibat kekurangan enzim uridil transferase (reaksi 2). Karena kadar galaktosa meningkat, dalam lensa mata galaktosa bisa mengalami reduksi menjadi galaktitol. Apabila kadar galaktitol ini tertimbun dalam lesa mata maka akan mempercepat terjadinya katarak.

Kekurangan enzim yang mengkatalisis reaksi (2) membawa akibat yang paling buruk bila dibandingkan dengan kekurangan enzim-enzim yang lain, karena galaktosa 1-fosfat tertimbun sedangkan hepar kekurangan fosfat inorganik. Ini bisa menyebabkan kegagalan fungsi hepar dan retardasi mental. Ekspresi klinik terjadi apabila aktivitas uridil transferase berkurang lebih dari 50 %, dan ini hanya terjadi pada homozygote.

 

11. PENGATURAN METABOLISME KARBOHIDRAT

Agar kebutuhan tiap-tiap sel, tiap-tiap organ bahkan kebutuhan seluruh tubuh terpenuhi, dalam ber-macam2 kondisi nutrisi maupun dalam keadaan patologis, maka jalur metabolik harus ada di bawah kontrol yang terkoordinasi. Istilah yang diberikan dalam pengaturan metabolik ini dinamakan "caloric homeostasis".

Homeostasis kalorik meliputi menjaga kebutuhan "fuel" ataupun mengadakan "fuel" baru yang bisa menggantikan "fuel" yang asli.Sebagai contoh, homeostasis kalorik ini menjaga kebutuhan tubuh (terutama otak) akan glukosa; kadar glukosa dalam darah dijaga agar "konstan".

Prinsip pengaturan:

1. Jalur yang dilewati proses anabolik (sintesis) berbeda dengan jalur katabolik (degradasi). Kadang-kadang kedua jalur tersebut memakai beberapa enzim yang sama.

2. Jalur anabolik dan jalur katabolik masing-masing di bawah kontrol enzim regulatornya sendiri. Namun kedua jalur itu terkoordinasi dalam suatu sistim, sehingga efek stimulasi yang terjadi pada anabolik pada waktu yang sama mempunyai efek inhibisi pada jalur katabolik (ingat metabolisme glikogen).

3. Energi yang diperlukan dalam proses anabolik diperoleh dari reaksi pemecahan ATP, dan secara keseluruhan merupakan reaksi satu arah dan "irriversible". Akibatnya biarpun kadar substratnya kecil proses anabolik masih bisa terjadi.

Secara keseluruhan regulasi suatu jalur metabolik dikontrol oleh satu atau mungkin dua reaksi kunci yang dikatalisis oleh enzim regulator. Faktor kimia-fisika penting dalam suatu kontrol jalur metabolik, misalnya kecepatan reaksi dipengaruhi oleh kadar substrat.

Pada tiap-tiap jalur metabolisme karbohidrat, telah dibicarakan faktor-faktor yang mempe-ngaruhi kerja enzim. Secara keseluruhan akan ditinjau dengan singkat, terutama pengaruh keadaan kelaparan, diabetes melitus dan pada pemberian makanan yang tinggi karbohidrat.

 

 

 

1 Pada keadaan kelaparan

Pada keadaan kelaparan, enzim-enzim utama dari glikolisis, HMP shunt dan glikogenesis aktivitasnya menurun, sebaliknya aktivitas enzim-enzim utama dari glukoneogenesis dan glikogenolisis meningkat.

2. Pada keadaan Diabetes Mellitus

Aktivitas enzim-enzim tersebut di atas mirip dengan keadaan kelaparan.

3. Pada pemberian makanan tinggi karbohidrat

Pada keadaan ini terjadi yang sebaliknya, aktivitas enzim-enzim glikolisis, HMP shunt dan glikogenesis meningkat, sedangkan aktivitas enzim-enzim utama glukoneogenesis dan glikogenolisis menurun.

 

12. GLUKOSA DARAH

Glukosa darah pada orang normal biasanya berkisar antara 50 mg - 100 mg per 100 ml, tergantung pada makanan, waktu pengambilan darah bila dihubungkan dengan waktu makan, aktivitas dan keadaan emosi (state of exitement).

Beberapa mekanisme dalam tubuh bekerja untuk mengatur glukosa darah agar berada pada konsentrasi tersebut di atas. Glukosa dapat dipakai oleh semua sel dalam tubuh. Setelah makan akan terjadi penimbunan glukosa dalam tubuh, misalnya dalam hepar, otot, jaringan lemak, dan terjadi peningkatan oksidasi. Sedangkan dalam keadaan puasa ataupun keadaan darurat, akan terjadi pengambilan glukosa dari cadangan makanan dalam tubuh, hingga glukosa darah berkisar pada konsentrasi yang dapat ditolerir tubuh.

Glukosa darah berasal dari :

1. Karbohidrat dalam makanan.

2. Hasil dari proses glukoneogenesis.

3. Dari pemecahan glikogen dalam hepar.

Apabila kadar glukosa darah rendah, misalnya pada keadaan puasa, maka hepar merupakan sumber utama glukosa. Ini bisa berasal dari glikogenolisis atau glukoneogenesis. Apabila kadar glukosa darah meningkat seperti pada waktu makan, akan terjadi pengambilan glukosa oleh hati, dan akan terjadi glikogenesis.

Beberapa hormon penting dalam pengaturan glukosa darah misalnya:

12.1 Insulin

Insulin dibuat oleh "islet of Langerhans". Sekresi insulin paralel dengan glukosa darah. Injeksi insulin akan menyebabkan hipoglikemi (hypoglycemia). Beberapa senyawa dapat merangsang sekresi insulin seperti asam amino, asam lemak bebas, "keton bodies", glukagon, sekretin dan tolbutamid. Sedangkan epinefrin dan nor-epinefrin menghambat sekresi insulin. Insulin mempengaruhi pengambilan glukosa oleh otot dan jaringan lemak, dengan meningkatkan transport glukosa melalui membran. Pengaruh ini sulit dibuktikan dalam sel hepar. Untuk transport glukosa melalui sel-sel hepar tidak dipengaruhi oleh insulin, demikian juga transport glukosa melalui sel-sel membran otak dan sel darah merah.

12.2 "Growth hormon" dan kortikotropin

Growth hormon" dan kortikotropin mempunyai efek yang berlawanan dengan insulin. "Growth hormon" menurunkan pengambilan glukosa oleh jaringan tertentu, misalnya otot. Sebagian dari pengaruh ini berjalan secara tidak langsung, misalnya "growth hormon" menyebabkan pelepasan asam lemak bebas oleh jaringan lemak. Sedangkan asam lemak menghambat pemakaian glukosa. Jadi "growth hormon" menghambat pemakaian glukosa. Pemberian "growth hormon" terus menerus dan berlangsung lama akan menyebabkan diabetes mellitus. Sebagian besar pengaruh kortikotropin dalam metabolisme karbohidrat berjalan melalui hormon-hormon korteks supra-renalis.

12.3 Glukokortikoid.

Pemberian hormon ini menyebabkan glukoneogenesis meningkat. Ini disebabkan karena meningkatnya katabolisme protein dalam jaringan, "uptake" asam amino oleh hepar, aktivitas transaminase dan enzim-enzim lainnya yang berhubungan dengan glukoneogenesis juga meningkat. Selain dari pada itu glukokortikoid menghambat pemakaian glukosa oleh jaringan perifer. Dalam peranannya glukokortikoid aktivitasnya berlawanan dengan kerja insulin.

12.4 Epinefrin dan glukagon.

Epinefrin (adrenalin) disekresi kelenjar medulla supra-renalis sebagai akibat adanya rangsangan yang bisa berupa ketakutan, "exitement", perdarahan, hipoksia, hipoglikemi dan lain-lain, yang menyebabkan terjadinya glikogenolisis dalam hepar dan otot. Dalam otot karena tidak mengandung glukosa 6-fosfatase maka akan menghasilkan asam laktat. Akan tetapi dalam hepar hasil utama glikogenolisis ini berupa glukosa yang akan dibawa ke seluruh tubuh, di mana saja diperlukan.

Glukagon dibuat oleh sel A dari "the islet of Langerhans" pankreas. Sekresi glukogon dirangsang karena adanya hipoglikemi. Apabila glukagon telah mencapai hepar maka akan menyebabkan glikogenolisis dengan cara mengaktivasi fosforilase,caranya sama dengan epinefrin. Sebagian besar glukagon endogen akan dibersihkan dari sirkulasi oleh hepar. Tidak seperti halnya epinefrin yang mempunyai efek pada otot, glukagon tidak bisa mengaktifkan fosforilase otot. Glukagon juga meningkatkan glukoneogenesis yang berasal dari asam amino dan asam laktat. Glukoneogenesis dan glikogenolisis dalam hepar bisa menyebabkan hiperglikemi.

12.5 Tiroid.

Hormon tiroid juga harus dimasukkan sebagai salah satu hormon yang mempengaruhi glukosa darah. Ada bukti yang menunjukkan bahwa hormon tiroid mempunyai efek diabetogenik dan tiroidektomi bisa menghambat terjadinya diabetes millitus. Pada binatang dengan tirotoksikosis dalam heparnya tidak didapatkan glikogen. Pada manusia glukosa puasa meningkat pada penderita hipertiroid, sedangkan pada penderita hipotiroid menurun. Akan tetapi pada hipertiroid kelihatannya pemakaian glukosa tetap normal atau bahkan meningkat, sedangkan pada penderita hipotiroid kemampuan memanfaatkan glukosa menurun. Pada hipotiroid jaringan kurang sensitif terhadap insulin bila dibandingkan dengan orang normal atau hipertiroid.

 

Peran ginjal dalam kontrol kadar glukosa darah

Ginjal juga mempunyai peran dalam mengatur kadar glukosa darah, terutama pada waktu kadar glukosa darah meningkat. Glukosa dapat melalui filter glomeruli, tapi biasanya direabsorpsi kembali dan masuk ke dalam peredaran darah. Proses reabsorpsi kembali ini merupakan transport berbantuan (facilitated diffusion), yang dapat dipengaruhi oleh insulin. Apabila kadar glukosa darah meningkat, demikian juga glukosa yang melalui filter glumeruli juga meningkat, keadaan ini merangsang sekresi insulin. Insulin dapat meningkatkan V max transport (lihat enzim). Insulin juga dapat meningkatkan kadar cGMP dalam sel tubulus yang bertindak sebagai mediator insulin untuk mempengaruhi enzim-enzim yang berada di bawah pengaruhnya.

Kapasitas sistim tubulus untuk mengabsorpsi kembali glukosa terbatas pada kecepatan kira-kira 350 mg/ menit. Apabila kadar glukosa darah meningkat tinggi, glukosa dalam lumen tubulus keadaannya lebih tinggi dari kemampuan untuk mengabsorpsi kembali, sehingga glukosa akan didapatkan dalam urine. Keadaan ini disebut glukosuria. Pada orang normal glukosuria akan terjadi apabila kadar glukosa darah vena melebihi 170 - 180 mg/ dl. Kadar glukosa darah vena ini disebut glukosa "renal threshold".

Pada binatang percobaan, glukosuria dapat dibuat dengan memberikan phlorhizin. Senyawa ini dapat menghambat reabsorpsi glukosa dalam tubulus. Keadaan ini dikenal dengan nama renal glukosuria. Glukosuria yang disebabkan karena kelainan ginjal dapat diturunkan, tapi bisa juga akibat menderita suatu penyakit.

 

16. KEGUNAAN DALAM BIDANG BIOMEDIS

Pengetahuan mengenai metabolisme dalam tubuh manusia/binatang sangat diperlukan untuk mengerti bagaimana mekanisme terjadinya penyakit. Termasuk metabolisme yang normal adalah peristiwa adaptasi terhadap lingkungan, misalnya kelaparan yang tidak berkepanjangan, olah raga, kehamilan dan menyusui. Akan tetapi kekurangan bahan makanan tertentu (nutritional deficiency) termasuk metabolisme abnormal, demikian pula kekurangan enzim atau karena sekresi hormon yang tidak normal. Contoh yang paling menarik untuk dikaji adalah penyakit diabetes mellitus.

Metabolisme glukosa dimulai dengan glikolisis. Jalur ini bukan hanya merupakan jalur utama metabolisme glukosa, namun juga bisa dipakai untuk metabolisme fruktosa dan galaktosa. Peristiwa penting yang perlu diperhatikan adalah dengan adanya jalur ini otot bisa menghasilkan energi biarpun dalam keadaan kekurangan oksigen, sehingga dengan demikian kita bisa lari cepat melampaui kemampuan tubuh menyediakan oksigen. Akan tetapi atot jantung, karena terbiasa dengan keadaan yang kaya oksigen tidak mampu bertahan dalam keadaan kekurangan oksigen (iskemi). Dengan demikian jalur glikolisis anerobik tidak bisa berbuat banyak.

Kekurangan enzim piruvat kinase dapat terjadi dalam suatu penyakit tertentu, biasanya gejala kliniknya terlihat dengan adanya hemolitik anemia. Dalam tumor yang ganas, jalur glikolisis sangat aktif melebihi kemampuan siklus asam sitrat untuk memanfaatkan asam piruvat. Kelebihan asam piruvat ini akan diubah menjadi asam laktat. Dengan demikian dalam tumor ganas akan terjadi suasana asam, dan hal ini akan lebih menguntungkan pertumbuhan tumor selanjutnya. Dengan demikian bisa dipikirkan pola pengobatan dengan suasana yang lain. Produksi asam laktat yang berlebihan dapat pula terjadi apabila kekurangan enzim piruvat dehidrogenase ataupun kekurangan vitamin B1.

Cadangan glikogen dalam otot hanya bisa dipakai oleh otot itu sendiri, sedangkan glikogen hepar bisa berfungsi sebagai sumber glukosa untuk keperluan organ lainnya, termasuk otak. Dibawah kadar gula tertentu fungsi otak akan terganggu. Apabila seseorang mengalami hipoglikemi berat, maka bisa terjadi koma bahkan dapat meninggal dunia. Kelainan-kelainan penimbunan glikogen merupakan penyakit yang diturunkan. Pada penyakit ini terjadi penimbunan glikogen dalam bentuk yang tidak normal, dan mobilitas glikogen mengalami kelambatan, sehingga bisa terjadi kelemahan otot bahkan penderita tersebut bisa meninggal dunia. Selain dari kelainan penimbunan glikogen yang telah diterangkan dalam bab glikogen (ada 8 macam), kekurangan enzim adenilil siklase dan "cAMP-dependent protein kinase" telah pula dilaporkan.

Dalam keadaan tertentu di mana sebagian besar kebutuhan kalori dapat dipenuhi dengan adanya senyawa lemak, namun kebutuhan minimal akan glukosa mutlak diperlukan. Glukoneogenesis memenuhi keperluan ini. Dalam tubuh glukosa juga diperlukan untuk membuat galaktose bagi seorang ibu yang sedang menyusui, ataupun diperlukan oleh fetus dalam kandungan. Glukoneogenesis juga berfungsi untuk membersihkan tubuh dari asam laktat yang diproduksi oleh otot dan eritrosit dan bisa memanfaatkan gliserol yang dibuat oleh jaringan lemak. Asam propionat dihasilkan dalam pencernaan binatang yang tergolong ruminan. Senyawa ini merupakan bahan baku yang paling penting bagi jalur glukoneogenessis.

Kekurangan enzim tertentu dari jalur pentosa fosfat merupakan penyebab utama penyakit hemolisis sel darah merah. Kekurangan enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase adalah penyebab yang paling sering diantara hemolisis anemi. Kira-kira 100 juta penduduk dunia menderita penyakit yang diturunkan ini, yaitu rendahnya kadar enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase. Jalur-jalur utama pemakaian glukosa adalah glikolisis dan pentosa fosfat. Jalur lainnya yang tidak kalah pentingnya biarpun jumlah pemakaian glukosanya sedikit adalah jalur asam uronat. Jalur ini menghasilkan asam glukoronat yang diperlukan untuk ekskresi metabolit ataupun zat kimia asing (xenobiotics). Kekurangan enzim tertentu dalam jalur ini bisa menyebabkan essensial pentosuria. Tidak adanya suatu enzim dalam tubuh primata menyebabkan spesises ini (termasuk manusia) membutuhkan vitamin C (asam askorbat) dalam makanan. Fruktosa bisa dipakai sebagai infus pengganti glukosa, namun apabila diberikan dalam dosis tinggi bisa menyebabkan kekurangan adenin nukleotida dalam hepar dan mungkin juga bisa menyebabkan nekrosis hati.

 


 

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar